Kondisi Populasi Rafflesia micropylora Meijer

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Populasi Rafflesia micropylora Meijer

Lokasi ditemukannya knop kuncup Rafflesia micropylora Meijer berada di Blok Gurah Ketambe Taman Nasional Gunung Leuser TNGL. Namun berdasarkan informasi dari masyarakat, terdapat empat lokasi tumbuh R. micropylora yang biasa ditemukan di TNGL, Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam NAD. Lokasi-lokasi tersebut yaitu di Stasiun Riset Ketambe, Blok Gurah Ketambe, Desa Suka Rimbun Kecamatan Ketambe, dan di dekat kebun masyarakat Ketambe. Selain itu, R. micropylora yang dekat dengan daerah Ketambe dapat ditemui di Blok Air Panas, Desa Lawe Panas, Kecamatan Putri Betung, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi NAD. Dari keempat lokasi tersebut, R. micropylora hanya ditemukan di blok Gurah Ketambe TNGL. Knop R. micropylora yang ditemukan berjarak sekitar 6 m dari inangnya yaitu akar reriang gana Tetrastigma lanceolarium. Knop tersebut ditemukan dalam keadaan utuh lepas dari inangnya. Diduga knop tersebut baru sehari atau dua hari lepas dari inangnya akibat adanya gangguan. Dari hasil bekas tumbuh R. micropylora pada inangnya ditemukan sejumlah lima bekas tempelan tempat tumbuh. Pada kelima bekas tumbuh R. micropylora tersebut satu diantarannya adalah bekas tumbuh knop R. micropylora yang tercabut Tabel 5. Tabel 5 Kondisi bekas knop R. micropylora pada inang T. lanceolarium Bekas knop R. micropylora Diameter inang cm Tinggi dari permukaan tanah cm Knop 1 3,5 168 Knop 2 2,22 Knop 3 0,95 Knop 4 1,91 Knop 5 2,38 Berdasarkan Tabel 5, bekas knop R. micropylora memiliki diameter yang berbeda-beda pada setiap ukuran diameter inang. Kisaran diameter inang dimulai dari 0,95-3,5 cm. Ukuran diameter knop Rafflesia yang ditemukan terlepas dari inangnya mencapai 14,96 cm Gambar 3. R. micropylora mekar dengan diameter bunga 30-60 cm Zuhud et al. 1998. Gambar 3 Kondisi knop R. micropylora. Daun pelindung bractea yang mulai mengering dan berwarna cokelat kehitaman merupakan ciri khas bagi R. micropylora pada tahapan perkembangannya Gambar 3. Disebutkan oleh Zuhud et al. 1998 bahwa knop R. micropylora dengan ukuran kurang dari 10 cm warna pelindung berubah menjadi cokelat kemerah-merahan sampai cokelat kehitam-hitaman, dan pelindung sudah mengering serta warnanya berubah menjadi cokelat tua kehitam- hitaman hingga hitam pada ukuran lebih kurang 15 cm. Dilihat dari struktur penyusunnya Gambar 4, knop R. micropylora yang merupakan tumbuhan berumah dua ini adalah knop R. micropylora bunga jantan. Jenis kelamin knop ini ditandai adanya anther pada bagian dalamnya dan tidak memiliki ovarium. Processes pada knop ini memiliki 20 buah dengan tinggi 1,75- 2,5 cm dari pangkal margo superior discus. Margo superior discusnya memiliki diameter 10,3 cm, dengan tinggi ramenta 0-0,75 cm. Keterangan: 1. Diaphragm 2. Segmenta perigone 3. Ramenta 4. Processes 5. Margo superior discus 6. Anther 7. Lobe perigone 8. Discus 9. Annalus interior 10. Annalus exterior 11. Bractea 12. Sulcus coronalis 13. Cupula 14. Tempat menempelnya dengan inang Gambar 4 Bagian R. micropylora Zuhud et al. 1998. Sebagai spesies tumbuhan berumah dua, keberadaan bunga jantan dan bunga betina pada R. micropylora sangat mempengaruhi proses perkembangbiakannya. Proses penyerbukan dan pembuahan yang sempurna akan terjadi jika terdapat dua spesies bunga jantan dan bunga betina R. micropylora yang mekar dalam waktu yang bersamaan dan lokasi yang berdekatan. Proses perkembangbiakan tersebut juga tidak bisa dilakukan sendiri oleh bunga R. micropylora melainkan melalui bantuan satwa, angin dan air terhadap inangnya Zuhud et al. 1998. Satu knop R. micropylora tumbuh pada inangnya tidak memberikan kerugian yang nyata. Keberadaan knop R. micropylora tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan inang T. lanceolarium, karena satu batang inang dapat tumbuh Rafflesia pada berbagai fase pertumbuhan dan tidak diikuti tanda-tanda 8 10 14 2 1 3 5 9 11 4 7 6 12 13 kerusakan pada inang Misnawaty 2007. Namun berdasarkan Nais 2001 menyatakan bahwa pengaruh tumbuhan parasit terhadap inangnya dapat menyebabkan terjadinya kompetisi dalam memperoleh air, kompetesi dalam memperoleh nutrisi organik maupun anorganik, terganggunya metabolisme inang, terganggunya potensi reproduksi inang, dan kesehatan inang menurunterganggu.

5.2 Kondisi Habitat R. micropylora

Dokumen yang terkait

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Inventarisasi Jamur Makroskopis Di Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

14 177 116

Kekayaan Jenis Makroepifit Di Hutan Telaga Taman Nasional Gunung Leuser (Tngl) Kabupaten Langkat

2 67 5

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 35 133

Dampak Penetapan Batas Kawasan Ekosistem Leuser Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Perlindungan Zona Inti Taman Nasional Gunung Leuser di Kabupaten Langkat

2 58 94

Pemetaan kesesuaian habitat Rafflesia rochussenii (Teijsm. et Binn.) di resort tapos Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

1 18 84

Sikap Masyarakat Dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium Esculentum (Retz.) Sw.) Di Desa Gunung Bunder Ii, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 8 82

STUDI EKOLOGI Rafflesia gadutensis Meijer. DI TAMAN HUTAN RAYA DR.M. HATTA KOTA PADANG.

0 0 7

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 1 11