Kondisi abiotik fisik Kondisi Habitat R. micropylora

beruang madu, monyet ekor panjang, beruk, owa, orangutan, dan bajing. Satwa- satwa tersebut khususnya satwa berkuku efektif dalam menyebarkan biji terhadap penginfeksian tumbuhan parasit kedalam organ inangnya Zuhud et al. 1998. Lokasi habitat R. micropylora dekat dengan pusat rehabilitasi orangutan dan stasiun penelitian TNGL. Orangutan ditemukan langsung ketika penelitian berjalan Gambar 14. Namun keberadaan orangutan ini diduga dapat merusak populasi R. micropylora. Hal ini terlihat dari bekas aktivitas seperti mencari makan yang dilakukan oleh orangutan di lantai hutan yang menganggap knop R. micropylora merupakan makanannya dan menyebabkan knop R. micropylora tercabut dari inangnya. Gambar 14 Orangutan sedang melakukan aktivitas di pohon-pohon.

5.2.2 Kondisi abiotik fisik

Berdasarkan kondisi fisik habitat, pengukuran yang dilakukan pada petak contoh dengan ketinggian 510 m dpl, kemiringan lahan mencapai 45°, memiliki komponen fisik tanah yang berbeda-beda pada setiap petak contoh tanahnya Tabel 15. Komponen fisik tanah merupakan salah satu bagian penentu pertumbuhan vegetasi. Karena pertumbuhan vegetasi sangat tergantung dengan kondisi iklim dan tanah Thorenaar 1997. Tipe vegetasinya berdasarkan ketinggian tergolong kedalam tipe vegetasi hutan hujan dataran rendah. Tabel 15 Kompenen fisik tanah pada setiap petak contoh Petak Contoh Tanah pH KTK Kematangan Tekstur Struktur Warna Petak 1 7,5 Sedang Matang Geluh lempungan - Granuler - Bulat - Poros di horizon A Cokelat muda Petak 2 7 Sedang Matang Geluh lempungan pasiran - Granuler - Bulat - Poros di horizon A Cokelat muda Petak 3 8 Sedang Matang Geluh pasiran - Remah - Bulat - Sangat poros di horizon A Cokelat kemerahan Keterangan : pH = Sifat keasaman tanah, KTK = Kapasitas Tukar Kation Tanah pada habitat R. micropylora memiliki pH rata-rata 7,5 yang termasuk pH netral dan mendekati pH agak basa. Sebagai perbandingan habitat pada R. patma memiliki pH tanah masam sampai netral dan habitat R. rochussenii memiliki pH tanah masam hingga agak masam Zuhud et al. 1998. Hal tersebut menunjukkan secara umum habitat Rafflesia memiliki pH tanah masam hingga hampir agak basa. Kapasitas Tukar Kation KTK tanah yang sedang ini merupakan salah satu dari beberapa unsur tanah yang dinilai untuk kesuburan tanah. Kesuburan tanah dapat dilihat dari unsur yang terkandung dalam tanah. Pertumbuhan tanaman, produksi tanaman, dan fungsi tanaman sangat erat hubungannya dengan faktor penting kesuburan tanah seperti pH, kadar bahan organik, N, P, dan K Winarso 2005 diacu dalam Mukmin 2008. Beberapa unsur tanah yang ditampilkan oleh pH, KTK, tekstur, struktur dan warna tanah adalah penentu tesedianya karbohidarat, protein, dan lemak bagi tegakan vegetasi yang ada di TNGL. Hal ini terutama untuk kebutuhan pertumbuhan T. lanceolarium yang di transfer ke R. micropylora secara langsung dari inang tersebut. Unsur hara yang diperoleh dari akar dan melalui daun akan dirubah menjadi senyawa organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan sebagianya yang berguna bagi tumbuhan. Tanah dikatakan subur apabila tata air, udara, dan unsur hara dalam keadaan cukup, seimbang dan sesuai dengan tuntunan tanaman Soerianegara 1991. Selanjutnya Sarief 1985 diacu dalam Soerianegara 1991 menyebutkan fungsi tanah dalam peningkatan produksi vegetasi ialah sebagai sebagai sumber unsur bagi tumbuh-tumbuhan, dan sebagai matrik tempat akar tanaman berjangkar dalam penyimpanan air untuk kebutuhan tumbuhan, serta tempat unsur hara. Kematangan tanah dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam tanah. Banyaknya air yang terkandung dalam tanah sangat tergantung kepada kadar drainase tanah dan tekstur maupun struktur penyusun tanahnya. Tanah yang bertekstur liat akan lebih lambat pertumbuhan vegetasinya dibandingkan dengan tanah yang bertektstur liat berdebu. Semakin kasar tekstur tanahnya akan semakin bagus jika dibandingkan dengan tekstur tanah yang halus liat Soerianegara 1991. Berdasarkan tekstur dan struktur tanah yang terdapat di Blok Gurah Ketambe TNGL sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan tegakan vegetasi yang berada di lokasi tersebut. Jika melihat dari tekstur tanahnya tergolong kedalam geluh lempung, geluh lempung pasiran, dan geluh pasiran. Tekstur tanah ini hampir sama dengan tekstur pada R. arnoldii dengan tanah satuan berpasir dan R. patma dengan tanah lempung berpasir Zuhud et al. 1998. Tanah lempung dicirikan oleh partikel kecil yang berdiameter 0,002 mm berat dan kadang-kadang lembab, dan tanah yang agak berpasir dicirikan dengan bersifat kering dan kurang subur dan terbentuk dari partikel besar lebih dari 2 mm Q A International 2009. Tekstur tanah mempunyai hubungan yang erat dengan struktur tanah Tabel 14. Tekstur dan struktur tanah yang demikian memberikan warna tanah yang cokelat muda hingga cokelat kemerah-merahan. Sedikit berbeda dengan R. arnoldii dengan tekstur tanahnya yang satuan batu berpasir dan memiliki warna tanah yang cokelat kehitaman Zuhud et al. 1998. Suhu dan kelembaban udara di sekitar habitat Rafflesia tersebut mempengaruhi kadar air tanah dan akan berdampak kepada bentuk tipe pembentukan vegetasi hutan yang ada. Seperti yang dikatakan Istomo et al. 2008 bahwa faktor yang mempengaruhi kelembaban antara lain adanya tegakan pohon, terutama tegakan pohon yang rapat. Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelemban udara rata-rata di lokasi habitat R. micropylora berkisar antara 27- 28°C dan dengan kelembaban di lokasi 85 - 97 Tabel 16. Hal ini menunjukkan habitat R. micropylora dalam kondisi lembab – sangat lembab. Tabel 16 Suhu dan kelembaban udara pada lokasi petak contoh No. Tanggal Jam WIB Suhu °C Kelembaban 1 8 Agustus 2010 10.50 27 90 2 8 Agustus 2010 13.20 28 85 3 8 Agustus 2010 14.50 28 89 4 25 September 2010 10.57 27 97 5 25 September 2010 11.47 27 90 6 25 September 2010 15.27 27,5 90,5 Kelembaban di Blok Gurah TNGL hampir mencapai udara jenuh dengan uap air dimana akan terjadi titik-titik air. Kelembaban udara dan suhu udara mempengaruhi dalam kecepatan transpirasi bagi tumbuhan. Semakin lembab di lokasi tersebut maka proses transpirasi bagi vegetasi akan semakin lambat, dan sebaliknya jika kelembaban semakin tidak lembab kering dan suhu udara semakin panas maka transpirasi vegetasi tersebut akan semakin cepat. Artinya semakin cepat proses transpirasi yang terjadi dalam vegetasi maka semakin kering dan akan semakin banyak membutuhkan kadar air untuk pertumbuhannya. Tumbuhan yang kekurangan air akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan berada dalam riap pohon yang kecilkerdil. Akan tetapi ketersedian air yang seimbang akan menghasilkan pertumbuhan pohon yang tinggi dan riap yang besar menjadi pohon raksasa Istomo et al. 2008. Lokasi habitat R. micropylora ini dekat dengan sumber aliran air kurang dari 150 m dari tempat menempelnya R. micropylora terhadap inang. Suhu udara yang berasal dari sinar matahari akan menyebabkan perubahan iklim mikro tanah seperti pertukaran udara aerasi dan air dalam tanah berkurang drainase. Suhu udara yang tinggi akan menurunkan kelembaban tanah sehingga evaporasi meningkat, namun aerasi dalam tanah berjalan lancar. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah seperti tekstur tanah Soerianegara 1991. Sebagai perbandingan habitat pada beberapa tempat tumbuhnya Rafflesia mempunyai kelembaban udara antara 80 – 96 Zuhud et al. 1998, seperti tersaji pada Tabel 17. Tabel 17 Suhu dan kelembaban udara pada beberapa spesies Rafflesia No Spesies Rafflesia Suhu udara °C Kelembaban udara 1 R. patma 32,5 85-94 2 R. rochussenii 15 - 25 85-95 3 R. arnoldi 21,1 – 26,4 82-96 4 R. zollingeriana 21,1 – 26,1 80-96 Sumber: Zuhud et al. 1998 Secara umum perbandingan habitat Rafflesia yang dilihat dari kelembaban udara dan suhu udara tidak memberikan gambaran habitat yang sama dengan habitat R. micropylora yang berada di Blok Gurah Ketambe TNGL. Namun secara rata-rata yang mendekati dengan habitat R. micropylora adalah habitat spesies R. arnoldi dan R. zollingeriana. Beberapa perbandingan habitat Rafflesia yang disajikan pada Tabel 17 tersebut di atas, R. micropylora memiliki habitat dengan kelembaban tertinggi mencapai 97. Namun berbeda dengan suhu udara tertinggi berada pada habitat spesies R. patma yaitu 32,5°C. Hal tersebut menggambarkan bahwa Rafflesia memiliki suhu udara mulai dari 15-32,5°C dan memiliki kelembaban udara 80-97. Perbedaan suhu udara dipengaruhi oleh jumlah radiasi matahari yang diterima, pengaruh daratan atau lautan, pengaruh ketinggian tempat, pengaruh angin secara tidak langsung, pengaruh panas laten panas yang disimpan dalam atmosfer, penutupan tanah, tipe tanah tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi, pengaruh sudut datang sinar matahari. Sementara kelembaban udara di beberapa habitat dipengaruhi oleh curah hujan musim hujan atau musim kemarau, dan tegakan pohon disekitar habitat Istomo et al. 2008.

5.3 Sikap Masyarakat TNGL Terhadap R. micropylora

5.3.1 Karakteristik responden

Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang, yang diambil dari tiga desa yaitu Desa Ketambe, Desa Simpur Jaya, Kecamatan Ketambe, dan Desa Pulo Piku, Kecamatan Darul Hasanah, Kabupaten Aceh Tenggara, seperti tersaji pada Tabel 18. Desa Simpur Jaya merupakan salah satu desa yang termasuk kedalam kawasan TNGL bahkan kawasan desa dekat dengan zona inti TNGL yang dijadikan sebagai Kawasan Stasiun Penelitian. Tabel 18 Jumlah responden yang diwawancarai di setiap desa No. Desa Jumlah responden Persentase 1 Simpur Jaya 13 43,33 2 Ketambe 10 33,33 3 Pulo Piku 7 23,33 Jumlah 30 100 Sebagian responden yang hidup di sekitar kawasan TNGL masih sangat mengandalkan keberadaan TNGL sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar, terutama bagi masyarakat Simpur Jaya yang memang tergolong tinggal

Dokumen yang terkait

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Inventarisasi Jamur Makroskopis Di Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

14 177 116

Kekayaan Jenis Makroepifit Di Hutan Telaga Taman Nasional Gunung Leuser (Tngl) Kabupaten Langkat

2 67 5

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 35 133

Dampak Penetapan Batas Kawasan Ekosistem Leuser Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Perlindungan Zona Inti Taman Nasional Gunung Leuser di Kabupaten Langkat

2 58 94

Pemetaan kesesuaian habitat Rafflesia rochussenii (Teijsm. et Binn.) di resort tapos Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

1 18 84

Sikap Masyarakat Dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium Esculentum (Retz.) Sw.) Di Desa Gunung Bunder Ii, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 8 82

STUDI EKOLOGI Rafflesia gadutensis Meijer. DI TAMAN HUTAN RAYA DR.M. HATTA KOTA PADANG.

0 0 7

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 1 11