Kondisi Umum Kecamatan Jatiluhur

Sumber : Google Map 2012 3 Gambar 2 Satuan Wilayah Sungai SWS Citarum Bendungan Ir.H. Juanda yang terletak lebih kurang 8 km sebelah Barat Purwakarta dibangun dengan tipe timbunan batu rockfill dam dengan inti tanah liat miring, mempunyai tinggi 105 m dan panjang 1220 m membentuk genangan seluas 83 dan menamupng air 3 milyar . Berbeda dengan Waduk Cirata dan Saguling yang berfungsi tunggal Pembangkit tenaga listrik,Waduk Ir.H.Juanda merupakan Waduk serbaguna yang antara lain digunakan untuk : a. Penyediaan air untuk pengairan di Jawa Barat bagian Utara yang meliputi areal sawah seluas 242.000 Ha. b. Pembangkitan tenaga listrik yang berkapasitas 187,5 MW Setelah di Uperating dan dapat berproduksi 1000 juta kWhtahun. c. Pencegahan banjir didaerah Kabupaten Karawang dan sekitarnya. d. Penyediaan air baku untuk air minum, air untuk kebutuhan industri, dan air penggelontoran. e. Budidaya perikanan air tawar melalui teknik jaring apung f. Pengembangan pariwisata dan olahraga air. g. Transportasi air. 3 https:www.google.comsearchcitarum.orgknowledge_centerindex list.php?id_categories=13 [diakses tanggal 26 Februari 2014]

5.3 Kondisi Umum Perikanan Budidaya di Waduk Jatiluhur

Secara umum ikan-ikan yang terdapat di Waduk Jatiluhur diklasifikasikan menjadi ikan yang tumbuh secara alami dan ikan yang dibudidayakan. Benih ikan yang tumbuh secara alami tidak sepenuhnya habitat asli tetapi telah dilakukan beberapa kali penebaran benih oleh pengelola waduk. Pemeliharaan ikan budidaya yang menggunakan jaring terbuat dari benang polyethilene dan secara umum dikenal dengan Keramba Jaring Apung KJA. Sejak diresmikannya Perusahaan Negara Jatiluhur PNJ berdasarkan Peraturan Pemerintah PP No 8 tahun 1967 tanggal 24 Juli 1967 salah satu fungsi dibangunnya waduk adalah penambahan produksi perikanan darat. Namun demikian pemanfaatan waduk untuk perikanan budidaya baru dimulai pada tahun1988 dan luasan yang direkomendasikan untuk pemanfaatan ini hanya satu persen dari luasan Waduk dengan jumlah KJA yang direkomendasikan sebesar 2.100 petak zonasi direkomendasikan pada satu lokasi yakni didaerah Ubrug. Dalam pembinaan budidaya ikan dalam KJA di Waduk Jatiluhur Pemda setempat melalui Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta berperan sebagai koordinator pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian yang diawali dengan penyusunan rencana induk tata ruang master plan yang kemudian ditetapkan melalui ketetapan Pemerintah Kabupaten Purwakarta dan dijabarkan ke dalam zonasi penataan lokasi serta petunjuk teknis pelaksanaan. PJT II yang dalam hal ini sebagai pengelola waduk berkoordinasi dengan Pemda dalam pelaksanaan operasional pengelolaan KJA dilapangan. Spesifikasi untuk ukuran setiap petak keramba jaring apung adalah luas petak 49 7mx7m dengan tinggi 2 meter dan umumnya setiap 4 petak jaring petani menggunakan lapisan jaring dibawahnya yang biasa disebut oleh petani sebagai jaring “kolor”. Satu unit KJA terdiri dari 4 Petak jaring yang dilengkapi dengan ruangan untuk gudang pakan dan rumah jaga. KJA ditempatkan dengan memperhatikan kedalaman air 10 meter 3 meter untuk bagian atas dan 7 meter untuk bagian bawah, arah gelombang yang dominan, jarak antar unit KJA 50 m letak pemasangan jangkar dan batas antar balok. Luas permukaan satu unit jaring apung secara keseluruhan adalah 196 14mx14m yang terdiri dari empat petak kolam bagian atas. Jarak antar petakan kolam berselang satu meter dan jarak antar unit keramba tidak boleh kurang dari satu meter. Jarak satu meter ini digunakan sebagai lalu lintas air. Spesifikasi untuk ukuran setiap petak dan unit keramba jaring apung sudah ditetapkan oleh Perda No 6 Tahun 2010 tentang izin usaha perikanan. Adapun tujuan ditetapkan perda ini adalah agar setiap pemilik usaha keramba secara teknis dapat mendirikan unit KJA dengan ukuran yang sama sehingga diharapkan dapat dengan mudah mematuhi aturan yang berlaku dan secara ekonomis pemilik usaha dalam hal ini petani dapat menghasilkan produksi ikan yang optimal. a. Tampak Atas b. Tampak Samping Sumber : Perdana, 2008 Gambar 3 Petak Jaring Apung Setiap Satu Unit KJA Keterangan : : Pelampung dari drum : Bandul PemberatJangkar : Jaring Bawah untuk Pemeliharaan Ikan Nila : Jaring Atas untuk Pemeliharaan Ikan Mas : Lalu Lintas Air Ikan mas memiliki lama pemeliharaan atau masa panen rata-rata selama tiga bulan sedangkan ikan nila memiliki masa panen rata-rata selama enam bulan. Setelah ikan mas dipanen pertama kemudian kolam dan jaring ikan mas dibersihkan dan kondisi jaring diperiksa. Setelah hal tersebut dilakukan kemudian barulah dilakukan penebaran benih ikan mas kembali. Setelah itu, mulailah tahap pemeliharaan ikan dengan memberikan pakan sebanyak tiga kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pakan ikan diberikan dengan cara ditebar. Porsi pakan ikan pada umumnya disesuaikan dengan ukuran ikan, untuk ikan yang berukuran kecil satu hari bisa mencapai 21Kg sedangkan untuk ukuran yang sedang satu hari bisa mencapai 24 Kg. Pemeliharan untuk ikan mas dilakukan terus menerus setiap hari selama tiga bulan kemudian. Setelah periode kedua barulah ikan mas dan nila sama-sama dipanen. Panen ikan dilakukan petani dengan berkoordinasi dengan tengkulak untuk datang ke lokasi pemanenan ikan. Panen ikan dalam KJA ini dilakukan dengan mengangkat jaring dari kedua sisi kolam dengan menggunakan bambu besar. Usahatani budidaya KJA di Waduk Jatiluhur ini tidak menggunakan obat- obatan. Petani budidaya hanya menggunakan pakan dan benih dalam pemeliharaan. Produksi ikan mas dapat dihitung dengan konversi bobot pakan yang diberikan terhadap berat hasil produksi yang dicapai. Konversi nilai pakan yang diketahui berdasarkan pengalaman petani adalah 45 sampai 50 persen dari berat hasil. Ilustrasinya bila petani memberikan pakan sebanyak 2 ton per unit dalam 1 musim tanam diperkirakan akan mendapatkan jumlah produksi yang maksimal sebanyak 1.000 Kg ditambah jumlah berat benih awal. Berbeda dengan ikan mas produksi ikan nila tidak dapat diperkirakan hasilnya hal ini dikarenakan pengeluaran biaya pakan tidak bertambah karena ikan nila tidak diberikan pakan

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung di Perairan Danau Toba(Studi Kasus: Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun).

3 76 65

Analisis Usahatani Ikan Keramba Berdasarkan Skala Usaha (Studi Kasus: Desa Sibagandmg, Kecamatan Insang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun)

0 29 99

Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba

6 46 116

Strategi Pemasaran Ikan Nila Hasil Budidaya Keramba Jaring Apung (Floating Net) (Studi Kasus : Desa Tongging Dan Desa Sibolangit Kecamatan Merek, Kabupaten Karo)

28 234 101

Analisis Produktivitas Usaha Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung Di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Putwakarta, Propinsi Jawa Barat

0 7 99

KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA.

0 13 42

ANALISIS PENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI KERAMBA JARING APUNG DENGAN DIVERSIFIKASI SPESIES IKAN BUDIDAYA DI WADUK CIRATA

0 0 9

AKTIVITAS KITINASE, LESITINASE, DAN HEMOLISIN ISOLAT DARI BAKTERI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Lin.) YANG DIKULTUR DALAM KERAMBA JARING APUNG WADUK JATILUHUR, PURWAKARTA

0 0 9

TUGAS AKHIR ANALISIS KUALITAS AIR BAKU WADUK AKIBAT LIMBAH KERAMBA JARING APUNG (STUDI KASUS: WADUK JATILUHUR)

0 0 16

ANALISIS KUALITAS AIR BAKU WADUK AKIBAT LIMBAH KERAMBA JARING APUNG (STUDI KASUS: WADUK JATILUHUR) - Unika Repository

0 0 35