Tabel 12 Rasio RC usahatani budidaya ikan mas dan nila selama satu tahun menurut pola usahatani di Waduk Jatiluhur
Pola Usahatani Penerimaan
Usahatani Rp
Biaya Total Usahatani
Rp Rasio RC
Monokultur : Ikan Mas.
117.216.000 87.509.426
1,34 Polikultur :
Ikan Mas dan Nila
138.703.000 92.673.426
1,49 Sumber : Data Primer, diolah 2013
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai rasio RC dari masing-masing jenis usahatani adalah sebesar 1,34, 1,49. Nilai rasio RC ini menunjukan nilai yang
lebih besar dari satu RC 1. Hal ini berarti bahwa masing-masing jenis usahatani tersebut layak untuk dijalankan atau menguntungkan. Nilai rasio RC
juga menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya total yang dikeluarkan petani untuk usahatani dengan menerapkan pola monokultur dan polikultur maka masing-
masing akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,34 dan Rp 1,49.
6.1.6 Perbedaan Pendapatan Usahatani Budidaya Ikan Mas dan Nila Secara Monokultur dan Polikultur
Pada dasarnya petani yang melakukan usaha budidaya ikan mas secara monokultur dengan petani yang melakukan usaha budidaya ikan mas dan nila
secara polikultur keduanya memiliki perbedaan hasil pendapatan. Perbedaan pendapatan ini secara statistik dapat diuji menggunakan metode uji t, melalui
metode ini dapat dilihat perbedaan pendapatan usahatani dari kedua jenis budidaya ikan berdasarkan perbedaan perlakuan yang dilakukan oleh kedua
petani budidaya ikan dalam jaring apung. Dari hasil pengujian perbedaan pendapatan monokultur ikan mas dan
polikultur ikan mas dan nila atas biaya tunai dan biaya total dengan uji t pada Tabel 12 didapat hasil uji beda pendapatan Sig
2-tailed
0,001 0,05 taraf nyata 5 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ditolak atau diterima, artinya
terdapat perbedaan pendapatan secara statistik antara pola monokultur ikan mas dan pola polikultur ikan mas dan nila. Pendapatan atas biaya tunai dan biaya
total pola polikultur lebih besar dibandingkan dengan pendapatan atas biaya tunai dan total pola monokultur.
Tabel 13 Hasil uji beda pendapatan monokultur ikan mas dengan polikultur ikan mas dan nila
Pola Usahatani Pendapatan Usahatani Rptahun
Atas biaya tunai Atas biaya total
Monokultur : Ikan Mas
Max Min
Mean Max
Min Mean
64.431.000 11.256.000
38.750.833 55.915.574 2.440.574
29.767.074 Polikultur :
Ikan Mas dan Nila
99.011.000 8.011.000
56.028.667 87.614.574
3.114.574 46.545.241
Uji Beda Statistik Sig 2-tailed
0,001 Sig 2-tailed
0,001 Sumber : Data Primer, diolah 2013
Taraf Signifikansi α : 5 persen
Tabel 13 juga menunjukkan hasil pendapatan maksimum atas biaya tunai dan biaya total dari pola polikultur sebesar Rp 99.011.000 dan Rp 87.614.574
lebih besar dibandingkan dengan pendapatan maksimum atas biaya tunai dan biaya total dari pola monokultur sebesar Rp 64.431.000 dan Rp 55.915.574. Hal
ini berarti bahwa petani monokultur dan polikultur lainnya mempunyai potensi untuk meningkatkan pendapatan atas biaya tunai dan biaya total sebesar nilai
maksimum tersebut.
6.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pola Usahatani
Model regresi logit akan diduga untuk menganalisis pengaruh variabel –
variabel penjelas independent variable terhadap peluang petani dalam pemilihan pola usahatani budidaya ikan mas dan nila yang lebih baik dari segi finansial.
Variabel independen yang diduga mempengaruhi keputusan tersebut diantaranya adalah lama pendidikan formal PDDKN, luas areal KJA LAKJA, umur petani
UMR, jumlah tanggungan keluarga JTK, lama usaha budidaya ikan LMUB, dan pendapatan PDPT. Variabel dependen dalam model Zi ini merupakan
output kualitatif yaitu keputusan petani dalam memilih budidaya ikan secara polikultur i=1 dan keputusan petani dalam memilih budidaya ikan secara
monokultur i=0. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.