Komponen Habitat Habitat Preferensial

komunitas biotik, dimana satwaliar atau suatu populasi dapat hidup. Dalam konteks habitat pelepasliaran second habitat, Stamps Swaisgood 2007 mengungkapkan perpindahan yang cepat dari satwa liar pada areal pelepasliaran memberikan bukti de facto bahwa satwaliar seringkali menolak wilayah tersebut dan terus berusaha mencari tempat-tempat dimana mereka bisa hidup. Bagaimanapun, satwaliar mempunyai variasi tersendiri dalam kecocokan terhadap jarak mereka bergerak setelah meninggalkan areal pelepasliaran. Salah satu faktor yang mungkin yang mungkin berpengaruh terhadap jarak pergerakan mereka adalah tingkat preferensi dari habitatnya di bandingkan dengan daerah pelepasliarannya. Pada tingkat preferensi lanjutan pasca pelepasliaran, beberapa teori menyebutkan bahwa satwaliar akan terus mencari pada periode selanjutnya atau jarak yang lebih lanjut sebelum menerima suatu habitat dimana mereka akan tinggal Baker Rao, 2004; Stamps et al., 2005. Sejumlah komponen dari lingkungan dapat berdampak terhadap habitat satwaliar. Komponen-komponen tersebut berubah dalam ruang dan waktu dan berinteraksi dalam cara yang kompleks untuk membantu atau merintangi fungsi-fungsi dari satwa liar. Komponen tersebut digolongkan menjadi komponen fisik, biotik dan edapis tanah. Namun karena owa jawa merupakan spesies yang hampir seluruhnya hidup di atas pohon, maka komponen edapis tidak diuraikan lebih lanjut lagi dalam tinjauan pustaka ini.

2.3.1 Komponen Habitat

Habitat merupakan hasil interaksi berbagai komponen, yaitu komponen fisik yang terdiri atas tanah, topografi dan iklim serta komponen biotik yang terdiri atas tumbuhan dan satwa Bailey, 1984. Menurut Magenda 1999 distribusi owa jawa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelimpahan, topografi dan gangguan terhadap habitat. a Komponen Fisik Komponen air dalam pengelolaan habitat satwa liar termasuk ke dalam komponen fisik habitat merupakan hal yang sangat penting. Satwa liar mendapatkan air dari berbagai sumber, yaitu ; air bebas yang tersedia danau, sungai, kolam atau irigasi, bagian vegetasi yang mengandung air, embun dan air yang dihasilkan dari proses metabolisme. Embun yang menempel di daun dan air yang mengenang pada batang-batang pohon dimanfaatkan oleh berbagai jenis burung dan primata untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka akan air Bailey, 1984. Faktor topografi diketahui berpengaruh terhadap penyebaran tumbuhan dan satwa. Komponen fisik lingkungan penyusun topografi terdiri dari ketinggian tempat elevasi, tingkat kemerengan lereng slope dan arah kemiringan lereng aspect. Ketinggian tempat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis spesies tumbuhan dan satwa. Terdapat zona-zona vegetasi menurut ketinggian yang masing-masing zona terbentuk karena adanya perbedaan kondisi iklim pada ketinggian yang berbeda. Pada masing-masing zona biasanya memiliki perbedaan spesies yang dominan. Ketinggian tempat dapat memepengaruhi keberadaan sumber pakan. Semakin tinggi suatu tempat menyebabkan semakin sedikit keanekaragaman jenis tumbuhan sehingga variasi dalam memilih sumber pakan menjadi terbatas. Primack et al., 1998 b Komponen Biotik Komponen biotik merupakan komponen utama dalam suatu habitat. Pemilihan habitat oleh satwaliar sangat ditentukan pada sejauh mana komponen- komponen tersebut dapat menyediakan kebutuhannya akan pakan, tempat berlindung, tidur dan melakukan reproduksi. Faktor lain yang mempengaruhi keberadaan tumbuhan pakan adalah cuaca, produktifitas tumbuhan pakan dan ketahanan tumbuhan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh herbivora Bailey, 1984.

2.4. Sistem Informasi Geografis SIG