Areal Hutan Mangrove PT. Bina Oviviari Semesta Biomassa

udara. Hal ini disebut sebagai akar udara air root. Akar udara ini tumbuh menggantung ke bawah dari batang atau cabang yang rendah, dilapisi semacam sel lilin yang dapat dilewati oksigen tetapi tidak tertembus air Murdiyanto 2003. Ciri khas Rhizophora apiculata yaitu daun sebelah atas berwarna hijau sampai hijau kekuningan, bagian bawahnya kuning kehijauan, bagian tengahnya pada bagian yang menurun kadang-kadang kemerahan. Daun memiliki panjang 10-20 cm dan lebar 5-8 cm berbentuk elips dan tirus. Daun Rhizophora apiculata hampir mirip dengan daun Bruguiera gymnorrhiza, tetapi terdapat perbedaan yang jelas yaitu pada daun Rhizophora apiculata terdapat bintik-bintik hitam di bagian bawah daun yang tua. Bunganya selalu kembar dengan panjang kelopak bunga 12-14 mm dan lebarnya 9-10 mm serta berwarna oranye kekuningan. Panjang buahnya antara 25-30 cm dengan diameter 15-17 mm, berwarna coklat dan kulitnya kasar. Kisaran musim berbunga yaitu pada bulan April sampai dengan bulan Oktober. Permukaan batang Rhizophora apiculata berwarna abu-abu, ketika masih muda batangnya halus dan ketika telah dewasa maka batang tersebut memiliki lentisel. Rhizophora apiculata memiliki bentuk perakaran yang khas yaitu bertipe penyanggatongkat yang mempunyai lentisel Bengen 2000.

2.2 Areal Hutan Mangrove PT. Bina Oviviari Semesta

Perusahaan Bina Ovivipari Semesta BIOS didirikan pada tahun 2000 berdasarkan Akta Notaris Nomor 23 pada tanggal 10 Nopember 2000 dan ditetapkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Nomor 40 pada tanggal 18 Mei 2004. Perusahaan Bina Ovivipari Semesta memperoleh Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam IUPHHK-HA melalui SK No 68MENHUT-II2006 pada tanggal 27 Maret 2006, dengan luas areal ± 10.100 ha di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Perusahaan Bina Ovivipari Semesta memiliki izin usaha selama 20 tahun terhitung tanggal 2 Juli 2001 sd 1 Juli 2021. Dari luas hutan 10.100 ha, areal efektif untuk produksi seluas 5.642 ha 57, sedangkan sisanya seluas 4.458 ha 43 diperuntukkan sebagai kawasan lindung, kawasan non produksi, dan areal non hutan Data PT. BIOS 2009.

2.3 Biomassa

Berdasarkan Brown 1997, biomassa adalah total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas. Biomassa hutan berperan penting dalam siklus karbon. Hutan mengabsorpsi CO 2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organic dalam biomassa tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO 2 di atmosfer melalui aktivitas fisiologinya. Pengukuran produktivitas hutan dalam konteks studi ini relevan dengan pengukuran biomassa. Biomassa hutan menyediakan informasi penting dalam menduga besarnya potensi penyerapan CO2 dan biomassa dalam umur tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengestimasi produktivitas hutan Rused 2009. Kandungan biomassa utamanya di hutan terdiri dari biomassa bahan hidup, biomassa bahan mati, tanah dan produk kayu. Dari biomassa tersebut umumnya karbon menyusun 45-50 bahan kering biomassa dari tanaman Brown 1997. Biomassa merupakan tempat penyimpanan karbon dan hal tersebut dinamakan sebagai rosot karbon carbon sink. Salah satu rosot karbon yang penting yaitu hutan Soemarwoto 1998. Berdasarkan Chapman 1976 diacu dalam Rused 2009, secara garis besar metode pendugaan biomassa di atas permukaan tanah dapat dikelompokkan menjadi dua cara, yaitu: A. Metode pendugaan langsung destruktif pemanenan 1. Metode pemanenan individu tanaman Metode ini diterapkan pada kondisi tingkat kerapatan tumbuhan pohon cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis sedikit. Nilai total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan biomassa seluruh individu dalam unit area. 2. Metode pemanenan kuadrat Metode ini mengharuskan memanen semua individu pohon dalam suatu unit area dan menimbangnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan mengkonversi berat bahan organik yang dipanen dalam suatu unit area. 3. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata Metode ini diterapkan pada tegakan yang memiliki ukuran yang seragam. Pohon yang ditebang ditentukan berdasarkan rata-rata diameternya dan kemudian menimbangnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan menggandakan nilai berat rata-rata dari pohon contoh yang ditebang dengan jumlah individu dalam suatu unit area. B. Metode pendugaan tidak langsung 1. Metode hubungan allometrik Persamaan allometrik dibuat dengan mencari korelasi yang terbaik antar dimensi pohon berupa diameter dan atau tinggi dengan biomassanya. Nilai total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan semua berat individu pohon dari suatu unit area. 2. Metode crop meter Metode ini dengan menggunakan seperangkat elektroda listrik yang kedua kutubnya diletakkan di atas tanah dengan jarak tertentu. Bioamassa tumbuhan yang terletak di antara dua elektroda dipantau dengan memperhatikan electrical capacitane dari alat tersebut.

2.4 Persamaan Allometrik Biomassa