Faktor-faktor yang Menentukan Kepuasan Nasabah

Nasabah akan merasakan kepuasan tersendiri apabila ia menabung pada sebuah bank yang memiliki bukti fisik yang menarik. Seperti gedung yang bagus, perlengkapan kantor yang lengkap, karyawan yang kompeten, sarana komunikasi yang baik, dan sarana fisik-fisik lainnya yang menarik. Bukti fisik ini akan terlihat secara langsung oleh nasabah. Oleh karena itu, bentuk fisik sebuah bank hendaknya harus menarik dan modern. b. Responsiveness Nasabah akan merasakan kepuasan apabila karyawan bank memberikan pelayanan tanpa membeda-bedakan kepada nasabah. Hal ini tentunya harus di dasarkan dengan adanya keinginan dan kemauan karyawan bank dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. Untuk itu pihak manajemen bank perlu memberikan motivasi yang besar atas seluruh karyawan bank dan mendukung kegiatan pelayanan kepada nasabah tanpa pandang bulu. c. Assurance Nasabah akan merasakan puas apabila karyawan bank yang melayani memiliki pengetahuan yang kompeten dan mempunyai sifat atau perilaku yang dapat di percaya. Hal ini penting agar nasabah yakin transaksi yang mereka lakukan benar dan tepat sasaran. d. Reliabilitas Nasabah akan merasakan puas apabila karyawan bank dapat memberikan pelayanan yang telah di janjikan dengan cepat, akurat serta sesuai dengan apa yang di inginkan oleh nasabah. Guna mendukung hal ini, maka setiap karyawan bank sebaiknya di berikan pelatihan dan pendidikan guna meningkatkan kemampuan. e. Empathy Nasabah akan merasakan puas apabila karyawan bank mampu memberikan kemudahan serta dapat menjalin hubungan dengan nasabah secara efektif. Apalagi jika karyawan bank mampu memahami kebutuhan individu setiap nasabahnya secara cepat dan tepat. Dalam hal ini di hubungkan dengan pelayanan yang di berikan bank kepada nasabah.

C. Tinjauan Islam

Dalam ibadah, kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal di larang, kecuali yang ada ketentuannya berdasarkan Al Qur’an dan al Hadits. Sedangkan dalam urusan muamalat, semua di bolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Ini berarti ketika sesuatu transaksi baru muncul dimana belum di kenal sebelumnya dalam hukum islam, maka transaksi tersebut dapat diterima kecuali terdapat implikasi dari dalil al Qur’an dan al Hadits yang melarangnya secara eksplisit maupun secara implisit. Jadi, dalam bidang muamalat semua transaksi di bolehkan kecuali yang di haramkan. Meskipun dalam kosakata fiqih islam tidak mengenal kata “Bank”, namun sesungguhnya bukti-bukti sejarah mengatakan bahwa fungsi-fungsi perbankan modern telah di praktekkan oleh umat islam, bahkan sejak zaman Muhammad SAW. 29 Perusahaan perbankan khususnya perbankan syariah, setiap berhubungan dengan para nasabah atau calon nasabah haruslah memperhatikan hukum-hukum islam yang berkaitan dengan akad. Adapun yang harus di perhatikan dalam memasarkan produk yang sesuai dengan syariat islam adalah: a. Setiap transaksi dalam islam harus di dasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak sama-sama ridho, jadi dalam memasarkan produknya tidak boleh ada unsur memaksa kepada nasabah atau calon nasabah. 30 b. Setiap berhubungan dengan para nasabah atau calon nasabah, harus menjelaskan tentang produk-produk yang di tawarkan secara detail tanpa menutup-nutupi hal sebenarnya. Allah SWT berfirman:                       Arinya: “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.” Qs. As Syua’raa : 181-183 Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : 31 “Dari Ibu Umar r.a dia berkata : seseorang bercerita kepada Nabi Muhammad SAW. Bahwa dirinya ditipu dalam jual beli, kemudian nabi 29 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004 h.25 30 Ibid, h.26 31 Muhammad Bin Ismail al Kahlani, Subulu al Salam, Jilid 3, Bandung : Dahlan, TT, h.35