4.4 Pemanfaatan Hasil Hutan PT. Bina Ovivipari Semesta 4.4.1 Perencanaan
Wilayah PT. Bina Ovivipari Semesta dengan luas areal kerja 10.100 ha, areal efektif untuk produksi seluas 5.642 ha 57, sedangkan sisanya seluas
4.458 ha 43 diperuntukkan sebagai kawasan lindung, kawasan non produksi, dan areal non hutan. Penataan batas areal kerja menggunakan batas alam seperti
sungai dan alur pasang surut. Kegiatan inventarisasi tegakan dilakukan sebelum penebangan dengan systematic streep sampling dan intensitas sampling 5.
Pembukaan wilayah hutan dilakukan hanya untuk penyaradan berupa jalan kayuongkak, sementara untuk angkutan menggunakan sungai dan alur pasang
surut yang terdapat pada areal kerja.
4.4.2 Penebangan
Penebangan dimulai dengan menumbangkan pohon, pembagian batang, pengulitan, penyaradan dengan menggunakan kayuongkak dan mengumpulkan di
TPn. Penyaradan dilakukan secara manual tidak menggunakan alat berat, seperti: dozer, sehingga tidak terjadi penurunan permukaan tanah. Secara keseluruhan
kegiatan penyaradan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia.
4.4.3 Pembinaan Hutan
Pembinaan hutan dilakukan dengan beberapa kegiatan. Kegiatan inventarisasi tegakan tinggal dilakukan dua tahun setelah penebangan. Permudaan
alam menutupi seluruh areal bekas tebangan sekitar 80-90 . Kegiatan pembebasan tahap pertama dilakukan untuk membersihkan areal dari jenis pakis-
pakisan Acrostichum aureum, dengan menebasnya sampai ke pangkal akar. Kegiatan pengadaan bibit dilakukan sesuai dengan jenis yang ditebang yaitu
Rhizophora apiculata dan Bruguiera gymnorrhiza. Kegiatan pengayaan atau rehabilitasi diperioritaskan pada areal bekas tebangan yang kurang mempunyai
permudaan alam, seperti: bekas jalan sarad, bekas tebangan, dan lokasi yang masih kosong. Jarak tanam yaitu 2 m x 2 m, dengan jenis endemik, seperti:
Rhizophora apiculata dan Bruguiera gymnorrhiza tergantung dengan zonasinya. Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyulaman dengan jenis yang
sama dengan yang ditanam dan terhadap tanaman pengganggu yang tumbuh kembali dilakukan penebasan ulang sampai tidak mampu lagi bersaing dengan
tanaman pokok. Kegiatan penjarangan dilakukan dengan dua tahap. Hal ini dilakukan agar pohon lebih cepat tumbuh karena berkurangnya persaingan.
4.4.4 Pengolahan Kayu
Sortimen hasil hutan kayu yang dihasilkan adalah kayu bulat kecil dengan jenis bakau-bakauan. Sebesar 80 dari hasil hutan kayu tersebut digunakan
untuk memasok industri chip PT. Bina Silva Nusa dan sisanya sebesar 20 dimanfaatkan untuk bahan baku industri arang sendiri. Sejak dikeluarkannya
IUPHHK-HA kepada PT. Bina Ovivipari Semesta pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 telah dilakukan kegiatan pemanfaatan dengan produksi
sebanyak 140.932 m
3
.
4.4.5 Tanggung Jawab Lingkungan dan Sosial