Penyebaran dan Daerah Jelajah

2.1.3 . Habitat Owa Jawa

Luas habitat owa jawa sampai akhir abad 19 menyusut sekitar 96, dari perkiraan awal 43.274 km 2 , berkurang menjadi 1.608 km 2 Supriatna Wahono, 2002. Owa Jawa hidup pada bagian hutan hujan tropis yang kaya dengan flora yang relatif tanpa gangguan, mulai dari hutan dataran rendah hingga hutan pegunungan. Kebanyakan pada ketinggian di bawah 1.600 meter dpl Supriatna Wahono, 2000; Nijman, 2004; Nijman, 2006- 1.800 dpl Nijman, 2006 di bagian barat pulau Jawa dan sebagian Jawa Tengah Nijman, 1995; Nijman and Sözer, 1995. Owa jawa merupakan genus Hylobates yang membutuhkan pepohonan besar dengan tajuk rapat dan memiliki percabangan yang tumbuh horizontal untuk membantu mereka dalam berpindah. Jenis ini merupakan satwa yang benar-benar hidup arboreal sehingga membutuhkan hutan dengan kanopi antar pohon yang berdekatan Kappeler, 1984.

2.1.4. Makanan

Berdasarkan beberapa penelitian, owa jawa mengkonsumsi sekitar 125 jenis tumbuhan yang berbeda. Bagian tumbuhan yang sering dimakan adalah buah, biji, bunga dan daun muda. Selain itu mereka diketahui juga memakan ulat pohon, rayap, madu dan beberapa jenis serangga lainnya. Kappeler 1984 mengungkapkan bahwa owa jawa menyukai buah-buahan yang masak, daun muda dan pucuk-pucuk daun, bunga dan kadang kala pucuk bunga serta binatang berukuran kecil serangga. Biasanya mereka mencari makanan pada ketinggian 10 m atau lebih. Hasil analisis proporsi makanan berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa owa jawa mengkonsumsi kurang lebih 61 buah, 31 daun dan sisanya berbagai jenis makanan seperti bunga dan berbagai jenis serangga. Geissman, 1995.

2.1.5. Penyebaran dan Daerah Jelajah

Owa jawa adalah jenis primata yang penyebarannya terbatas endemik di Pulau Jawa. Pada awalnya ada kemungkinan owa tersebar di seluruh Pulau jawa, namun kemudian hanya tersisa di bagian barat, yaitu di Jawa Barat dan sebagian kecil Jawa Tengah. Geissman, 1995. Sebaran owa jawa pada umumnya terbatas pada hutan di Jawa Barat, khususnya pada daerah-daerah lindung seperti TN. Ujung Kulon, TN. Gunung Gede Pangrango, TN. Gunung Halimun Salak, C.A Gunung Simpang dan C.A Leuweng Sancang Supriatna Wahono, 2000 Gunung Tilu, Telaga Warna, Gunung Kendeng Supriatna, 2006 HL Gunung Ciremai, Gunung Papandayan, Gunung Wayang, Gunung Jayanti dan Gunung Porang. Di Jawa Tengah, owa jawa dapat ditemukan di Hutan Petungkriyono- Pekalongan H.L Gunung Slamet, Gunung Prahu dan Pegunungan Dieng Supriatna Wahono 2000; Nijman, 1995; Nijman and Sözer, 1995; Nijman Balen 1998 Menyempitnya penyebaran owa diduga akibat adanya perubahan kondisi habitatnya. Ada kemungkinan owa hanya terdapat sampai ketinggian 1400 – 1600 m karena di atas ketinggian tersebut telah terjadi perubahan tipe vegetasi yang tidak mendukung sebagai habitat owa, antara lain: 1 hutan-hutan di atas ketinggian tersebut memiliki kelimpahan dan keanekaan jenis pohon sumber pakan owa yang terbatas; 2 struktur pohon dan tumbuhnya lumut pada batang pohon yang sangat menyulitkan untuk pergerakan secara brakhiasi; dan 3 suhu yang rendah di malam hari. Geissman, 1995 Daerah jelajah home range adalah wilayah yang dilintasi oleh satwa atau populasinya pada aktifitas harian normalnya. Satwa harus mendapatkan seluruh persyaratan habitatnya dalam wilayah jelajahnya, jika tidak maka mereka akan memperluas daerah jelajahnya Bailey, 1984. Sejalan dengan pendapat tersebut Alikodra 2002 mengemukakan bahwa daerah jelajah merupakan wilayah yang dikunjungi satwa secara tetap karena dapat menyuplai makanan, air minum serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung atau bersembunyi, tempat tidur dan tempat untuk kawin. Pada daerah jelajah terdapat daerah yang disebut daily range daerah jelajah harian yaitu jarak tempuh rata-rata kelompok dalam satu hari, sedangkan core area adalah areal di dalam di dalam daerah jelajah yang paling sering digunakan oleh satu kelompok Rowe 1996. Luas daerah jelajah genus Hylobatidae pada umumnya berkisar antara 20 hingga 100 ha Cunningham Mootnick, 2008, namun pada owa jawa daerah jelajahnya relatif lebih sempit, diperkirakan pada kisaran 16 - 17 ha Kappeler, 1984; Nowak, 1999. Owa jawa sangat tergantung pada daerah jelajah dan teritori yang dikuasainya. Walaupun banyak mengalami gangguan, owa jawa akan tetap bertahan pada wilayahnya, perilaku ini menyebabkan kelangsungan hidup jenis ini mudah terancam jika hutan mengalami kerusakan Geissman, 1999. Daerah jelajah owa jawa pada hutan sekunder lebih luas dibandingkan dengan hutan primer, karena lebih sedikitnya ketersediaan pohon pakan dan pohon tidur pada hutan sekunder. Apabila suatu habitat tidak memliki cukup pohon pakan, maka kelompok owa jawa akan meluaskan daerah jelajah untuk mencukupi kebutuhan pakannya Iskandar, 2007

2.1.6. Perilaku Sosial