kerusakan pada inang Misnawaty 2007. Namun berdasarkan Nais 2001 menyatakan bahwa pengaruh tumbuhan parasit terhadap inangnya dapat
menyebabkan terjadinya kompetisi dalam memperoleh air, kompetesi dalam memperoleh nutrisi organik maupun anorganik, terganggunya metabolisme inang,
terganggunya potensi reproduksi inang, dan kesehatan inang menurunterganggu.
5.2 Kondisi Habitat R. micropylora
5.2.1 Kondisi biotik
Kondisi biotik habitat R. micropylora meliputi kondisi vegetasi di sekitarnya, tumbuhan inang R. micropylora, aktivitas satwaliar di sekitar habitat
R. micropylora.
5.2.1.1 Kondisi vegetasi
Vegetasi adalah tingkat yang paling berperan dalam keberadaan hutan. Keberadaan vegetasi dapat dibedakan berdasarkan tingkatan pertumbuhannya
yaitu tingkat pohon, tiang, pancang, dan semaitumbuhan bawah. Tingkatan vegetasi menggambarkan banyaknya jumlah spesies, besarnya diameter batang,
dan tingginya vegetasi yang didapat pada suatu lokasi tersebut. Dari jumlah, diameter, dan tinggi vegetasi yang didapat menggambarkan keberadaan vegetasi
tersebut dalam hal kedominanan spesies, kerapatan, dan penyebarannya yang terdapat pada lokasi tersebut.
5.2.1.1.1 Tingkat pohon
Dari hasil analisis vegetasi, didapat 30 spesies tingkat pohon dengan 13 famili. Habitat R. micropylora merupakan tipe vegetasi hutan dataran rendah.
Ciri-ciri tipe vegetasi hutan dataran rendah yaitu adanya spesies kayu penting dari famili Dipterocarpaceae antara lain: Shorea, Hopea, Dipterocarpus, Vatica, dan
Dryobalanops Soerianegara Indrawan 1983.
Indeks Nilai Penting INP tertinggi didominasi oleh spesies Parashorea parvifolia
dari famili Dipterocarpaceae dan diikuti oleh Hydnocarpus woodii Flacourtiaceae, Glochidion kollmannianum Euphorbiaceae, Toona sureni
Meliaceae, dan Aglaia odorata Meliaceae sebagaimana tersaji di dalam Tabel 6 dan secara lengkap disajikan dalam Lampiran 1.
Tabel 6 Lima spesies tingkat pohon yang memiliki tingkat INP tinggi
No Nama Ilmiah
Famili KR
FR DR
INP
1 Parashorea parvifolia
Dipterocarpaceae 8,26 7,89 32,18
48,33 2
Hydnocarpus woodii Flacourtiaceae 19,83
13,15 13,11
46,10 3
Glochidion kollmannianum Euphorbiaceae 17,35
13,15 8,91 39,42
4 Toona sureni
Meliaceae 3,30 3,94 9,23
16,48 5
Aglaia odorata Meliaceae
4,13 5,26 3,30
12,69
Spesies P. parvifolia memiliki nilai INP tertinggi dan diameter terbesar dengan nilai Dominansi Relatif DR 32,18 dalam petak contoh. Dilihat dari
tingkat kerapatan menunjukkan bahwa spesies H. woodii memiliki kerapatan paling tinggi yaitu Kerapatan Relatif KR mencapai 19,83. Sedangkan untuk
nilai frekuensi H. woodii dan G. kollmannianum mempunyai nilai frekuensi tertinggi dengan frekuensi relatif yang sama sebesar 13,15. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua spesies ini mempunyai tingkat penyebaran yang lebih merata dibanding spesies lainnya. Namun selain lima spesies tingkatan pohon
yang tertinggi, spesies Trigonostemon sp. dari famili Euphorbiaceae merupakan spesies yang memiliki INP terendah dengan nilai INP 2,36.
Gambar 5 menunjukkan persentase famili berdasarkan INP. Persentase famili tertinggi diperoleh Euphorbiaceae dengan nilai INP sebesar 28, diikuti
oleh famili Meliaceae, Sapindaceae, Moraceae, dan Rutaceae. Hal ini disebabkan famili Euphorbiaceae banyak ditemukan di petak pengamatan di antaranya spesies
G. kollmannianum, Mallotus oblongifolius, Macaranga hypoleuca, Cleistanthus myrianthus, Koilodpas brevipes.
- 5
10 15
20 25
30
INP
Famili
Gambar 5 Persentase famili tingkat pohon berdasarkan INP.
Berdasarkan penelitian Mukmin 2008 di Cagar Alam Penanjung Pangandaran Jawa Barat, famili yang memiliki INP tertinggi tingkat pohon yaitu
Meliaceae dan Euphorbiaceae pada tingkat ke tiga. Hal tersebut menunjukkan bahwa habitat Rafflesia pada hutan hujan dataran rendah masih memiliki
kemiripan famili vegetasi.
5.2.1.1.2 Tingkat tiang