52
penerimaan tersebut sebesar Rp 19.676.327,50. Total produktivitas dan penerimaan usahatani padi di Desa Gunung Sari dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Produktivitas, Harga, dan Penerimaan Rata-Rata Usahatani Padi di Desa
Gunung Sari Periode Agustus 2012-November 2012 Uraian
Petani padi konsumsi Jumlah Kg
HargaRp Nilai Rp Penerimaan tunai
4.700,07 3.230
15.181.229,4 Penerimaan non tunai
konsumsi 919,25
3.230 2.969.168,3
Total produksi 5.619,32
18.150.339,7
Sumber : Data Primer Diolah 2012
Pada Tabel 17, penerimaan petani padi di Kelompok Tani Purwa Sari yang melakukan panen secara serentak dan hasil panen berupa GKP, langsung
dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga rata-rata Rp 3.230,00. Penerimaan tunai produksi padi dan konsumsi penerimaan non tunai masing-
masing sebesar Rp 15.181.229,40 dan Rp 2.969.168,30. Total dari penerimaan tersebut sebesar Rp 18.150.339,70.
6.3.2. Analisis Biaya Usahatani Penangkaran Benih dan Petani Padi Konsumsi
Pengeluaran usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani padi pada suatu periode tanam tertentu. Biaya usahatani pada
penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok. Biaya usahatani penangkaran benih padi dan usahatani padi yang termasuk pada biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya tunai pada usahatani penangkaran benih padi di Gunung Sari ini adalah pendaftaran, biaya benih, urea, phonska, pupuk kandang, tenaga
kerja luar keluarga TKLK, sewa lahan, sewa traktor atau ternak, dan pemeriksaan lapangan. Sedangkan biaya tunai pada usahatani padi di kelompok
tani Purwa Sari ini adalah biaya benih, urea, phonska, pupuk kandang, tenaga kerja luar keluarga TKLK, sewa lahan, dan sewa traktor atau ternak. Biaya yang
termasuk dalam biaya yang diperhitungkan tidak tunai pada usahatani penangkaran benih dan usahatani padi konsumsi yaitu biaya tenaga kerja dalam
keluarga TKDK, sewa lahan milik sendiri yang dikonversikan pada sewa lahan
53
umum, dan penyusutan alat. Rincian biaya tunai untuk petani penangkar bisa dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 . Biaya Input Produksi Usahatani Penangkaran Benih Padi dari Luas
Lahan 0,825 ha Periode Agustus 2012-November 2012
Responden Benih
kg Nilai
Rp Urea
kg Nilai
Rp Phoska
kg Nilai
Rp Pupuk
kandang kg
Nilai Rp
1 12.5
93.750 75
150.000 150
360.000 1.000
20.000 2
25 175.000
70 140.000
250 600.000
500 25.000
3 20
180.000 70
140.000 210
504.000 700
35.000 4
25 225.000
100 200.000
300 720.000
1.000 50.000
Rata-rata 20.62
168.437 78.5
157.500 227.5
546.000 800
32.500 Sumber : Data Primer Diolah 2012
Pada Tabel 18, dapat dilihat bahwa input produksi yang dikeluarkan oleh petani penangkar yaitu benih, urea, phoska, pupuk kandang dan pestisida. Benih
yang digunakan untuk rata-rata luas lahan 0,825 ha yaitu sebanyak 20,63 kg dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 168.437,00, kemudian urea yang
digunakan sebanyak 78,5 kg untuk luas lahan yang sama dengan biaya yang dikeluarkan Rp 157.500,00, kemudian phoska yang digunakan untuk sebanyak
227,5 kg dengan biaya yang dikeluarkan Rp 546.000,00, dan pupuk kandang yang digunakan untuk sebanyak 800 dengan biaya yang dikeluarkan Rp 32.500,00.
Benih yang digunakan untuk rata-rata luas lahan 0,4693 ha yaitu sebanyak 13,43 kg dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 94.033,00, kemudian urea
yang digunakan sebanyak 60,3 kg untuk luas lahan yang sama dengan biaya yang dikeluarkan Rp 119.666,00, kemudian phoska yang digunakan untuk sebanyak
112,5 kg dengan biaya yang dikeluarkan Rp 276.416,00. Pupuk kandang yang digunakan untuk sebanyak 472,66 kg dan biaya yang dikeluarkan Rp 32.500,00.
lampiran 3. Biaya input produksi lainnya adalah tenaga kerja. Tenaga kerja ini dibagi kedalam tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Uraian untuk
rincian biaya tenaga kerja untuk penangkar benih padi pada Tabel 19.
54
Tabel 19 . Biaya Tenaga Kerja Dari Petani Penangkar Benih Padi dari Luas
Lahan 0, 825 Ha Periode Agustus 2012-November 2012
Kegiatan Tenaga Kerja orang
Jumlah HOK
Upah Jumlah Biaya
Dalam Luar
Penyemaian a. Pengolahan lahan
1 1,5
30.000 45.000
b. Penanaman benih 1
1 20.000
20.000 Pengolahan lahan
a.Pembajakan 12,13
75.000 909.750
b. Pencangkulan 4
15,8 19,8
30.000 593.750
Penanaman 6
26.000 156.000
Penyiagan dan penyulaman 10
30.000 300.000
pemeriksaan lapangan 3
30.000 90.000
Pemupukan Pemupukan I
1,6 1
2,6 30.000
68.000 Pemupukan II
1,6 1
2,6 30.000
68.000 Pemupukan III
1,6 1
2,6 30.000
68.000 Pengendalian HPT
2 0,7
3 30.000
80.000 Panen
harga bawonkg
3.230 1.041,87
3.365.256,25 5.763.756,25
Sumber : Data Primer Diolah 2012
Biaya tenaga kerja untuk pengolahan lahan yang digunakan dalam membuat persemaian dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga dan dilakukan
oleh pemilik lahan itu sendiri. Waktu yang diperlukan untuk pengolahan lahan sebesar dengan sebesar 1,5 HOK biaya yang dikeluarkan Rp 45.000,00.
Sedangkan untuk penebaran benih dibutuhkan waktu 1 HOK untuk menebarkan benih yang dilakukan oleh satu orang tenaga kerja wanita dengan biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 20.000,00. Penebaran benih ini dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga dan termasuk ke dalam biaya yang diperhitungkan.
Pengolahan lahan untuk pembajakan semua responden dilakukan dengan bantuan tenaga kerbau karena traktor yang ada di daerah tersebut tidak dapat
digunakan. Dengan bantuan tenaga kerja ternak akan lebih cepat dalam pembajakan. waktu yang dibutuhkan selama 12,13 hari dengan biaya per hari
sebesar Rp 75.000,00 dan biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 909.750,00. Pencangkulan tanah membutuhkan tenaga kerja manusia sebanyak 19,8 HOK
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 593.750,00. Biaya yang dikeluarkan untuk penanaman dan penyiangan yaitu
menggunakan sistem borongan yang akan dibayar saat panen. Biaya yang dikeluarkan saat penanaman dan penyiangan yaitu makan para tenaga kerja
55
dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan setiap harinya sebesar Rp 26.000,00 selama enam hari. Untuk penanaman dan penyiangan sebesar Rp 30.000,00
selama 10 hari. Penyiangan yang dilakukan untuk penangkar benih lebih lama karena pembersihan varietas lain yang tumbuh di dalam calon benih. Penanaman
dan penyiangan dilakukan oleh tenaga dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.
Pemupukan yang dilakukan menggunakan tenaga kerja yang sama yaitu pada pemupukan pertama, kedua, dan ketiga yang memerlukan waktu 2,6 HOK.
Pemupukan dilakukan oleh tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga yang dapat terselesaikan dalam satu hari.
Biaya panen adalah biaya yang paling besar jika dibandingkan dengan biaya yang lainnya, karena biaya ini merupakan bagi hasil petani pemilik lahan
dengan tenaga kerja. Sistem ini disebut sistem bawon, dengan perbandingan pembagian hasil 4:1 dimana empat untuk pemilik dan satu untuk tenaga kerja, jika
diuangkan maka akan dikalikan dengan harga padi itu sendiri yaitu sebesar Rp 3.230,00. Jumlah rata-rata untuk pembayaran bawon itu sendiri 1.041,87 kg atau
sebesar Rp 3.365.256,25. Jumlah biaya tenaga kerja seluruhnya sebesar Rp 5.763.756,25. Sedangkan untuk penggunaan tenaga kerja petani padi konsumsi
akan dijelaskan pada tabel 20.
Tabel 20 . Biaya Tenaga Kerja dari Petani Padi Konsumsi dari Luas Lahan 0,469
ha Periode Agustus 2012-November 2012
Kegiatan Tenaga kerja orang
Jumlah HOK
Upah Jumlah
biaya Dalam
Luar Penyemaian
a. Pengolahan lahan 1
1,13 30.000
33.999 b. Penanaman benih
1 0,6
20.000 12.000
Pengolahan lahan a.Pembajakan kerbau
6,8 75.000
510.000 b. Pencangkulan
1 3,6
14,63 30.000
476.000 Penanaman borongan
3,7 23.333
86.332,1 Penyiagan dan penyulaman
3,7 24.166
92.666,6 Pemupukan
Pemupukan I 1
0,67 1,67
50.000 Pemupukan II
1 0,67
1,67 50.000
Pemupukan III 1
0,67 1,67
50.000 Pengendalian HPT
1,5 1,50
45.000 panen
jumlah Hargakg
659,33 3.230
1.990.489,5 Jumlah biaya tenaga kerja
3.639.487,3 Sumber : Data Primer Diolah 2012
56
Biaya tenaga kerja untuk pengolahan lahan yang digunakan tanah untuk membuat persemaian dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga dan dilakukan
oleh pemilik lahan itu sendiri. Waktu yang diperlukan untuk pengolahan lahan sebesar 1,13 HOK dengan biaya yang dikeluarkan Rp 33.999,00. Sedangkan
untuk penebaran benih dibutuhkan waktu 0,6 HOK untuk menebarkan benih yang dilakukan oleh satu orang tenaga kerja dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
12.000,00. Penebaran benih ini dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga dan termasuk biaya yang dipehitungkan.
Pengolahan lahan untuk pembajakan semua responden dilakukan dengan bantuan tenaga kerbau. Dengan menggunakan bantuan tenaga kerja ternak proses
pembajakan akan lebih cepat terselesaikan. waktu yang dibutuhkan selama 6,8 hari dengan biaya per hari sebesar Rp 75.000,00 dan biaya yang harus dikeluarkan
sebesar Rp 510.000,00. Untuk pencangkulan tanah dilakukan oleh tenaga kerja manusia dengan waktu yang diperlukan 4,63 HOK dan biaya yang harus
dikeluarkan sebesar Rp 476.000,00. Biaya yang dikeluarkan untuk penanaman dan penyiangan yaitu hanya
untuk konsumsi para tenaga kerja dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan setiap harinya dikeluarkan sebesar Rp 23.333,00 selama 3,7 hari untuk penanaman dan
untuk penyiangan sebesar Rp 24.166,00 selama 3,7 hari. Penyiangan dan penanaman pun dilakukan oleh tenaga dalam keluarga dan tenaga kerja luar
keluarga. Pemupukan yang dilakukan membutuhkan tenaga kerja yang sama yaitu
pada pemupukan pertama, kedua, dan ketiga. Kegiatan tersebut yang dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga yaitu melakukan satu orang laki-laki dan satu
orang perempuan yang diperlukan 1,67 HOK. Pemupukan biaya termasuk kedalam biaya yang diperhitungkan bukan biaya tunai.
Biaya panen sebanyak bawon 659,33 kg atau sebesar Rp 1.990.489,5. Jumlah biaya tenaga kerja adalah sebesar Rp 3.639.487,35. Biaya bawon
merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan. Jika menggunakan sistem upah harian kemungkinan biaya tenaga kerja bisa lebih murah, tetapi hal ini tidak bisa
dilakukan di daerah tersebut karena adat istiadat yang berlaku dan keinginan pekerja itu sendiri. Kelebihan dari sistem bawon ini pekerjaaan akan cepat selesai
57
karena ada pembagian masing-masing luas untuk setiap tenaga kerja. Beda halnya dengan upah harian, tenaga kerja akan berleha-leha karena upah yang diberikan
menggunakan jam kerja yaitu dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang. Tenaga kerja mempunyai peran penting dalam menjamin keberlangsungan
usahatani. Tenaga kerja yang diperlukan dalam setiap tahapan dalam usahatani. Biaya yang dikeluarkan di bagi dua menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan luar
keluarga. Tenaga kerja yang cenderung digunakan dalam usahatani padi ini adalah tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja luar keluarga cenderung lebih banyak
digunakan dibanding tenaga kerja dalam keluarga. Perbedaan jenis tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21.
Pembagian Tenaga Kerja dalam Keluarga dan Tenaga Kerja Luar Keluarga Penangkar Benih padi dan Padi Konsumsi dalam satu
hektar Agustus 2012-November 2012
Sumber : Data Primer Diolah 2012
Biaya tenaga kerja ini dikonversikan dari tenaga kerja borongan yaitu terdiri dari tenaga kerja bawon, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja dalam
pengolahan tanah. Tenaga kerja bawon atau borongan yaitu tenaga kerja yang digunakan untuk proses penanaman, dan penyiangan yang tidak mengeluarkan
biaya, tetapi dalam panen pembayaran dilakukan dengan memberikan hasil panen yaitu perbandingan 1:4 dimana satu bagian untuk tenaga kerja dan empat bagian
untuk pemilik. Dalam perhitungan bawon jumlah bawon yang didapatkan dikalikan dengan harga dan di bagi dengan biaya upah per HOK yaitu Rp
30.000,00 sehingga didapatkan jumlah tenaga kerja.
Penangkar Benih Padi Petani Padi Konsumsi
Tenaga Kerja Luar Keluraga Tenaga Kerja Luar Keluraga
No Jenis
upah Nilai
Konversi Ke HOK
No Jenis
upah Nilai
Konversi ke HOK
1 Harian
600.000 20
1 Harian 720.000
24 2
Borongan 4.357.927,52
145,26 2 Borongan
4.522.161,5 150,74
3 Ternak
1.102.727,00 36,75
3 Ternak 1.028.225,2
34,27 202,01
209,01 Tenaga kerja
dalam kelurga 1.105.071
38,57 Tenaga kerja
dalam kelurga 1.284.300
42,81 Jumlah Tenaga Kerja
240,58 Jumlah Tenaga Kerja 251,82
58
Tenaga kerja ternak yang digunakan untuk kegiatan pengolahan tanah dengan pembayaran satu hari sebesar Rp 75.000,00 yaitu dikonversikan kedalam
hari orang kerja yaitu Rp 30.000,00 per hari. Tenaga kerja yang tidak melakukan borongan yaitu pada saat melakukan kegiatan pengolahan tanah seperti peleleran,
penampingan, pemopokan namun menggunakan tenaga kerja manusia yang dibayar dengan sistem upah waktu.
Tenaga kerja luar keluarga lebih banyak digunakan dari pada tenaga kerja dalam keluarga baik usahatani penangkaran benih padi maupun usahatani petani
padi konsumsi. Tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga petani penangkar lebih kecil jika dibandingkan dengan petani padi konsumsi yaitu 202,01 HOK
berbanding dengan 209,01 HOK. Tenaga kerja dalam keluarga yaitu 38,57 HOK dan petani padi konsumsi 42,81 HOK sedangkan total jumlah tenaga kerja petani
penangkar lebih kecil yaitu 240,58 HOK dan petani padi konsumsi 251,82 HOK. Hal ini disebabkan penggunaan lahan petani penangkar lebih luas dari petani padi
konsumsi sehingga efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Pembagian hasil bawon yang lebih sedikit, karena hasil produksi petani penangkar lebih kecil.
Perhitungan biaya setelah dikonversi ke dalam satu ha pada tebel 22.
Tabel 22 . Biaya Rata-rata Usahatani Penangkaran Benih Padi dalam Satuan
Hektar di Desa Gunung Sari Agustus 2012-November 2012
Keterangan Jumlah
Harga Satuan Rp
Nilai Rp persen atas biaya
Biaya Tunai
Pendaftaran Ke Dinas 4 Orang
25.000,00 100.000,00
0,87 Benih
25,78 Kg 9.000,00
232.031,25 2,01
Pupuk Urea Kg 82,81 Kg
2.000,00 165.625,00
1,44 Pupuk Phoska Kg
284,37 Kg 2.400,00
682.500,00 5,93
Pupuk Kandang Kg 1.000 Kg
475,00 475.000,00
4,12 Pestisida
3 Botol 15.000,00
45.000,00 0,39
TKLK HOK 20
30.000,00 600.000,00
5,21 Biaya bawon
1.349,2 3.230,00
4.357.927,52 39,40
Sewa lahan 0,69 ha
2.906.250,72 2,005,313,00
17,41 Sewa kerbau
14,7 75.000,00
1.102.727,00 4,56
Pemeriksaan lapang 3
30.000,00 90.000,00
0,78
Total Biaya Tunai 9.458.822,96
Biaya Diperhitungkan TKDK HOK
38,57 28.650,00
1.105.071 7,82
Opportunity Cost sewa lahan
0,31 ha 2.906.250,72
900.937,5 0,46
penyusutan alat 23.400
53.400,00 0,87
Total Biaya Diperhitungkan
2.059.409 2,01
Jumlah Total Biaya 11.518.231,46
100
59
Biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada usahatani menghasilkan biaya total, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 22 dan Tabel 23 sebagai pembanding.
Tabel dibawah ini merupakan tabel pembanding yaitu dari usahatani yang dilakukan oleh petani padi konsumsi dengan perbandingan yang sama dengan
membandingkan biaya-biaya yang dikeluarkan pada proses produksi. Hasil dari perhitungan tersebut bisa dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Biaya Rata-rata Usahatani Padi Satu Musim Tanam dalam Satuan
Hektar Usahatani di Desa Gunung Sari Agustus 2012-November 2012
Keterangan Jumlah
Harga Satuan Rp Nilai Rp
persen atas biaya
Biaya Tunai
Benih 28,24
7.000,00 197.687,46 1,55
Pupuk Urea Kg 126,84
2.000,00 253.679,05
1,99 Pupuk Phoska Kg
236,51 2.500,00
591.275,40 4,65 Pupuk Kandang Kg
993,69 400,00
397.477,22 3,12 Pestisida
3,71 12.300,00
45.683,25 0,36 TKLK HOK
24 30.000,00
720.000,00 5,66 Borongan bawon
1400,05 3.230,00
4.538.353,71 5,66 Sewa lahan bagi hasil
0,55 ha 4.071.046,69
2.239.075,68 7,59 Sewa kerbau
13,07 75.000,00
1.028.225,2 ,12
Total Biaya Tunai 9.508.231,77
TKDK HOK 42,81
29.315.00 1.284.300,00 0,09
Opportunity Cost sewa lahan
0,45 ha 4.071.046,69
1.887.435,60 4,83 penyusutan alat
47.407,00 47.400,00 0,37
Total Biaya Diperhitungkan
3.219.135,60 Jumlah Total Biaya
12.727.367,37 100
Pada Tabel 22 dan 23, biaya tunai pada suatu usahatani cenderung lebih tinggi dibanding biaya diperhitungkan. Berdasarkan Tabel 22 dan 23 di atas,
untuk penangkar benih diperoleh biaya tunai sebesar Rp 9.458.822,96 sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 2.059.409,00. Total biaya yang diperoleh pada
usahatani tersebut adalah Rp 11.518.231,46. Untuk petani padi konsumsi biaya tunai sebesar Rp 9.508.231,77 sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp
3.219.135,60. Total biaya yang diperoleh pada usahatani tersebut adalah Rp 12.727.367,37. Berdasarkan uraian biaya tersebut, maka biaya yang paling tinggi
dalam usahatani padi adalah biaya yang dikeluarkan untuk bawon dan bagi hasil.
60
Pada biaya diperhitungkan biaya terkecil adalah penyusutan alat pada petani penangkar dan petani padi konsumsi.
Benih yang digunakan pada usahatani penangkaran benih padi dan usahatani padi di lokasi penelitian diperoleh dari yang petani benih lokal, dan
varietas yang ditanam oleh petani responden adalah Varietas Ciherang. Harga beli yang diperoleh petani penangkar benih adalah benih label ungu dengan harga Rp
9.000,00. Petani padi konsumsi menggunakan benih berlabel biru dengan harga Rp 7.000,00 dan biaya yang dikeluarkan petani penangkar untuk benih sebesar Rp
232.031,25 dan petani padi mengeluarkan biaya sebesar Rp 197.687,46 atau sebesar 1,44 persen dan 1,65 persen dari total biaya yang dikeluarkan. Biaya
benih petani penangkar benih padi lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani padi konsumsi karena harga yang diterima petani penangkar benih lebih tinggi.
Terdapat dua macam pupuk kimia yang masih digunakan dalam usahatani padi, yakni pupuk urea dan pupuk phonska. Biaya yang dikeluarkan untuk pupuk
urea lebih kecil dibanding biaya yang digunakan untuk pupuk phoska. Pupuk urea yang digunakan petani penangkar benih berada pada rata-rata sebesar 82,81 kg
per ha dan untuk petani padi konsumsi adalah 126,84 kg per ha, dan penggunaan pupuk phonska adalah 284,37 kg per ha penangkar benih sedangkan untuk petani
padi konsumsi 236,51 kg per ha. Jika dilihat berdasarkan biaya total yang dikeluarkan pada usahatani padi ini, maka pupuk urea untuk penangkar benih dan
petani padi konsumsi mengkontribusi sebesar 1,13 persen dan 1,65 persen serta pupuk phoska untuk penangkar benih dan petani padi sebesar 4,67 persen dan
3,86 persen dari biaya yang dikeluarkan. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari
pupuk jerami dan pupuk kandang sebagai bahan dasarnya. Penggunaan pupuk ini untuk menambah unsur hara tanah, mengurangi kerusakan tanah dan khususnya
untuk memperbaiki organik tanah yang hilang akibat penggunaan kimia. Jika dinominalkan harga rata-rata yang berlaku di daerah tersebut adalah Rp 475,00
per kg untuk penangkar menggunakan 1.000 kg per ha dan untuk petani padi 993,69 kg per ha. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 475.000,00 untuk penangkar
dan untuk petani sebesar Rp 397.477,22 sekitar 4,12 persen dan 3,12 persen.
61
Penangkar benih padi untuk tenaga kerja luar keluarga yang digunakan sekitar 39,40 persen sedangkan tenaga kerja dalam keluarga hanya 7,82 persen.
Sedangkan untuk petani padi konsumsi, Tenaga kerja luar keluarga yang digunakan sekitar 35,66 persen sedangkan tenaga kerja dalam keluarga hanya
10,09 persen. Lahan yang digunakan oleh petani responden untuk penangkaran benih
padi dalam usahatani ini sebagian besar sewa yaitu sebesar 75 persen dan 25 persen milik. Perhitungan yang digunakan dengan persen petani yang sewa dan
milik. Satu hektar yang dikonversikan dibagi beberapa hektar lahan yang digunakan oleh petani milik dan beberapa hektar petani sewa. Biaya tunai
penggunaan lahan petani penangkar sebesar Rp 2.005.313,00 atau 17,41 persen. Pengggunaan sewa lahan lebih luas dari milik untuk biaya lahan yang
diperhitungkan Rp 900.937,50. Sedangkan untuk petani padi konsumsi adalah lahan yang disewa, bagi hasil, dan milik sendiri. Lahan untuk sewa dan milik
sendiri dikonversikan dengan harga lahan sewa. Pembagian pada petani padi konsumsi adalah lahan yang disewa dan lahan yang melalui sistem bagi hasil
dijumlahkan kemudian dirata-ratakan dan dijadikan menjadi sewa lahan saja dalam komponen biaya tunai. Sedangkan lahan milik sendiri dijadikan terpisah
pada komponen biaya lain, yakni biaya yang diperhitungkan sebagai sewa lahan yang dikonversi dari lahan milik sendiri. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa
lahan lahan sewa dan bagi hasil adalah Rp 2.239.075,68 dan biaya sewa lahan milik sendiri adalah Rp 1.887.435,60. Pada umumnya lahan bagi hasil lebih
banyak digunakan pada petani responden padi konsumsi hal ini menyebabkan biaya lahan menjadi lebih tinggi, Biaya sewa lahan milik sendiri mencapai 17,59
persen, sedangkan sewa lahan pada biaya tunai hanya mencapai 14,83 persen dari total biaya.
Sewa ternak digunakan pada saat pengolahan lahan. Pada umumnya petani responden menggunakan ternak dalam proses pengolahan lahan dan tidak ada
yang menggunakan traktor, karena traktor yang digunakan sedang rusak sehingga untuk pengolahan lahan menggunakan tenaga kerja ternak.
Biaya paling besar yang dikeluarkan yaitu biaya untuk biaya tenaga kerja borongan bawon dimana bawon tesebut tinggi karena sistem pembayaran hasil
62
dengan menggunakan gabah yang perbandingan 4:1 yang dikalikan dengan harga jual yaitu dengan harga Rp 3.230,00. Biaya bawon sebesar Rp 4.538.353,71 atau
39,40 persen untuk petani penangkar, petani padi konsumsi sebesar biaya yang paling besar kedua yaitu untuk penggunaan lahan petani padi konsumsi biaya
lahan lebih tinggi jika dibandingkan petani penangkar benih padi. Hal ini disebabkan karena pada petani padi konsumsi dilakukan sistem bagi hasil jika
dikonversikan pada sewa lahan maka penyewaan bagi hasil ini lebih tinggi biayanya, sedangkan penangkar benih padi tidak ada responden yang
menggunakan sistem bagi hasil sehingga hal ini menyebabkan pendapatan petani penangkar lebih besar jika dibandingkan dengan petani padi konsumsi.
Alat-alat yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani padi yaitu alat-alat milik sendiri. Hal tersebut dikarenakan petani responden juga
menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam usahataninya, sehingga alat-alat usahatani lainya juga cenderung dibawa sendiri oleh tenaga kerja luar keluarga.
Alat pertanian yang biasanya dibawa oleh tenaga kerja luar keluarga adalah cangkul dan parang. Alat pertanian yang dimiliki sendiri dan digunakan untuk
usahatani padi adalah cangkul, parang, ganco dan sabit, selain itu dalam usahatani juga digunakan tenaga kerja dalam keluarga, dan biasanya tenaga kerja dalam
keluarga tersebut akan membawa alat pertaniannya sendiri untuk digunakan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan perhitungan penyusutan alat.
Penyusutan alat hanya dihitung pada alat-alat yang dimiliki petani. Penyusutan alat pertanian terbesar terdapat pada cangkul, yakni sebesar Rp 11.597,86 atau
sebesar 62,92 persen seperti yang ditunjukkan pada Tabel 24.
63
Tabel 24. Penyusutan Alat-Alat Pertanian yang Digunakan pada Usahatani Padi
di Desa Gunung Sari Periode Tanam Agustus -November 2012. Nama alat
Nilai Ekonomis
Rp Nilai Sisa
Rp Umur
Ekonomis Tahun
Penyusutan Rp
Cangkul 78.900,00
15.002,78 3
16.597,68 35,02
Parang 35.000,00
16.002,78 3
9.391,34 19,81
Sabit 35.000,00
15.000,00 3
7.450,55 15,71
Ganco 45.000,00
16.000,00 3
13.962,00 29,45
Jumlah 47.400,07
100
Sumber : Data Primer Diolah 2012
6.3.3. Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih dan Petani Padi Konsumsi