Pengembangan Penangkapan Ikan Analisis keragaan usaha penangkapan ikan pasca program pemberdayaan nelayan di Kabupaten Halmahera Utara

perairan pantai, 2 ukuran ikan yang tertangkap masih relatif besar, dan 3 banyaknya armada asing yang datang melakukan kegiatan penangkapan ikan di perairan ini secara illegal. Potensi sumberdaya ikan laut di perairan ini diperkirakan sebesar 148.473,8 tontahun, yang berarti memiliki potensi lestari MSY sebesar 86.660,6 tontahun, terdiri dari kelompok ikan pelagis sebanyak 48.946,4 tontahun dan kelompok ikan demersal sebanyak 32.664,2 tontahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut masih rendah, tercatat pada tahun 2007 baru dimanfaatkan sebersar 14 atau setara dengan 11.798,83 ton Dinas Kelautan dan Perikanan Halmahera Utara, 2008. Rendahnya pemanfaatan sumberdaya ikan ini diduga disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah teknologi penangkapan ikan yang relatif sederhana yang sangat tergantung dengan kondisi alamcuaca, tidak adanya akses ke pasar ikan sehingga ikan sulit untuk dijual, dan maraknya penangkapan ikan illegal oleh nelayan Phillipina.

2.3 Pengembangan Penangkapan Ikan

Pembangunan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penerapan teknologi alat penangkapan ikan yang yang baik Bahari 1989. Seleksi teknologi menurut Haluan dan Nurani 1988, dapat dilakukan melalui pengkajian pada aspek “bio-technico-socio-economi- approach” oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis teknologi penangkapan ikan yang dikembangkan, yaitu 1 jika ditinjau dari segi biologi tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumber daya, 2 secara teknis efektif digunakan, 3 secara sosial dapat diterima masyarakat nelayan dan 4 secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan. Aspek teknologi dilakukan untuk melihat hubungan faktor-faktor teknik yang mempengaruhi produksi, yaitu desain dan konstruksi, teknik pengoperasian dan alat bantu penangkapan serta CPUE dalam usaha penangkapan ikan tenggiri. Menururt Sppare dan Venema 1999 penilaian aspek teknik dilakukan terhadap: 1 Hasil tangkapan per tahun kg; 2 Upaya penangkapan per tahun unit; 3 Produksi per alat tangkap. Menurut Friedman 1988, merancang alat tangkap adalah proses mempersiapkan uraian teknik dan menggambar alat tangkap agar memenuhi syarat-syarat penanganan alat, teknik, operasional, ekonomis dan sosial. Analisis teknis lain yang dilakukan yaitu perhitungan nilai produktivitas, baik produktivitas terhadap alat tangkap ikan, produktivitas terhadap trip, maupun produktivitas terhadap nelayan. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan. Pengembangan jenis teknologi penangkapan ikan di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan-tujuan pembangunan umum perikanan. Ada lima syarat untuk pengembangan teknologi penangkapan ikan menurut Martasuganda et al. 2002, yaitu: 1 menyediakan kesempatan kerja yang banyak; 2 menjamin pendapatan yang memadai bagi tenaga kerja atau nelayan; 3 menjamin jumla produksi yang tinggi untuk menyediakan protein; 4 menempatkan jenis ikan komoditas ekspor atau jenis yang bisa di ekspor; dan 5 tidak merusak kelestarian sumberdaya perikanan. Apabila pengembangan usaha perikanan di suatu wilayah perairan ditekankan pada kapuasan tenaga kerja, maka menurut Moninja 1987, teknologi yang perlu dikembangkan adalah unit penangkapan ikan yang relatif dapat menyerap tenaga kerja yang banyak dengan pendapatan nelayan yang memadai. Selain itu juga unit yang dipilih adalah unit penangkapan yang mempunyai produktivitas tinggi, namun masih dapat dipertanggungjawabkan aspek biologis dan ekonomisnya. Intensifikasi untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan, pada dasarnya adalah penerapan teknologi modern pada sarana dan teknik-teknik yang digunakan, termasuk alat penangkapan ikan, perahu atau kapal serta alat bantu yang digunakan dalam penangkapan ikan. Namun tidak semua modernisasi dapat meningkatkan produksi dan bila tercapai peningkatan produksi belum tentu dapat meningkatkan pendapatan bersih net income nelayan. Oleh karena itu, introduksi teknik-teknik penangkapan ikan harus didahului dengan penelitian secara intensif dengan hasil yang meyakinkan agar implementasi unit penangkapan ikan modern dapat berfungsi dengan efektif dan efisien serta diterima oleh masyarakat nelayan Wisodo et al. 1994. Untuk pengembangan produksi atau pemanfaatan sumberdaya perikanan di masa mendatang, langkah-langkah yang harus dikaji dan kemudian diusahakan pelaksanaannya adalah 1 pengembangan prasarana perikanan; 2 pengembangan agroindustri; 3 pengembangan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan perikanan, dan 4 pengembangan sistem informasi manajemen perikanan Ditjen Perikanan 1990. Pengembangan perikanan juga tidak dapat dipacu terus menerus tanpa melihat batas kemampuan sumberdaya yang ada ataupun daya dukungnya. Pada perikanan yang berkembang pesat, pengendalian sangat diperlukan. Kalau hal ini dilaksanakan, berarti telah menerapkan pembangunan perikanan berkelanjutan, sehingga kelestarian sumberdaya dan kegiatan perikanan dapat dijamin keberdaaanya pada saat ini dan di masa akan datang Naamin 1987. Berdasarkan hasil pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Utara 2008, menyatakan teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan adalah pancing ulur, rawai, mini purse seine pajeko, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring lingkar giob, huhate, bagan, dan bubu. Umumnya tingkat teknologi penangkapan yang dipergunakan tersebut masih relatif sederhana dan ukuran armadanya tidak berskala besar. Adapun perahukapal yang digunakan sebagian besar masih menggunakan perahu layartanpa motor dan sebagian kecil menggunakan motor tempel. Kondisi terbatasnya teknologi dan permodalan usaha perikanan tangkap telah menyebabkan tingkat produktivitas nelayan setempat menjadi rendah.

2.4 Karakteristik Masyarakat Nelayan