Tingkat Pendidikan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pola Usahatani

akan semakin bertambah jumlah anggota keluarga sehingga dapat diandalkan oleh petani dalam mengembangkan usaha budidayanya. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani ikan di Waduk Jatiluhur 3 – 5 orang, minimal setiap Rumah Tangga Petani RTP mengikutsertakan 1 atau 2 orang anggota keluarga sebagai Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK tujuannya selain sebagai sektor pekerjaan agar keahlian dalam hal membudidayakan ikan dapat diturunkan.

6.2.5 Pendapatan Petani

Berdasarkan hasil uji-wald diperoleh p-value 0,120 p- value α 15 persen maka tolak artinya PDPT berpengaruh significant terhadap Z. Semakin besar pendapatan yang diterima petani budidaya ikan maka kecenderungan akan memilih menjadi petani polikultur. Koefisien pendapatan yang bertanda positif menunjukkan kesesuaian terhadap hipotesis. Nilai odds ratio yang dihasilkan sebesar 1,003. Artinya, setiap kenaikan PDPT sebesar seratus ribu rupiah maka peluang untuk menjadi petani Polikultur adalah 1,003 kali lebih tinggi dari petani monokultur. Berdasarkan survey lapang, petani yang menjalankan usaha budidaya ikan secara polikultur memiliki taraf hidup yang lebih sejahtera, fenomena ini berkaitan dengan ukuran kesejahteraan yang memang masih banyak mengandalkan masalah uang dan aset Aniri NB dan Hartoyo, 2010. Pendapatan yang tinggi memungkinkan semua kebutuhan keluarga petani terpenuhi. Rata – rata pendapatan petani polikultur mean income sebesar Rp 46.545.241tahun atau sebesar Rp 11.636.310Musim Tebar dinilai para petani sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

6.2.6 Luas Areal KJA

Luas Areal KJA tidak dimasukan karena secara analisis data ragam yang dimiliki oleh Luas Areal KJA Budidaya Ikan mas secara monokultur memiliki karakteristik ragam yang homogen yaitu bernilai nol artinya luas areal KJA tersebut memiliki ukuran yang sama rata sehingga komponen tersebut tidak layak dimasukan ke dalam model logistik. Hal ini didukung dengan fakta berdasarkan survey dilapang dimana setiap petani pemilik keramba memiliki luasan untuk satu unit yang sama yaitu berukuran 196 14mx14m. VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Pendapatan rata-rata yang dihasilkan dari perhitungan per unit pola usahatani polikultur lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola usahatani monokultur. Rata – rata Pendapatan atas biaya total dari pola polikultur dan monokultur adalah Rp 46.545.241tahun dan Rp 29.767.074tahun. Rata – rata Pendapatan polikultur sebesar 36 persen lebih besar dari pendapatan monokultur. Tingkat pendapatan petani pola polikultur secara statistik berbeda nyata dengan pendapatan petani pola monokultur. 2. Faktor – faktor sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap keputusan petani dalam menentukan pilihan sistem budidaya ikan adalah tingkat pendidikan formal petani PDDK, jumlah tanggungan anggota keluarga petani JTK, pengalaman melakukan usaha budidaya ikan LMUB, dan pendapatan petani PDPT.

7.2 Saran

1. Usaha budidaya ikan dalam KJA sistem polikultur dapat memberikan keuntungan yang besar serta produksi ikan yang maksimal. Hal ini menarik perhatian masyarakat sekitar dan pendatang untuk terus melakukan usaha budidaya, sehingga menyebabkan populasi KJA terus bertambah setiap tahunnya. Pemerintah daerah seharusnya mengontrol perkembangan jumlah KJA melalui penerapan regulasi yang bertujuan untuk mengendalikan populasi KJA di Waduk Jatiluhur. 2. Perlu adanya perhatian secara serius antara pihak pengelola PJT II dan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Puwakarta terhadap penurunan kualitas lingkungan waduk akibat limbah sisa pakan dan bahan pencemar yang semakin bertambah. Bentuk perhatian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan penyuluhan kepada petani tentang cara pemberian pakan yang optimal. Pola pemberian pakan yang disesuaikan dengan bobot ikan dan diberikan tiga kali sehari sehingga tidak banyak sisa pakan yang tidak termakan.

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung di Perairan Danau Toba(Studi Kasus: Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun).

3 76 65

Analisis Usahatani Ikan Keramba Berdasarkan Skala Usaha (Studi Kasus: Desa Sibagandmg, Kecamatan Insang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun)

0 29 99

Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba

6 46 116

Strategi Pemasaran Ikan Nila Hasil Budidaya Keramba Jaring Apung (Floating Net) (Studi Kasus : Desa Tongging Dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

28 234 101

Analisis Produktivitas Usaha Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung Di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Putwakarta, Propinsi Jawa Barat

0 7 99

KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA.

0 13 42

ANALISIS PENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI KERAMBA JARING APUNG DENGAN DIVERSIFIKASI SPESIES IKAN BUDIDAYA DI WADUK CIRATA

0 0 9

AKTIVITAS KITINASE, LESITINASE, DAN HEMOLISIN ISOLAT DARI BAKTERI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Lin.) YANG DIKULTUR DALAM KERAMBA JARING APUNG WADUK JATILUHUR, PURWAKARTA

0 0 9

TUGAS AKHIR ANALISIS KUALITAS AIR BAKU WADUK AKIBAT LIMBAH KERAMBA JARING APUNG (STUDI KASUS: WADUK JATILUHUR)

0 0 16

ANALISIS KUALITAS AIR BAKU WADUK AKIBAT LIMBAH KERAMBA JARING APUNG (STUDI KASUS: WADUK JATILUHUR) - Unika Repository

0 0 35