pendugaan model kesesuaian habitat, cenderung berbasis pada perjumpaan, apakah satwa tersebut hanya melintas atau mempunyai preferensi terhadap habitat belum
menjadi signifikansi hasil studi. Habitat pelepasliaran sebaiknya memiliki kriteria yang disukai oleh calon
satwa penghuni area tersebut. Stamps Swaisgood 2006 menyatakan bahwa
kepergian satwa yang cepat ketika dimasukkan ke areal pelepasliaran memberikan bukti empirik bahwa mereka cenderung menolak wilayah tersebut dan mencari lokasi
lain untuk ditempati. Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi sejauh mana jarak mereka akan berpindah adalah tingkat preferensi terhadap habitat dibanding
dengan tempat saat mereka dilepaskan.
Oleh karena itu menentukan lokasi pelepasliaran yang tepat bagi owa jawa dalam suatu habitat perlu dilakukan secara
cermat, agar tujuan dari program pelepasliaran tersebut memberikan hasil yang optimal.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang studi karakteristik habitat preferensial owa jawa pada kawasan yang menjadi habitat asli
sekaligus habitat pelepasliarannya, yaitu di Cagar Alam Gunung Tilu CAGT.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari studi karakteristik habitat preferensial owa jawa adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor determinan preferensi owa jawa di habitat aslinya.
2. Merumuskan karakteristik dan model spasial habitat preferensial owa jawa, berdasarkan faktor determinan tersebut di CAGT.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat spesifik dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1. Memberikan Informasi tentang faktor-faktor determinan yang menjadi preferensi
owa jawa pada habitat aslinya di CAGT. 2. Karakteristik habitat preferensial owa jawa yang disusun dapat menjadi referensi
bagi penetapan habitat pelepasliaran owa jawa di CAGT
1.4 Hipotesis
1. Tidak terdapat faktor determinan preferensi owa jawa di CAGT 2. Terdapat faktor determinan preferensi owa jawa di CAGT.
1.5 Perumusan Masalah
Permasalahan dalam menentukan habitat pelepasliaran owa jawa diduga terletak pada belum tersedianya kriteria preferensi primata tersebut secara kuantitatif
pada habitat-habitat aslinya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi peubah apa saja yang menjadi peubah determinan preferensi owa jawa di CAGT. Asumsi yang
digunakan adalah faktor determinan tersebut dapat menjadi acuan dalam perumusan karakteristik dan model spasial habitat preferensial, dan menjadi referensi dalam
penentuan lokasi habitat pelepasliaran owa jawa di CAGT.
1.6 Kerangka Pemikiran
Diagram alur kerangka pemikiran penelitian ini adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini :
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran
Punah
Konservasi Owa Jawa : Populasi Lestari Di Alam
Sesuai Disukai
Tidak Sesuai
Peluang Hidup Kecil
Strategi Pelestarian Owa Jawa : Peningkatan populasi di alam melalui rehabilitasi dan pelepasliaran
Habitat Pelepasliaran Owa
Jawa ?
Karakteristik Habitat
Preferensial Tidak disukai
Faktor Fisik ; Preferensial ?
Faktor Biotik ; Preferensial ?
Peluang Hidup
Lebih Baik Peta Habitat Preferensial
Owa Jawa
Gambar 1 menunjukan bahwa salah satu strategi pelestarian owa jawa adalah dengan meningkatkan populasi primata tersebut di alam, melalui rehabilitasi dan
pelepasliaran. Pada umumnya, rehabilitasi primata mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi, karena alasan-alasan ; 1 Berada di dalam kandang sehingga relatif aman
dari persaingan dan predasi 2 Campur tangan manusia masih relatif tinggi pakan, perawatan akibat sakit, dll. Permasalahan mulai muncul pada fase pasca rehabilitasi,
yaitu saat pelepasliaran ke alam. Beberapa pengalaman sebelumnya pada
pelepasliaran satwa McCullough et al., 1997; Adams et al., 2004 memiliki tingkat keberhasilan yang rendah atau mayoritas mengalami kematian jika kurang tepat
dalam pemilihan lokasi. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi terhadap faktor- faktor habitat yang diduga menjadi preferensi kesukaan owa jawa. Kuantifikasi
tertentu dari faktor fisik dan biotik diduga menjadi alasan owa jawa dalam menyukai atau tidak menyukai habitatnya. Identifikasi dan analisis preferensi terhadap kedua
faktor tersebut dalam konklusinya akan menjadi sebuah karakteristik habitat preferensial owa jawa di CAGT.
Dalam terminologi spasial, pendugaan kesesuaian habitat dapat menjadi alat bantu dalam mendeteksi habitat preferensial. Namun demikin, di dalam area habitat
yang sesuai, ternyata masih menyimpan kemungkinan patch habitat yang disukai dan habitat yang tidak disukai. Sinclair et al 2006 menyatakan bahwa beberapa sumber
daya secara alamiah mempunyai pola bidang pada sebaran spasial. Hal ini
menghadirkan sejumlah permasalahan pada pencarian makan, seperti bagaimana memutuskan bidang atau habitat mana yang dimanfaatkan, seberapa lama harus
tinggal pada setiap bidang yang telah dipilih dan bagaimana jika habitat tersebut juga disukai oleh pencari pakan yang lain.
Analisis spasial habitat preferensial akan membantu pendugaan terhadap bidangbagian habitat yang disukai oleh owa jawa.
Kombinasi antara karakteristik biotik habitat preferensial dan peta habitat preferensial diharapkan dapat meningkatkan peluang dan harapan hidup owa jawa rehabilitan
yang akan dilepasliarkan di CAGT.
II. TINJAUAN PUSTAKA