Sistem Usaha Perikanan Tangkap

tangkap terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan dan mempengarui satu dengan lainnya, seperti dapat terlihat pada Gambar 2. Gambar 2 Keterkaitan komponen dalam kompleksitas penangkapan ikan Kesteven 1973, dimodifikasi oleh Monintja 2006. Komponen-komponen tersebut dikemukakan oleh Kesteven 1973 dan dimodifikasi oleh Monintja 2006, yaitu : 1 Sub sistem penyediaan sarana dan prasarana produksi, teknologi dan pengembangan sumberdaya. 2 Sub sistem produksi proses produksi. 3 Sub sistem prasarana pelabuhan. 4 Sub sistem pengolahan. PROSES PRODUKSI PRASARANA PELABUHAN MEMASOK PRODUK, DIJUAL OLEH DIOLAH MENANGKAP MEMBANGUN MEMBUAT MENYELENGGARAKAN DIJUAL MEMBAYAR HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN SARANA PRODUKSI GALANGAN KAPAL PABRIK ALAT DIKLAT TK UNIT PENANGKAPAN KAPAL ALAT NELAYAN UNIT SUMBERDAYA SPESIES HABITAT MUSIMLINGKUNGAN FISIK UNIT PENGOLAHAN HANDLING PROCESSING PACKAGING UNIT PEMASARAN DISTRIBUSI PENJUALAN SEGMEN PASAR MASYARAKAT KONSUMEN MODAL TEKNOLOGI PEMBINAAN ASPEK LEGAL SISTEM INFORMASI DOMESTIK DEVISA EKSPOR 5 Sub sistem pemasaran. 6 Sub sistem pembinaan kelembagaan. Menurut Ditjen Perikanan Tangkap DKP 2005, sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi mencakup kegiatan perencanaan, pengelolaan ataupun pengadaan sarana produksi teknologi dan sumberdaya perikanan. Kebijaksanaan yang mengupayakan agar sarana produksi dapat tersedia dengan tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat kualitas dan sesuai dengan daya beli pembudidaya ikan, disertai dengan pengembangan dan penerapan paket ilmu pengetahuan dan teknologi continue merupakan kebijaksanaan utama yang menjadi ciri keberadaan sub sistem ini. Sub sistem produksi mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usaha perikanan dalam rangka peningkatan produksi primer perikanan. Ruang lingkup kegiatan sub sistem ini diantaranya perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi dan pola usaha perikanan dalam rangka meningkatkan produksi perikanan.

2.2 Potensi Sumberdaya Ikan

Sumberdaya ikan bersifat common property resources atau sumberdaya milik bersama dan bersifat open access atau terbuka. Karakteristik tersebut dapat menimbulkan suatu anggapan “ siapa cepat dia dapat” atau kompetisi dalam proses penangkapan ikan. Umumnya, kondisi open access akan menimbukan lebih tangkap overfishing. Sebagai dampaknya, beberapa perairan Indonesia seperti pantai Timur Sumatera, Utara Jawa dan Bali, telah melampaui batas maksimum penangkapan ikan sehingga mengancam kapasitas keberlanjutan usaha perikanan Nikujuluw 2002. Kabupaten Halmahera Utara hampir seluruh wilayahnya dikelilingi oleh perairan laut yakni Samudera Pasifik di sebelah utara dan barat laut, Teluk Kao di sebelah barat, dan Laut Maluku disebelah timur. Dengan fakta geografis ini, jelas bahwa wilayah Halmahera Utara memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang masih terjaga kelestariannya sehingga dapat diandalkan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi wilayahnya. Hal ini ditunjukkan dengan 1 masih sering terlihatnya, kawanan ikan pelagis yang berenang dan berlompatan di sekitar perairan pantai, 2 ukuran ikan yang tertangkap masih relatif besar, dan 3 banyaknya armada asing yang datang melakukan kegiatan penangkapan ikan di perairan ini secara illegal. Potensi sumberdaya ikan laut di perairan ini diperkirakan sebesar 148.473,8 tontahun, yang berarti memiliki potensi lestari MSY sebesar 86.660,6 tontahun, terdiri dari kelompok ikan pelagis sebanyak 48.946,4 tontahun dan kelompok ikan demersal sebanyak 32.664,2 tontahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut masih rendah, tercatat pada tahun 2007 baru dimanfaatkan sebersar 14 atau setara dengan 11.798,83 ton Dinas Kelautan dan Perikanan Halmahera Utara, 2008. Rendahnya pemanfaatan sumberdaya ikan ini diduga disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah teknologi penangkapan ikan yang relatif sederhana yang sangat tergantung dengan kondisi alamcuaca, tidak adanya akses ke pasar ikan sehingga ikan sulit untuk dijual, dan maraknya penangkapan ikan illegal oleh nelayan Phillipina.

2.3 Pengembangan Penangkapan Ikan

Pembangunan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penerapan teknologi alat penangkapan ikan yang yang baik Bahari 1989. Seleksi teknologi menurut Haluan dan Nurani 1988, dapat dilakukan melalui pengkajian pada aspek “bio-technico-socio-economi- approach” oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis teknologi penangkapan ikan yang dikembangkan, yaitu 1 jika ditinjau dari segi biologi tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumber daya, 2 secara teknis efektif digunakan, 3 secara sosial dapat diterima masyarakat nelayan dan 4 secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan. Aspek teknologi dilakukan untuk melihat hubungan faktor-faktor teknik yang mempengaruhi produksi, yaitu desain dan konstruksi, teknik pengoperasian dan alat bantu penangkapan serta CPUE dalam usaha penangkapan ikan tenggiri. Menururt Sppare dan Venema 1999 penilaian aspek teknik dilakukan terhadap: 1 Hasil tangkapan per tahun kg; 2 Upaya penangkapan per tahun unit; 3 Produksi per alat tangkap.