Teknik Produksi Benih Bersetifikat a. Budidaya Penangkaran Benih Permohonan Pendaftaran Penangkaran Pengadaan Benih Pengolahan Lahan

44 satu bulan setelah tanam yang dilakukan terhadap pangkal batang, muka daun, telinga daun, posisi daun, bentuk tanaman, dan warna lidah daun. Pemeriksaan lapang kedua dilakukan pada phase reproduktif pertanaman berbunga lebih dari 80 persen yang dilakukan terhadap warna ujung gabah dan posisi daun bendera dan keserempakan berbunga. Pemeriksaan ketiga dilakukan pada phase pemasakan paling lambat satu minggu sebelum panen dilakukan pada pemeriksaan bentuk gabah dan warna gabah. Pemeriksaan lapangan pertama dan kedua dapat dilakukan dua kali sampai pertanaman benar-benar telah memenuhi standar pemeriksaan, sedangkan pemeriksaan ketiga dilakukan hanya sekali. Apabila ketiga pemeriksaan telah dilakukan dan memenuhi syarat maka pertanaman dinyatakan lulus lapang. Adanya biaya pemeriksaan lapang sebesar Rp 30.000 per petani penangkar untuk satu kali survei.

6.2. Teknik Produksi Benih Bersetifikat a. Budidaya Penangkaran Benih

Benih bersertifikat adalah benih yang proses produksinya melalui sertifikasi benih, sertifikasi sistem manajemen mutu atau sertifikasi produk. Sertifikasi benih adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui pemeriksaan lapangan dan atau pengujian, pengawasan serta memenuhi semua persyaratan dan standar benih Direktorat Pembenihan 2011.

b. Permohonan Pendaftaran Penangkaran

Permohonan penangkaran ini dilakukan pada saat akan memulai proses penangkaran benih ke petugas BPSB Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih untuk registrasi nama, alamat, dan mendapatkan blanko penangkaran. Kemudian akan dilakukan identifikasi riwayat lapangan yang jelas dan batas lahan yang akan digunakan.

c. Pengadaan Benih

Benih yang digunakan dalam pembenihan adalah benih varietas unggul bersertifikat, murni sesuai dengan sifat induknya dan bersih dari campuran atau kotoran. Benih yang digunakan oleh petani penangkar yaitu benih label ungu benih pokok yang akan dijadikan benih sebar, sedangkan untuk petani padi konsumsi menggunakan benih label biru benih sebar. Kebutuhan benih padi non 45 hibrida rata-rata per hektar benih pokok sebanyak 25,78 kg dan untuk benih sebar penggunaanya lebih banyak yaitu 28,24 kg per hektar. Penggunaan benih ini harus bebas organisme pengganggu tanaman OPT, dan dengan daya tumbuh benih minimal 80 persen.

d. Pengolahan Lahan

Lahan yang digunakan untuk pertanaman harus diperiksa sejarah lapangan untuk mengindari kemungkinan terjadi percampuran dengan tanaman atau varietas lain, tidak memilih jenis tanah asal tersedia struktur lumpur sedalam 15- 30. Isolasi jarak antara tanaman untuk produksi benih dengan tanaman lain untuk konsumsi atau varietas dari kelas benih berbeda minimal dua meter. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan tanah yaitu pembajakan, perataan, pencangkulan, dan memperbaiki pematang. Pengolahan tanah dimulai dengan kegiatan membajak. Kegiatan membajak tanah dilakukan dengan menggunakan alat bajak kerbau. Kegiatan pembajakan dilanjutkan dengan kegiatan perataan tanah, yaitu kegiatan menghaluskan struktur tanah hasil pembajakan yang masih berupa bongkahan-bongkahan tanah. Pembajakan tanah biasanya tidak mencapai sudut- sudut sawah, sehingga tanah yang tidak terbajak diselesaikan dengan cara dicangkul. Pada waktu yang bersamaan, biasanya petani memperbaiki pematang sawah. Pematang sawah diperbaiki dengan cara dikikis dengan cangkul yang kemudian dilempar ke lahan. Setelah itu, pematang kembali ditambal dengan tanah berlumpur hingga rata. Setelah kegiatan pembajakan selesai dilakukan, kemudian lahan diberakan selama beberapa minggu. Lamanya waktu pemberaan tanah tergantung pada umur bibit disemai.

e. Pembibitan