2.2 Usaha Perikanan
Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di sungai, di danau, atau di laut, melainkan usaha
yang mencakup berbagai aspek organisme sumber hayati. Usaha perikanan di Indonesia dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Selain perikanan di laut, kita
mempunyai perairan di darat berupa danau, sungai, dan rawa. Usaha perikanan dapat dibagi dua jenis, yaitu usaha perikanan darat dan perikanan laut. Usaha
perikanan darat disebut juga usaha perikanan air tawar Evy, 2008.
2.3 Pendapatan Usahatani
Usahatani sebagai satu kegiatan produksi pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara
keduanya merupakan pendapatan usahatani. Soeharjo dan Patong 1973 mengartikan pendapatan usahatani sebagai balas jasa dari kerjasama antara faktor-
faktor produksi dengan petani sebagai penanam modal dan sekaligus pengelola usahatani.
Analisis pendapatan memerlukan dua komponen utama, yaitu keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu dalam usahatani dan keadaan
penerimaan pasca produksi dan pemasaran usahatani Soeharjo dan Patong, 1973. Menurut Soekartawi et al. 1986, penerimaan adalah besaran output
usaha, baik produk utama maupun produk sampingan yang dihasilkan. Sementara itu, pengeluaran atau biaya adalah semua pengorbanan sumber daya yang terukur
dalam satuan nominal uang rupiah yang dikeluarkan dalam mencapai tujuan usahatani.
Komponen pengeluaran dalam usahatani berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran diperhitungkan. Beban biaya dalam pengeluaran tunai, meliputi:
pembayaran tunai sarana produksi pertanian seperti pembelian benih, pupuk, obat- obatan pestisida, beban biaya sewa dibayar dimuka seperti sewa lahan garapan,
sewa alat mesin pertanian bila ada, dan biaya tenaga kerja. Beban biaya yang termasuk dalam pengeluaran diperhitungkan adalah nilai tenaga kerja keluarga
diperhitungkan dan penyusutan peralatan pertanian.
Komponen penerimaan usahatani dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penerimaan tunai dan penerimaan non tunai. Pendapatan tunai bersumber dari
penjualan tunai hasil produksipanen output usahatani yang dilakukan, sedangkan penerimaan non tunai bersumber dari 1 produkhasil panen output
yang dikonsumsi keluarga petani dan 2 kenaikan nilai inventaris, yaitu nilai benda-benda investasi yang dimiliki rumah tangga petani berdasarkan selisih nilai
akhir tahun dengan nilai awal tahun.
2.4 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung Sistem Tunggal Monokultur
Menurut Maulana 2003, pembesaran ikan pada KJA tunggal biasanya dilakukan secara monokultur yaitu dalam satu jaring pada lapisan atas ditebarkan
hanya satu jenis ikan tanpa ada jenis ikan lain, dimana ikan yang ditebar sebagai komoditas pokok. Pada sistem KJA tunggal, pakan tambahan mutlak diberikan
karena jumlah pakan alami dalam waduk relatif sedikit, bahkan hampir tidak ada. Pakan tambahan berupa pelet diberikan setiap hari dengan dosis tiga persen dari
berat ikan. Jaring apung yang telah terpasang di danau atau waduk biasanya dirakit menjadi satu unit. Satu unit rakit jaring terapung terdiri dari empat net
kolam dan satu tempat jaga Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2005.
2.5 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung Sistem Kolor Polikultur
Menurut penelitian Sukamto dan Maryam 2005, teknik budidaya Keramba Jaring Apung KJA dengan sistem jaring kolor yaitu jaring terdiri atas bagian
bawah satu buah jaring dan di bagian atas dua buah jaring dalam dua petakan. Ada lagi jaring kolor empat yang terdiri dari atas satu jaring di bagian bawah dan
empat jaring di bagian atas di dalam empat petakan. Berdasarkan teknik budidaya sistem KJA kolor, petani ikan tidak harus membudidayakan ikan nila di jaring
apung secara khusus akan tetapi dapat dibudidayakan bersama dengan ikan mas budidaya ikan secara polikultur serta produksi ikan dapat ditingkatkan yaitu dari
ikan mas di jaring atas dan ikan nila di jaring bawah. Pada awalnya sistem KJA kolor digunakan oleh para petani ikan di Waduk
Jatiluhur, Cirata dan Saguling untuk mengantisipasi kematian masal ikan yang
hampir terjadi setiap tahun. Hal ini disebabkan sisa pakan yang terbuang ke dasar perairan, sehingga menyebabkan mutukualitas air menurun. Efisiensi pakan pada
sistem KJA kolor bisa ditingkatkan karena pakan atau debu pakan yang terbuang ke bawah atau ke pinggir bisa dimanfaatkan ikan lain yang dipelihara seperti ikan
nila, sehingga pakan yang terbuang ke perairan juga semakin berkurang Sukamto dan Maryam, 2005.
2.6 Penelitian Terdahulu
Hasil Penelitian Ridwan 2008 yang berjudul Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi Anorganik Kasus Kelurahan Situgede, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan membandingkan pendapatan, efisiensi, dan kelayakan serta sensitivitas usahatani
padi ramah lingkungan dan anorganik. Berdasarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa pendapatan usahatani padi ramah lingkungan lebih besar dibandingkan
pendapatan usahatani padi anorganik. Berdasarkan analisis RC rasio, usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik di Kelurahan Situgede sama-sama
menguntungkan untuk dilaksanakan karena nilai RC rasio lebih besar dari satu. Analisis Usaha Perikanan Budidaya Perairan Waduk Dengan Jaring Apung