Pengolahan Data Analisis Data

b Biomassa daun Daun yang telah diambil dari pohon contoh yang telah ditebang lalu dibersihkan dan ditimbang sebagai berat basah BB. Diambil contoh daun sebagai contoh uji berat basah BBc dengan berat 300 g, kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu 102 ± 3 C selama 48 jam atau sampai berat konstanberat kering contoh BKc. Gambar 3 Bentuk sample daun.

3.5 Pengolahan dan Analisis Data

Menentukan nilai bobot kering biomassa untuk seluruh pohon contoh dan bagian-bagiannya. Nilai bobot kering total ditentukan dengan mengkonversi bobot basah pohon dan nilai kadar air contoh uji setiap pohon contoh.

3.5.1 Pengolahan Data

1. Pendugaan biomassa pohon Biomassa berat kering dihitung dengan menggunakan persamaan Haygreen dan Bowyer 1982 dengan rumus: Keterangan: BK = berat kering kg BKc = berat kering contoh g BB = berat basah kg BBc = berat basah contoh g KA = kadar air Berat jenis = Berat kering tanur contoh uji Volume basah contoh uji Biomassa total setiap pohon adalah total biomassa setiap sortimen dari pohon tersebut. Biomassa total didapat dari menjumlahkan biomassa akar tunjang, biomassa batang, biomassa cabang, biomassa ranting dan biomassa daun. 2. Perhitungan berat jenis batang Berat jenis batang diperoleh dengan rumus:

3.5.2 Analisis Data

1. Penyusunan persamaan allometrik biomassa Untuk melakukan penaksiran biomassa Rhizophora apiculata, disusun suatu persamaan allometrik penduga biomassa pohon Rhizophora apiculata. Persamaan-persamaan tersebut dipisahkan menjadi persamaan allometrik biomassa daun, persamaan allometrik biomassa ranting, persamaan allometrik biomassa cabang, persamaan allometrik biomassa batang, persamaan allometrik biomassa akar tunjang, dan persamaan allometrik biomassa pohon total. Persamaan-persamaan yang akan diuji adalah persamaan-persamaan yang menggunakan satu peubah bebas dan dua peubah bebas. Peubah bebas yang digunakan adalah diameter, diameter dan tinggi total, serta diameter dan tinggi bebas cabang. Persamaan-persamaan yang diujicobakan adalah sebagai berikut:  Persamaan dengan satu peubah bebas. B = a + bD MacDicken 1997 B = aD b Brown 1997  Persamaan dengan dua peubah bebas B = aD b H c Ogawa 1965 diacu dalam Adinugroho 2002 B = a + bD 2 H Brown 1997 B = aD b Hbc c Ogawa 1965 diacu dalam Adinugroho 2002 Keterangan: B = biomassa H = tinggi a,b,c = koefisien D = diameter Hbc = tinggi bebas cabang 2. Pemilihan persamaan allometrik terbaik Untuk memperoleh persamaan allometrik regresi linear yang baik, kriteria pemilihan model secara statistik harus diperhatikan, yaitu: nilai simpangan baku s, koefisien determinasi R 2 dan koefisien yang disesuaikan R 2 adj. Persamaan yang dipilih adalah persamaan yang menghasilkan nilai simpangan baku s terkecil dan nilai koefisien determinasi R 2 serta koefisien yang disesuaikan R 2 adj yang terbesar. a. Perhitungan simpangan baku s Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan terhadap nilai aktual sebenarnya. Dalam uji statistik dibandingkan beberapa persamaan sehingga diperoleh nilai s yang terkecil yang menunjukkan bahwa nilai dugaan berdasarkan persamaan yang disusun mendekati nilai aktual. Dengan kata lain, semakin kecil nilai s maka semakin tepat nilai dugaan yang diperoleh. Nilai simpangan baku ditentukan dengan rumus Drapper Smith 1992: Keterangan: S = simpangan baku n-p = derajat bebas sisa Ya = nilai biomassa sesungguhnya Yi = nilai biomassa dugaan b. Perhitungan koefisien determinasi R 2 Koefisien determinasi adalah nilai yang mencerminkan seberapa besar keragaman tak bebas Y dapat dijelaskan oleh suatu peubah bebas X. Nilai R 2 dinyatakan dalam bentuk persen yang berkisar antara 0 hingga 100 . Semakin tinggi nilai R 2 , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi keragaman peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh peubah bebas X. Nilai R 2 ditentukan dengan rumus Drapper Smith 1992: Keterangan: R 2 = koefisien determinasi JK = jumlah kuadrat c. Perhitungan koefisiensi determinasi yang disesuaikan R 2 adj Koefisiensi determinasi yang disesuaikan R 2 adj adalah nilai koefisien determinasi yang disesuaikan terhadap derajat bebas jumlah kuadrat sisa JKS dan jumlah kuadrat total terkoreksi JKTT. Karena statistik pada R 2 adj sama dengan R 2 . Semakin tinggi R 2 adj maka semakin tinggi pula keeratan hubungan antara peubah tak bebas Y dan peubah bebas X. Nilai R 2 adj ditentukan dengan rumus Drapper Smith 1992: Keterangan: R 2 adj= koefisiensi determinasi yang disesuaikan JKS = jumlah kuadrat sisa n-p= derajat bebas sisa JKTT = jumlah kuadrat total terkoreksi n-1= derajat bebas total d. Uji nilai F Untuk untuk melihat apakah peubah bebas X mempunyai hubungan yang nyata dengan peubah tak bebas Y, digunakan uji nilai F. Untuk mendapatkan nilai F hitung dapat digunakan rumus: Keterangan: KTR = kuadrat tengah regresi KTS = kuadrat tengah sisa Hipotesis yang diuji adalah: H0: Hubungan regresi tidak nyata bi = 0; H1: Hubungan regresi nyata salah satu bi ≠ 0 Apabila F hitung F tabel pada taraf nyata 5 , maka tolak H0 yang menandakan hubungan regresi antara peubah bebas X dengan peubah tak bebas Y bersifat nyata. e. Perhitungan ketepatan dugaan biomassa Ketepatan adalah kombinasi antara bias dan ketelitian di dalam menggambarkan jauh dekatnya nilai-nilai hasil pengamatan terhadap nilai yang sebenarnya. Untuk membandingkan ketepatan dugaan biomassa antar persamaan, rata-rata bias error absolut MAEj dari dugaan biomassa pada setiap persamaan dihitung dengan menggunakan rumus Muhdin 1999: e ij = Y ai – Y ti Keterangan: MAE = rata-rata bias absolute persamaan ke-j kgpohon e ij = simpangan biomassa pohon ke –i dan pada persamaan ke –j n j = jumlah data pada rumus ke –j Y ai = biomassa aktual kg Y ti = biomassa dugaan kg Sumber: YLPPM 2000 Gambar 4 Lokasi penelitian di PT. Bina Ovivipari Semesta. 21 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas