Berdasarkan hasil analisis preferensial maka dapat dirumuskan karakteritik habitat preferensial owa jawa di Cagar Alam Gunung Tilu. Karakteristik tersebut
merupakan kumpulan semua peubah fisik dan biotik yang memiliki nilai indeks preferensi 1, pada masing-masing selang klasifikasi peubah tersebut. Karaketeristik
habitat preferensial owa jawa di CAGT ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 3. Karakteristik Habitat Preferensial Owa Jawa di Cagar Alam Gunung Tilu
Jawa Barat No
Karakteristik 1.
2. Fisik
a. Habitat berada pada ketinggian 1.024 – 1.093 dpl b.
Habitat dengan topografi pada kemiringan lereng ≥ 39 c. Jarak minimum habitat dari perkebunan sejauh 221 m.
d. Jarak minimum habitat dengan jaringan jalan sejauh 646 m e. Jarak maksimum dari sungai sejauh 65 m
Biotik a.
Habitat dengan komposisi diameter pohon ≥ 49 cm. b.
Ketinggian pohon ≥ 19 m c.
Ketinggian cabang pertama pohon ≥ 14 m d. Bentuk tajuk pohon half circle dan Irregular circle.
e. Profil pohon posisi tajuk pada kanopi atas dan kanopi tengah. f. Leaf Area Index pada nilai 3,2 – 3,4
5.1.3 Penentuan Peubah Determinan
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan prosedur stepwise, beberapa peubah biotik dan fisik tereliminasi dari model regresi dikarenakan adanya
multikolinearitas. Analisis regresi berganda menggunakan Minitab.14
yang dilakukan pada 12 peubah dengan prosedur stepwise menghasilkan model sebagai
berikut :
Ln Y = - 2,31 + 0,579 Ln X
3
Diameter + 0,199 Ln X
12
Jarak kebun
S = 0,231293 R-Sq = 52,7 R-Sqadj = 50,6
Model regresi menunjukkan bahwa penambahan logaritma normal diameter pohon dan jarak kebun sebesar 1 unit akan meningkatkan lama waktu aktifitas harian
owa jawa sebesar 0,579 dan 0,199. lama waktu aktifitas owa jaw
52,7 dan sebanyak 47,3 di
5.1.4 Analisis Spasial Habit
Foto Hemisphirical Ga tajuk di TNGP, telah dianalisis
nilai LAI di koordinat tempat kerapatan tajuk di TNGP direg
LAI yang didapatkan di TNGP
R-Sq = 41,5 Dimana :
Y = Nilai LAI TNGP X = NDVI TNGP
Nilai LAI di TNGP y dengan NDVI CAGT untuk
Adapun model yang didapat sebagai berikut :
R-Sq = 41,6 Dimana :
Y = Nilai LAI X = NDVI CAGT.
Gambar 43. Foto Hemisphiric Habitat Alami Ow
0,199. Nilai r square menunjukkan besarnya ker awa dapat dijelaskan oleh peubah penjelasnya se
dipengaruhi oleh faktor lain.
bitat Preferensial Owa Jawa
Gambar 40 yang didapatkan dari beberapa tipe isis menggunakan software Hemiview untuk menda
pat pengambilan foto. Selanjutnya nilai LAI d diregresikan dengan NDVI TNGP. Adapun model
GP adalah sebagai berikut : Y = 2,863 + 1,079X
yang berasal dari model regresi, diregresikan uk mendapatkan model pendugaan nilai LAI
patkan berdasarkan persamaan regresi tersebut
Y = 2,991 + 1,119X
phirical LAI dengan menggunakan kamera fish eye Owa Jawa di TNGP.
keragaman sebanyak
pe tutupan ndapatkan
dari foto odel regresi
n kembali I CAGT.
ut adalah
eye lens di
Hasil analisis preferensi pada peubah fisik menjadi kuantifikasi dalam klasifikasi area peta habitat preferensial.
Peta-peta tematik preferensial tersebut disajikan dalam gambar-gambar berikut ini:
Gambar 44. Peta Preferensi Owa Jawa Terhadap Ketinggian di Cagar Alam Gunung Tilu
Gambar 45. Peta Preferensi Owa Jawa Terhadap Kemiringan Lereng di Cagar Alam Gunung Tilu.
Gambar 46. Peta Preferensi Owa Jawa Terhadap Jarak Sungai di Cagar Alam Gunung Tilu.
Gambar 47. Peta Preferensi Owa Jawa Terhadap Jarak Jalan di Cagar Alam Gunung Tilu
Gambar 48. Peta Preferensi Owa Jawa Terhadap Jarak Kebun di Cagar Alam Gunung Tilu
Gambar 49. Peta Pereferensi Owa Jawa pada LAI di Cagar Alam Gunung Tilu Selanjutnya untuk dapat melakukan overlay terhadap peta preferensial
dilakukan regresi berganda pada 49 plot pengamatan dengan hasil persamaan sebagai berikut :
Y = 55,2 + 5,16 X
7
- 7,99 X
8
+ 0,268 X
9
+ 0,0048 X
10
- 0,862 X
11
+ 0,062 X
12
S = 0,318675 R-Sq = 18,0 R-Sqadj = 6,3
Overlay berdasarkan model regresi menghasilkan nilai piksel terendah 17,13 dan
tertinggi 70,32. Nilai piksel pada peta menjadi indikasi habitat preferensial dan non preferensial. Untuk lebih jelas disajikan pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Nilai Piksel dan Luasan Habitat Preferensial dan Non Preferensial Min
Max Keterangan
Luas M2 Luas
Ha 17,13
52,385 Tidak Suka
52314850,21 5.232,11
52,385 70,32
Suka 7784643,93
778,46 Berdasarkan tabel diatas, nilai piksel menunjukan indikasi habitat preferensial di
CAGT seluas areal seluas 778,46 ha dan non preferensial 5.232,11 ha. Habitat preferensial owa jawa tersebut merupakan pendugaan awal berbasis pada faktor fisik
dan LAI. Oleh karena itu validasi lapangan dengan peubah biotik yang juga memiliki indeks preferensi akan memberikan optimasi dalam penentuan areal pelepasliaran
owa jawa. Hasil overlay peta tematik berdasarkan model regresi berganda menghasilkan
peta habitat preferensial sebagai berikut :
Gambar 50. Peta Habitat Preferensial Owa Jawa di Cagar Alam Gunung Tilu
5.2 PEMBAHASAN
5.2.1 Peubah Determinan
Penggunaaan metode Focal Animal Sampling dalam penelitian ini dipilih untuk memudahkan pencatatan waktu dan bentuk aktifitas pada owa yang dijumpai di
area pengamatan. Lehner 1979 menyatakan bahwa focal animal sampling
merupakan metode sampling satwa liar yang memfokuskan pengamatan pada satu individu selama periode tertentu. Ini berarti, individu tersebut memperoleh prioritas
yang tinggi dalam pencatatan perilaku, namun tidak menjadi keharusan membatasi pada satu individu saja.
Adapun penggunaan metode kuadran tanpa petak digunakan dipilih untuk menganalisis vegetasi pohon tempat dimana owa jawa beraktifitas secara acak. Hal
ini sesuai dengan pernyataan dari Soerianegara Indrawan 1998, bahwa jika hanya pohon yang menjadi bahan penelitian, untuk sekedar mengetahui komposisi atau
kerapatan pohon, maka cara tanpa petak akan lebih mudah dan cepat untuk dilaksanakan. Analisis vegetasi dengan metode ini juga dapat digunakan untuk
evaluasi habitat satwaliar yang hidup di hutan alam Indonesia Alikodra, 2002. Kombinasi dua metode ini dipergunakan oleh karena metode focal animal
sendiri dapat dilakukan bersama dengan desain eksperimental tertentu. Lehner 1979 menyebutkan bahwa focal animal sampling mungkin dipilih secara selektif
karena terkait dengan tujuan penelitian atau desain eksperimen. Desain mungkin
dipergunakan untuk seleksi acak dari suatu individu dalam beberapa kelas atau kelompok perlakuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa metode ini mungkin akan
menekanmemaksa kemampuan pengamat dalam pengumpulan data, terutama terhadap spesies dengan perilaku yang sangat sosial mis. Monyet.
Altman 1974 seperti dikutip oleh
Lehner 1979 menyimpulkan bahwa dengan pemilihan yang tepat terhadap unit perilaku, periode sampel dan fokus individu, metode ini secara
umum akan menjadi penggunaan yang paling baik. Terdapat beberapa metode analisis data yang digunakan untuk penentuan
preferensi habitat owa jawa di CAGT, antara lain dengan melakukan uji chi square Krebs, 1978 dan dilanjutkan dengan analisis preferensial Neu, 1974.