ikan karang dipukul rata 15.000 per kg. Hal ini disebabkan tempat pelelangan ikan TPI masih tidak berfungsi, sehingga nelayan tidak memiliki alternatif untuk
menjual selain dibo-dibo. Selain itu, nelayan gillnet masih memiliki ketergantungan terhadap dibo-dibo, seperti untuk keperluan melaut perbekalan,
umpan dan BBM masih difasilitasi oleh dbo-dibo. Gambaran keragaan usaha perikanan tangkap sebelum dan sesudah
menerima bantuan unit penangkapan gillnet disajikan pada Tabel 9. Tabel 11 Keragaan usaha penangkapan ikan pancing ulur dan gillnet.
Usaha Penangkapan Ikan No
Uraian Pancing Ulur
Gillnet
1. Pekerjaan utama
Nelayan Sambilan Buruh nelayan
Nelayan 2.
Jenis perahu P =
5 meter, L = 1,2 meter, dan D = 0,7 meter
Perahu dayunglayar Perahu Ketinting
bermesin 5,5 PK 3.
ABK 2
2 4.
Daerah Penangkapan Ikan Perairan karang
dekat tempat tinggal nelayan
Perairan karang di sekitar pulau-pulau
kecil 5.
Rata-rata hasil tangkapan ikan per trip Kg
7 18
6. Jumlah trip per bulan
15 22
7. Rata-rata biaya operasional per trip
Rp 27.500
153.000 8.
Penjualan hasil tangkapan Dibo-dibo
Dibo-dibo
Sumber : Data diolah 2009
5.1.2 Keragaan usaha penangkapan rawai dasar
Kelompok nelayan penerima bantuan unit penangkapan ikan rawai dasar sebelumya merupakan kumpulan nelayan yang tidak mempunyai alat
penangkapan ikan buruh nelayan yang bekerja di juragan alat penangkapan rawai, nelayan pengangguran dan angkatan kerja baru.
Bantuan unit penangkapan ikan rawai dasar diberikan secara bertahap kepada nelayan pemohon yang sudah terseleksi. Bantuan unit penangkapan rawai
ini diberikan dalam bentuk paket yang terdiri dari 2-5 basket rawai dasar, sebuah perahu motor tempel ukuran 2 GT dan sebuah mesin berdaya 16-24 PK.
Rawai dasar adalah salah satu alat penangkapan ikan-ikan yang hidup di perairan karang, yaitu sekitar terumbu karang. Rawai dasar untuk perairan karang
termasuk ke dalam rawai tetap set long line. Rawai tetap adalah rawai yang salah satu ujung utama sebelah bawah diberi batu pemberat atau jangkar sehingga
saat ini tetap dan tidak hanyut, sedangkan ujung lainnya diikatkan di pelampung atau perahu, konstruksi umum alat tangkap rawai seperti disajikan pada Gambar 5.
Sumber: Sainsbury 1971 Gambar 5 Konstruksi umum rawai dasar di Kabupaten Halmahera Utara.
Perahu yang digunakan alat tangkap rawai bermesin outboard dengan kekuatan 16-24 PK. Perahu rawai ini terbuat dari kayu dengan rata-rata panjang
6.5 meter, lebar 1,5 meter, dan dalam 0,80 meter. Alat tangkap rawai ini dioperasikan oleh 4-6 orang dengan tugas yang berbeda-beda, yaitu seorang
sebagai jurumudi merangkap fishing master, dan sisanya sebagai pemasangan umpan ke pancing, penebar pancing dan pangangkat hasil tangkapan. Waktu
operasi penangkapan rawai dasar adalah satu hari per trip one day fishing. Setiap kelompok nelayan membawa 2-5 basket rawai, satu basket terdiri
dari tiga utas tali utama dangan 45 tali cabang dan 45 mata pancing. Umpan yang digunakan adalah ikan lemuru Sardinella longiceps, ikan malalugislayang
decapterus sp. dan jenis ikan kecil lainnya dengan ukuran panjang umpan berkisar antara 10 – 12 cm.
Daerah penangkapan ikan di perairan karang sekitar pulau-pulau kecil yang agak jauh tempat tinggal mereka. Rata-rata hasil tangkapan ikan sebanyak 500-
600 kg per trip dan jumlah melaut dalam sebulan sebanyak 12 trip. Jenis ikan tangkapan target terdiri dari : ikan hiu, ikan tuna Thunus sp dan ikan karang
seperti kerapu Ephynephelus sp, ekor kuning Caesio cuning, Kakap Lates sp, ikan merah Lutjanus spp dan ikan demersal lainnya.
Nelayan rawai juga masih menjual hasil tangkapannya ke dibo-dibo dengan harga ikan dipukul rata tidak membedakan jenisnya dan relatif rendah dari harga
pasar. Hal ini disebabkan tempat pelelangan ikan TPI masih tidak berfungsi, sehingga nelayan tidak memiliki alternatif untuk menjual selain dibo-dibo. Selain
itu, nelayan rawai sangat tergantung terhadap dibo-dibo, seperti untuk keperluan melaut perbekalan, umpan dan BBM masih difasilitasi oleh dibo-dibo.
Sistem bagi hasil nelayan rawai yang berlaku sebelum menerima bantuan, yaitu: 1 hasil tangkapan dijual pendapatan kotor; 2 pendapatan kotor
dikurangi biaya operasional untuk mendapat laba bersih; dan 3 laba bersih dibagi untuk pemilik juragan 40 dan nelayan ABK 60 Gambar 6.
Sedangkan sistem bagi hasil sesudah menerima bantuan rawai, yaitu: 1 hasil tangkapan dijual pendapatan kotor; 2 pendapatan kotor dikurangi biaya
operasional untuk mendapat laba bersih; dan 3 laba bersih 100 menjadi bagian nelayan rawai ABK Gambar 7.
Gambar 6 Sistem bagi hasil usaha perikanan rawai pemilikan usaha
peroranganjuragan.
Produksi
Biaya Operasional Pendapatan Bersih
Pemilik UPI 40 Pendapatan Kotor
ABKBuruh Nelayan 60
Gambar 7 Sistem bagi hasil usaha perikanan rawai pemilikan usaha
kolektifkelempok. Secara umum keragaan unit penangkapan ikan nelayan sebelum dan sesudah
menerima unit penangkapan ikan rawai, disajikan pada Tabel 10. Tabel 12 Keragaan usaha penangkapan ikan sebelum dan sesudah program
bantuan unit penangkapan rawai.
Bantuan UPI Rawai No
Uraian Sebelum
Sesudah
1. Pekerjaan utama
Buruh Nelayan Nelayan Pemilik 2.
Jenis alat penangkapan ikan Rawai
Rawai 3.
Jenis perahu
P =
6,5 meter, L = 1,5 meter, dan D = 0,80 meter
Kapal Motor Tempel
Kapal Motor Tempel
4 ABK
4-6 4-6
5. Daerah Penangkapan Ikan
Perairan Pantai sekitar ± 6 mil
Perairan Pantai sekitar ± 6 mil
6. Jumlah trip per bulan
12 12
7. Rata-rata jumlah tangkapan per trip
Kg 244
244 8.
Rata-rata biaya operasional per trip Rp
157.805 157.805
9. Bagi hasil ABK
60 100
8. Penjualan hasil tangkapan
Dibo-dibo Dibo-dibo
Sumber : Data diolah 2009
5.1.3 Keragaan usaha penangkapan pajeko