Stratifikasi dan penutupan tajuk vegetasi

Nasional Bukit Tigapuluh Riau-Jambi. Spesies Santiria laevigata terdapat pada habitat yang diteliti oleh Hernidiah 1999 dan Ekawati 2001. Spesies yang ada pada berbagai habitat tingkat permudaan anakan pohon belum menunjukkan kesamaan spesies yang signifikan, terutama pada spesies vegetasi R. micropylora pada penelitian ini. Tidak terdapat satu spesies pun yang sama baik dari tingkat pohon maupun dari tingkat permudaan anakan pohon dari berbagai habitat Rafflesia yang terdapat di Sumatera. Ketidaksamaan vegetasi dari berbagai habitat Rafflesia yang ada, menunjukkan bahwa Rafflesia memiliki karakteristik habitat yang sangat unik pada setiap tipe habitatnya.

5.2.1.1.6 Stratifikasi dan penutupan tajuk vegetasi

Dari pengambilan stratifikasi penutupan tajuk dengan lima petak seluas 0,2 ha Gambar 9, didapat nilai strata tajuk yang digambarkan berada pada strata A, B, dan C. Strata tajuk A yaitu spesies Parashorea parvifolia, Artocarpus sp., dan Hydnocarpus woodii . Kemudian pada strata B ditunjukkan oleh spesies Eucalyptus sp., Mallotus oblongifolius, Pterospermum javanicum, Aglaia odorata, dan Diospyros perfida. Sementara untuk strata C merupakan spesies yang paling banyak ditemukan di antaranya spesies Mallotus oblongifolius, Eucalyptus sp., Glochidion kollmaniannaum, dan Hydnocarpus woodii. Besarnya nilai penutupan tajuk yang ada yaitu 55,15. Nilai penutupan tajuk sedemikian akan menguntungkan bagi spesies vegetasi tertentu untuk pertumbuhannya, baik pertumbuhan tinggi maupun pertumbuhan diameter batang. Misalnya famili Dipterocarpaceae pada intensitas cahaya 50-70 sangat bagus untuk pertumbuhan tinggi, bobot kering, indeks luas daun dan tingkat kematian semai yang rendah Tjondronegoro 1983 diacu dalam Soerianegara 1991. Sementara Soerianegara 1991 menunjukkan pada penelitiannya dengan intensitas cahaya 40-50 merupakan intensitas cahaya yang optimal bagi anakan semai dari famili Dipterocarpaceae. Hal ini memperlihatkan salah satu spesies yang diuntungkan tersebut dengan keadaan penutupan tajuk yang demikian ialah spesies P. parvifolia. 13. Glochidion kollmaniannaum Keterangan: Knop Rafflesia 14. Mallotus oblongifolius A : Strata A tinggi pohon ≥ 30 m 15. Mallotus oblongifolius B : Strata B tinggi pohon ≥ 20-29 m 16. Hydnocarpus woodii C : Strata C tinggi pohon ≥ 4-19 m 17. Glochidion kollmaniannaum 1. Artocarpus sp. 18. Hydnocarpus woodii 2. Eucalyptus sp. 19. Cryptocarya mentek 3. Mallotus oblongifolius 20. Glochidion kollmaniannaum 4. Eucalyptus sp. 21. Diospyros perfida 5. Eucalyptus sp. 22. Murraya paniculata 6. Eucalyptus sp. 23. Aglaia odorata 7. Aglaia odorata 24. Parashorea parvifolia 8. Diospyros perfida 25. Parashorea parvifolia 9. Eucalyptus sp. 26. Mallotus oblongifolius 10. Hydnocarpus woodii 27. Cryptocarya mentek 11. Kayu kemong 12. Hydnocarpus woodii Gambar 9 Bentuk profil hutan vertikal dan horizontal tingkat pohon. Penutupan tajuk akan memberi dampak yang positif bagi pertumbuhan salah satu spesies yaitu P. parvifolia dari famili Diterocarpaceae. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya spesies P. parvifolia mendominasi pada tingkat semai. Gambar 10 Kondisi habitat R. micropylora. Penutupan tajuk berpengaruh terhadap perubahan iklim mikro. Namun pada penutupan tajuk vegetasi yang terbuka Gambar 9 kurang mendukung terhadap pertumbuhan R. micropylora. Hernidiah 1999 mengatakan, selain cahaya matahari yang masuk ke lantai hutan yang mempengaruhi secara langsung terhadap keberadaan Rafflesia, terjadinya pembukaan tajuk yang berlebihan menyebabkan Rafflesia akan mengalami kekeringan dan pada akhirnya kematian. Akan tetapi, keberhasilan suatu tumbuhan pada suatu habitat ditentukan oleh kemampuan sifat adaptasi mekanisme fisiologis terhadap keadaan lingkungan yang khusus. Apabila keadaan lingkungan setempat tidak cukup mendukung maka keadaan optimal tidak akan tercapai Soerianegara 1991. Selanjutnya Soerianegara dan Indrawan 1983 menyatakan bahwa stratifikasi yang terjadi dalam suatu tumbuh-tumbuhan di hutan terjadi karena adanya persaingan dimana spesies tertentu berkuasa dominan dari spesies lain, pohon-pohon tinggi dalam lapisan paling atas menguasai pohon-pohon yang dibawahnya.

5.2.1.2 Kondisi tumbuhan T. lanceolarium

Dokumen yang terkait

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Inventarisasi Jamur Makroskopis Di Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

14 177 116

Kekayaan Jenis Makroepifit Di Hutan Telaga Taman Nasional Gunung Leuser (Tngl) Kabupaten Langkat

2 67 5

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 35 133

Dampak Penetapan Batas Kawasan Ekosistem Leuser Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Perlindungan Zona Inti Taman Nasional Gunung Leuser di Kabupaten Langkat

2 58 94

Pemetaan kesesuaian habitat Rafflesia rochussenii (Teijsm. et Binn.) di resort tapos Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

1 18 84

Sikap Masyarakat Dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium Esculentum (Retz.) Sw.) Di Desa Gunung Bunder Ii, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 8 82

STUDI EKOLOGI Rafflesia gadutensis Meijer. DI TAMAN HUTAN RAYA DR.M. HATTA KOTA PADANG.

0 0 7

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 1 11