Tingkat Pendapatan dan Kelayakan Usaha

penangkapan sebesar 50 untuk pemilik mini purse seine dan 40 pemilik rawai. Setelah mendapat bantuan unit penangkapan ikan, bagian hasil juraganpemilik unit penangkapan menjadi spenuhnya bagian kelompok kepemilikan bersama sehingga laba bersih menjadi 100 bagi kelompok nelayan mini purse seine dan neyalan rawai. Hal ini menunjukkan pemberian bantuan unit penangkapan ikan memberikan dampak mobilitas vertical nelayan, yaitu berubah status dari buruh nelayan menjadi pemilik kapal pengusaha Satria 2001.

6.2 Tingkat Pendapatan dan Kelayakan Usaha

Tingkar pendapatan nelayan sangat tergantung pada jumlah hasil tangkapan ikan yang diperoleh dari operasi penangkapan. Jumlah hasil tangkapan sangat dipengaruhi oleh jenis alat tangkap yang digunakan. Berdasarkan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh ketiga jenis alat tangkap bantuan, menunjukkan hasil produksi dari alat tangkap pajeko lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap rawai dan gillnet. Dengan jumlah produksi yang tinggi berkorelasi terhadap pendapatan, yaitu nilai nominal pendapatan nelayan mini purse seine lebih tinggi dari pendapatan nelayan rawai dan gillnet. Alat tangkap mini purse seine termasuk alat tangkap aktif dan efektif untuk menangkap ikan pelagis kecil. Prinsip penangkap alat tangkap ini adalah dengan melingkarkan jaring purse seine terhadap gerombolan ikan pelagis di permukaan air Baskoro dan Effendi 2005. Pengoperasian mini purse seine di Kabupaten Halmahera Utara menggunakan alat bantu rumpon dan perahu lampu sehingga operasi penangkapan mini purse seine lebih efektif dan efisien. Menurut Monintja 1990 menyatakan rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang bermanfaat: 1 efesiensi waktu dan menghemat bahan bakar dalam pengintaian, 2 meningkatkan hasil tangkapan per upaya penangkapan, 3 meningkatkan mutu hasil tangkapan berdasarkan spesies dan komposisi ukuran ikan. Menurut Ayodhyoa 1981, agar benar-benar bisa memperolah hasil tangkapan yang besar, maka sangatlah dikehendaki kelompok-kelompok ikan yang berdensitas tinggi. Dengan pengertian bahwa jarak antara satu individu dengan individu lainnya dari kelompok ikan sangat dekat. Untuk mengumpulkan gerombolan ikan tersebut maka digunakan alat bantu rumpon. Dengan ukuran jaring kantong rata-rata 300 meter dan tinggi 50 meter memungkinkan menangkap sebagian besar dari gerombolan ikan pelagis tersebut. Menurut Gunarso 1996, kelebihan dari tingkah laku ikan yang bergerombol adalah dapat menangkap ikan dalam jumlah sangat besar. Hal ini didukung dengan hasil tangkapan mini purse seine rata-rata per trip sebanyak 1700 kg Tabel 13. Hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan rawai menempati urutan kedua setelah alat tangkap pajeko. Alat tangkap rawai merupakan alat tangkap pasif dan selektif Baskoro dan Effendi 2005. Operasi rawai tetapdasar di daerah dekat perairan karang dengan menggunakan umpan. Penggunaan umpan bertujuan untuk memikat ikan target agar mau memakan umpan tersebut sehingga terkait oleh pancing. Oleh karena itu, jumlah tangkapan rawai akan tergantung pada jumlah banyaknya rawai basket, umpan dan daerah penangkapan ikan. Untuk alat tangkap rawai bantuan dari pemerintah kabupaten Halmahera Utara terdiri dari 2-5 basket rawai dengan rata-rata hasil tangkapan ikan sebanyak 500-600 kgtrip. Hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan gillnet lebih sedikit dibandingkan dengan hasil tangkapan dengan mini purse seine dan rawai. Sesuai dengan karakteristiknya, gillnet merupakan alat tangkap pasif dan selektif Baskoro dan Effendi 2005. Pengoperasian gillnet di rentang dikolom perairan secara pasif dan menghadang ikan yang datang. Panjang dan ukuran mata jaring menentukan jumlah dan ukuran ikan yang tertangkap. Jaring gillnet bantuan dari pemerintah kabupaten Halmahera Utara hanya dua piece gillnet sekitar 100 meter 1 piece 45-55 meter. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil tangkapan yang diperoleh nelayan jaring insang penerima bantuan. Menurut Baskoro dan Effendi 2005, menyatakan panjang, tinggi dan ukuran mata jaring berperan dalam menentukan jenis, ukuran dan jumlah ikan yang ditangkap. Hal ini didukung dengan hasil tangkapan gillnet rata-rata sebanyak 18 kg per trip. Selain faktor jenis alat tangkap, harga ikan menentukan pendapatan nelayan di Kabupaten Halmahera Utara. Berdasarkan persepsi responden terhadap harga ikan, hampir 93,25 responden menyatakan harga ikan rendah dan hanya 6,75 responden menyatakan harga ikan cukup Gambar 13. Hal ini disebabkan harga ikan hanya ditentukan oleh pembeli dibo-dibo sebagai pedagang pengumpul, karena TPI tidak berfungsi sehingga nelayan tidak ada alternatif lain untuk menjual hasil tangkapannya. Harga untuk ikan pelagis dipukul merata sebesar Rp. 3000 per kg dan untuk ikan karang dipukul merata sebesar Rp. 20.000 per kg, padahal harga komoditi ikan di pasar lokal berbeda-beda untuk setiap jenisnnya. Kondisi harga ikan yang rendah ini diterima nelayan apa adanya dan sudah menjadi tradisi di lokasi penelitian. Hal ini disebabkan hampir sebagian besar nelayan sangat tergantung terhadap dibo-dibo terutama untuk kebutuhan melaut seperti biaya operasional, umpan dan BBM, semua kebutuhan tersebut difasilitasi dibo-dibo sebagai pinjaman. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar nelayan sangat rendah, pendapatan menjadi rendah dan bahkan terbelenggu dalam lingkaran kemiskinan. Selain faktor tingkat pendapatan, pengembangan usaha penangkapan ikan juga dipengaruhi oleh kelayakan usaha. Analisis usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap gillnet, rawai dan pajeko dengan analisis memiliki nilai RC1, sehingga dapat diartikan ketiga usaha tersebut menguntungkan. Dilihat dari nilai ROI dari unit usaha perikanan pajeko ukuran gillnet, rawai dan pajeko memiliki nilai sebesar 71,97, 90,11 dan 82,70. Hal ini menunjukkan bahwa setiap seratus rupiah yang diinvestasikan akan memberikan keuntungan sebesar Rp 71,97, Rp 77,90 dan Rp 85,06. Berdasarkan nilai PP, pengembalian investasi ketiga jenis usaha tersebut cukup pendek, yaitu di tahun ke dua,. yaitu 20 bulan, 16 bulan dan 19,8 bulan. Usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap gillnet, rawai dan pajeko memiliki nilai nilai NPV0, net BC1 dan IRR tingkat suku bunga yang berlaku 12. Besarnya nilai Net BC dan ROI dipengaruhi oleh hasil tangkapan dan biaya usaha yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sobari et al. 2007, bahwa besarnya nilai Net BC, BEP dan ROI sangat dipengaruhi oleh hasil tangkapn yang diperoleh dan besarnya biaya usaha yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan usaha tersebut layak untuk dikembangkan di Halmahera Utara.

6.3 Strategi Peningkatan Pendapatan Nelayan