Tingkat Pendidikan Karakteristik Petani

budidaya secara polikultur, ikan mas sebagai komoditas utama dan ikan nila sebagai komoditas sampingan dengan pemeliharaan jaring dilapisan bawah. Pada sistem monokultur ikan mas dibudidayakan selama tiga bulan. Untuk pemberian pakan berupa pelet konsentrat dapat disesuaikan dengan musim tanam ikan. Pakan diberikan oleh petani setiap hari dengan manajemen waktu dari pagi, siang, hingga sore. Tidak ada pakan tambahan, oksigen dan obat selama masa pemeliharaan. Benih ikan mas yang umunya digunakan oleh petani adalah benih yang berukuran 10 sampai 12 cm dengan berat 15 sampai 25 gram per ekor atau sering disebut dengan gelondongan besar. Kebutuhan benih ikan mas untuk pola budidaya secara monokultur adalah 157 kg per unit per musim tanam sedangkan pola budidaya ikan secara polikultur adalah 144 kg per unit per musim tanam untuk pembesaran ikan mas sedangkan 153 kg per unit per musim tanam untuk ikan nila. Usaha pembenihan ikan di Kabupaten Purwakarta disokong oleh Usaha Pembenihan Rakyat UPR serta dukungan Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD Balai Benih Ikan BBI Dinas Pertenakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta. Benih ikan mas dijual dengan harga Rp 25.000 per kg dengan ukuran yang seragam sedangkan benih ikan nila dijual dengan harga Rp 18.000 per kg. Dari budidaya ini dapat menghasilkan ikan konsumsi segar sebanyak 5 sampai 8 ekor. Ikan mas umumnya dipasarkan secara hidup dari tingkat petani hingga ke tingkat konsumen akhir sedangkan ikan nila dipasarkan dengan bantuan balok es agar kesegaran ikan tetap terjamin mutunya. Pada sistem budidaya ikan secara polikultur ikan mas dibudidayakan selama 3 bulan dan ikan nila selama 6 bulan tanpa pakan tambahan. Pakan ikan nila berasal dari sisa pemberian pakan ikan mas yang tidak termakan atau dari kotoran ikan mas. Akibat pemberian pakan sisa ini dan tidak diberikan pakan tambahan secara khusus maka pertumbuhan ikan nila menjadi semakin lama dibandingkan dengan pertumbuhan ikan mas. Ukuran panen yang digunakan didaerah penelitian meliputi ukuran kecil 8 ekor per kg, sedang 5 ekor per kg, dan besar 1-2 ekor per kg. Pada umumnya ukuran panen ikan yang besar jarang sekali ditemukan, rata-rata petani memanen ikan berukuran kecil dan sedang. Ikan mas dapat mencapai ukuran besar jika diberi perlakuan yang intensif dalam pemberian pakan tambahan yang khusus dan lamanya mencapai 6 bulan. Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani juga permintaan dari konsumen yang rata-rata diminati oleh kalangan konsumen rumah tangga. Keterbatasan modal dalam hal ini yaitu dalam hal lamanya masa budidaya ikan mas, umumnya dialami oleh petani yang membudidayakan ikan secara monokultur. Sementara itu disisi lain petani sangat tergantung kepada perputaran uang yang lebih cepat agar usahataninya bisa terus berjalan sehingga budidaya ikan dalam kurun waktu ini tidak memungkinkan untuk dilakukan. Secara umum, petani pembudidaya ikan di daerah Waduk Jatiluhur dapat memperoleh modal dari dua sumber, yaitu modal sendiri dan pinjaman lembaga keuangan bank. Usaha budidaya Keramba Jaring Apung di Purwakarta merupakan salah satu contoh usaha lokal yang sudah mendapat akses pembiayaan dari perbankan. Tabel 6 Akses Modal Pembiayaan Usaha Budidaya KJA di Waduk Jatiluhur Sumber Modal N = 60 Petani Monokultur Petani Polikultur Jumlah N Persentase Jumlah N Persentase Lembaga Keuangan Perbankan 10 33 15 50 Modal Sendiri 18 60 14 47 Tengkulak, Pedagang 2 7 1 3 Sumber : Data Primer, diolah 2013 Berdasarkan data responden petani monokultur pada Tabel 6 menunjukkan sebesar 60 persen sumber modal yang digunakan berasal dari modal sendiri sedangkan sisanya sebesar 33 persen dan 7 persen yang berasal dari Bank dan Tengkulak. Kondisi ini jauh berbeda dengan data responden petani polikultur yang sudah memanfaatkan akses permodalan dari Bank sekitar 50 persen. Namun tidak sedikit juga sumber modal yang digunakan berasal dari modal milik sendiri yaitu sekitar 47 persen, biasanya mereka yang menggunakan modal pribadi adalah pemilik keramba yang memiliki skala usaha dalam jumlah yang besar dan usaha KJA ini dijadikan sebagai ladang berinvestasi dalam prospek bisnisnya.

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung di Perairan Danau Toba(Studi Kasus: Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun).

3 76 65

Analisis Usahatani Ikan Keramba Berdasarkan Skala Usaha (Studi Kasus: Desa Sibagandmg, Kecamatan Insang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun)

0 29 99

Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba

6 46 116

Strategi Pemasaran Ikan Nila Hasil Budidaya Keramba Jaring Apung (Floating Net) (Studi Kasus : Desa Tongging Dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

28 234 101

Analisis Produktivitas Usaha Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung Di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Putwakarta, Propinsi Jawa Barat

0 7 99

KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA.

0 13 42

ANALISIS PENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI KERAMBA JARING APUNG DENGAN DIVERSIFIKASI SPESIES IKAN BUDIDAYA DI WADUK CIRATA

0 0 9

AKTIVITAS KITINASE, LESITINASE, DAN HEMOLISIN ISOLAT DARI BAKTERI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Lin.) YANG DIKULTUR DALAM KERAMBA JARING APUNG WADUK JATILUHUR, PURWAKARTA

0 0 9

TUGAS AKHIR ANALISIS KUALITAS AIR BAKU WADUK AKIBAT LIMBAH KERAMBA JARING APUNG (STUDI KASUS: WADUK JATILUHUR)

0 0 16

ANALISIS KUALITAS AIR BAKU WADUK AKIBAT LIMBAH KERAMBA JARING APUNG (STUDI KASUS: WADUK JATILUHUR) - Unika Repository

0 0 35