analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi
lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi.
Menurut Rusli 1998, apabila menggunakan data yang diperoleh dari fasilitas penginderaan jauh yang menghasilkan citra satelit dan foto udara yang dapat
dihubungkan secara langsung, maka data diperoleh dari periode tertentu pada area yang sama, dipakai untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada suatu roman
permukaan bumi. Data yang direkam adalah keadaan nyata, sehingga proses pengolahan input data menjadi output data merupakan suatu rangkaian yang dimulai
dari keadaan nyata, direkam dalam bentuk citra, foto udara, dan peta, kemudian dengan fasilitas SIG data disimpan dan diolah untuk menghasilkan output berupa
informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pengguna untuk melakukan kegiatan pada keadaan yang nyata.
2.4.1. Fotografi Hemispherical
Fotografi hemispherical memberikan pandangan ke arah atas dari semua atau dari sebagian langit. Biasanya gambar hemispherical diperoleh dengan baik dari
kamera film standar atau kamera digital dilengkapi dengan lensa fisheye hemispherical dengan arah ke atas. Foto-foto yang dihasilkan memberikan catatan
permanen yang dapat dianalisa untuk menentukan bagian mana dari langit yang terlihat dan bagian mana yang terhambat oleh fitur-fitur lanskap, kanopi tanaman,
atau struktur buatan manusia yang dibangun. Foto hemispherical menyediakan
bidang penglihatan hemispherical yang ketika melihat langsung ke atas, bersesuaian dengan pandangan dari segala arah langit. Setiap posisi gambar sesuai dengan arah
langit. Arah langit diwakili oleh dua sudut: sudut zenit è relatif sudut puncak dan sudut azimut á relatif sudut ke utara benar. Sebagai referensi standar, HemiView
menggunakan pandangan penuh pada proyeksi pigura yangg sudutnya sama untuk bidang 180 °.
Gambar 2. Bidang Penglihatan Fotografi Hemispherical Berdasarkan pengukuran geometri visibilitas langit dan obstruksi langit, foto
hemispherical dapat digunakan untuk menghitung rezim radiasi matahari dan karakteristik kanopi tanaman seperti Indeks Luas Daun Leaf Area Index-LAI.
Dalam kasus kanopi tanaman, foto hemispherical dapat diartikan sebagai peta arah bukaan kanopi relatif terhadap lokasi dari mana foto diambil. Mereka dapat diperiksa
untuk memberikan wawasan tentang heterogenitas dalam kanopi tertentu dan untuk membandingkan kanopi di lokasi yang berbeda.
2.4.2 Leaf Area Index LAI
LAI m
2
m
2
mewakili jumlah dari material daun pada sebuah ekosistem dan secara geometri didefinisikan sebagai total satu sisi area jaringan fotosintesis per unit
area permukaan tanah. Pengukuran permukaan tersebut belum mempunyai standar namun terdapat beberapa metode, seperti metode pemanenan, fotografi hemisphirical
atau transmisi cahaya melewati kanopi, yang dapat digunakan. Konversi terhadap nilai efektif, seperti yang didapatkan dari pengukuran menggunakan peralatan optik,
untuk nilai allometric membutuhkan informasi tambahan terkait struktur dan arsitektur kanopi, seperti sebaran ukuran celah, pada resolusi spasial yang tepat
Gobron, 2011. Menurut Lang et al. 1991; Chen Black 1992, LAI secara luas digunakan
untuk menggambarkan permukaan fotosintetik dan transpirational kanopi tanaman. LAI hanya dapat didefinisikan sebagai jumlah luas daun per satuan luas permukaan
tanah, dan memiliki aplikasi luas dalam ecophysiology, pemodelan neraca air, dan karakterisasi interaksi vegetasi-atmosfer. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak
peneliti telah mengadopsi definisi LAI sebagai setengah dari luas total daun per satuan luas permukaan tanah, pada daerah yang diproyeksikan, namun tidak bekerja
dengan baik untuk semua bentuk daun. Algoritma Hemiview akan memperkirakan LAI sebagai setengah dari luas total daun per satuan luas tanah. Rich et al., 1999.
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Sejarah Kawasan
Kawasan hutan Gunung Tilu Tanjak Nangsi, Gunung Waringin, Gunung Kawah Ciwidey dan Gunung Riung Gunung ditetapkan sebagai
Cagar Alam berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 68KptsUm21978 tanggal 7 Februari 1978.
3.2 Luas dan Letak
Luas Cagar alam Gunung Tilu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 68KptsUm21978 tanggal 7 Februari 1978 adalah 8.000 ha
meliputi 3 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu dan Pangalengan Kabupaten Bandung. Secara geografis, kawasan ini terletak pada
7°2’17 - 7°16’5 LS dan 107°27 - 107°32 BT.
3.3 Topografi
Wilayah CAGT merupakan daerah yang bergunung-gunung dengan ketinggian antara 1000 sampai 2434 m dari permukaan laut, beberapa gunung
yang berada di kawasan ini diantaranya Gunung Pancur, Gunung tilu, Gunung Waringin, Gunung Batu dan Gunung Dewata, gunung-gunung tersebut masih
dalam satu kelompok pegunungan yang saling berhubungan, kemiringan lahan tempat bervariasi dari 10
sampai 80°.
3.4 Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson tahun 1951, kawasan ini termasuk dalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 3879 mmtahun data
curah hujan tahun 1995 sampai dengan 2005 pada stasiun pengamatan hujan PT. Chakra Dewata.