Spesies R. micropylora merupakan sebuah keajaiban di dunia tumbuhan yang memiliki sifat dan cara hidup yang menakjubkan dengan keindahan, cara
hidup yang unik, dan ukuran bunga yang besar. Bunga R. micropylora memiliki lima buah kelopak bunga, tanpa batang dan daun. Ukuran kuncup dan kelopak
bunga Rafflesia berbeda-beda setiap spesiesnya Salleh 1991.
2.2 Ekologi dan Habitat R. micropylora
Secara umum ekologi R. micropylora ditentukan oleh dua komponen yaitu komponen biotik termasuk aktivitas manusia dan komponen abiotik fisik.
Komponen biotik dari habitat R. micropylora salah satunya adalah tumbuhan inang. Faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan Rafflesia yaitu iklim, tanah
dan topografi. Rafflesia yang termasuk tumbuhan holoparasit hidup pada perakaran dan batang tumbuhan liana dari spesies T. lanceolarium Zuhud et al.
1998. Rafflesia
tumbuh di berbagai tipe habitat yang berbeda-beda mulai dari vegetasi hutan pantai hingga pegunungan. Karakteristik vegetasi dapat dilihat dari
asosiasi vegetasi hutan hujan tropika primer dengan keanekaragaman yang tinggi dan struktur vegetasi horizontal dan vertikal yang khas. Karakteristik tanah berupa
jenis tanah, pH tanah, kandungan zat hara, suhu, tekstur dan struktur tanah, kapasitas tukar kation, organisme tanah, tebal dan berat serasah, kandungan bahan
organik dan kelembaban Zuhud et al. 1998.
2.3 Penyebaran R. micropylora
Zuhud et al. 1998 mengatakan bahwa sampai saat ini telah berhasil di identifikasi spesies Rafflesia sebanyak 17 spesies yang ada di dunia dan 12 spesies
memiliki penyebaran di Indonesia. Daerah yang menjadi habitatnya yaitu hutan hujan tropika. Spesies Rafflesia yang tersebar di Pulau Sumatera yaitu R. arnoldii
var. atjehensis, R. hasseltii, R. gadutensis, R. micropylora, dan R. rochussenii. Dari kelima spesies Rafflesia yang terdapat di Sumatera, ada tiga spesies yang
terdapat di daerah NAD yaitu R. arnoldii var. atjehensis, R. micropylora, dan R. rochussenii
Nais 2001.
2.4 Tumbuhan Inang
Tumbuhan inang dari Rafflesia merupakan tumbuhan liana dari marga Tetrastigma
. Tetrastigma termasuk kedalam famili Vitaceae, memiliki 95 spesies
dengan penyebaran 57 spesies di Malesia, empat spesies di Taiwan, 12 spesies di India, empat spesies di Thailand, 22 spesies di Indocina, dan 12 spesies di
Malaysia Lattif 1984 diacu dalam Hikmat 1988. Tidak semua spesies Tetrastigma
merupakan tumbuhan inang dari Rafflesia. Berdasarkan klasifikasi dunia tumbuhan Backer dan Bakhuizen van Den
Brink 1963 diacu dalam Jamil 1998, Tetrastigma lanceolarium dikelompokkan dalam:
Divisi : Spermathophyta
Klas :
Angiospermae Anak Klas
: Dicotyledonae Bangsa
: Rhamnales Suku
: Vitaceae
Marga : Tetrastigma
Spesies : T. lanceolarium
T. lanceolarium merupakan tumbuhan berbiji dan berumah dua, memiliki
anakan yang hampir mirip dengan semak-semak maupun pohon muda. Perbedaan tersebut terlihat jika telah terjadi pemanjangan pada bonggol internode bagian
atas dan batang menjadi lentur sehingga mudah melengkung dan mulai membutuhkan pohon penyokong untuk mendapatkan sinar matahari dengan cepat.
Penyokong membantu mempercepat pertumbuhan internode sehingga ketika penyokong tidak tersedia maka pertumbuhannya akan mengalami perlambatan
dan kemungkinan akan jatuh ke tanah dan menjalar untuk mencari penyokong kembali. Tetrastigma yang menjalar ke atas akan menempati posisi yang teratas
pada tajuk pohon. Penyokong yang digunakan dapat berupa pohon, semak maupun batang liana lainnya Hernidiah 1999.
Sistem pertumbuhan dan perkembangan perakaran Tetrastigma bersifat horizontal, tidak jauh dari permukaan tanah dan termasuk ke dalam lapisan top
soil yang kaya akan zat hara, dan perakarannya memiliki percabangan yang
banyak. Tetrastigma mempunyai batang bentuk pipih dan bulat. Batang ini
dicirikan seperti T. papilosum bentuk batang bulat dan T. lanceolarium batang pipih yang sering menjadi habitat inang R. micropylora. Spesies T. lanceolarium
memiliki jaringan kayu yang lunak, berpori-pori dan besar, berkadar air tinggi, kulit batang dan akar berserabut tebal dan mudah pecah-pecah membentuk alur,
sebagian besar inang banyak mengandung air Jamil et al. 2002.
2.5 Status Konservasi R. micropylora