Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Ratio

27 Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani yang tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi. Sedangkan pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi atau pembayaran yang dilakukan dalam bentuk benda Soekartawi et al. 1986. 3. Pendapatan bersih net farm income Pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi atau pendapatan bersih usahatani ini merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa usahatani lainnya, maka ukuran yang digunakan untuk menilai usahatani ialah dengan penghasilan bersih usahatani yang merupakan pengurangan antara pendapatan bersih usahatani dengan bunga pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan Soekartawi et al. 1986. Disamping perhitungan pendapatan usahatani, diperlukan juga perhitungan terhadap pendapatan rumah tangga khususnya pendapatan tunai. Pendapatan tunai rumah tangga household net cash income adalah: kelebihan uang tunai usahatani ditambah dengan penerimaan tunai rumah tangga seperti upah kerja yang diperoleh dari luar usahatani atau sebagai uang tunai yang tersedia bagi keluarga petani untuk pembayaran-pembayaran yang tidak ada kaitannya dengan usahatani dan dapat diartikan juga sebagai ukuran kesejahteraan petani. Uang tunai diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga petani seperti; makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Sehingga, kemelaratan dalam suatu rumah tangga dapat digambarkan oleh pendapatan tunai rumah tangga yang rendah.

3.1.7. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Ratio

Pendapatan usahatani yang merupakan selisih antara penerimaan usahatani dan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani merupakan indikator penting terhadap keberhasilan suatu usahatani. Bagaimanapun juga, petani melaksanakan usahatani 28 untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pendapatan usahatani yang lebih tinggi memungkinkan petani untuk mencukupi kebutuhannya dengan lebih baik. Analisis RC rasio menunjukan berapa rupiah penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani tersebut. Nilai RC dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai efisiensi suatu usahatani. Semakin besar RC yang dihasilkan oleh suatu usahatani maka tingkat efisiensi usahatani tersebut juga semakin besar Soekartawi 2002. Semakin besar nilai RC Rasio maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Kegiatan usahatani dikatakan efisien jika RC rasio 1, yang artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan satu rupiah penerimaan yang lebih besar daripada biaya atau disebut menguntungkan. Sebaliknya dikatakan tidak efisien jika RC rasio lebih kecil dari satu atau dengan kata lain setiap RC = 1, berarti kegiatan usahatani berada pada keuntungan normal. Soekartawi 2002 mengatakan bahwa biasanya akan lebih baik kalau analisis RC ini dibagi dua, yaitu RC yang menggunakan data pengeluaran biaya produksi yang secara riil dikeluarkan oleh petani dan RC yang juga melibatkan biaya diperhitungkan. Dengan cara seperti ini, ada dua macam RC, yaitu: a. RC berdasarkan data biaya yang benar-benar dibayarkan petani RC tipe 1. b. RC berdasarkan data biaya yang juga memperhitungkan biaya tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan andaikan lahan dianggap menyewa, alat-alat pertanian andaikan alat pertanian diangap sewa, dan sebagainya RC tipe 2. Dengan cara seperti ini, nilai RC tipe 1 selalu lebih besar dibandingkan nilai RC tipe 2.

3.2 . Kerangka Pemikiran Operasional

Petani penangkar di Kecamatan Pamijahan ini memproduksi benih tidak semua hasil produksi benihnya dijadikan sebagai benih. Sebagian dijual sebagai benih dan sebagian lagi dijual sebagai pada konsumsi. Hal ini menyebabkan adanya peralihan dari asalnya sebagai petani penangkar beralih ke petani padi konsumsi karena tingkat pendapatan petani penangkar menjadi turun karena hasilnya tidak terjual sebagai benih sedangkan untuk budidaya benih sendiri memerlukan keahlian yang lebih untuk mendapatkan kwalitas benih itu sendiri.