Penelitian Mengenai Pendapatan Usahatani Padi

15 hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total, tingkat pendapatan petani mitra lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani non mitra baik dalam biaya tunai maupun biaya total. Hal ini disebabkan harga yang diterima oleh para petani mitra lebih tinggi dan stabil dan ada bantuan modal dari pihak PT SHS, sedangkan harga yang diterima oleh petani yang tidak bermitra lebih rendah jika dibandingkan dengan petani mitra. Jika dibadingkan dengan petani padi konvensional maka RC ratio biaya tunai yang diperoleh petani padi konvensional Rp 2,46 dan petani padi organik metode SRI Rp 1,98 sedangkan petani penangkar benih baik penelitian Yustiara 2011 RC rationya 1,22 dan Maulana 2011 RC rationnya 1,32 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa petani padi konvensional lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan usahatani penangkaran benih padi.

2.5. Penelitian Mengenai Pendapatan Usahatani Padi

Analisis pendapatan usahatani menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang didapatkandiperoleh dari usahatani yang di jalani oleh petani benih. Kelayakan usahatani bisa dilihat dari nilai imbangan atas biaya tunai dan biaya total. Usahatani layak atau bermanfaat jika RC rationya lebih besar dari satu. Permatasari 2009 Analisis Efisiensi Teknis, Pendapatan, dan Peranan Kelembagaan Petani pada Usahatani Padi Sehat Kasus di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor yaitu menganalisis tentang usahatani padi sehat dan membedakan ke dalam empat status kepemilikan lahan. Keempat status kepemilikan lahan masih mengutungkan karena RC rationya lebih dari satu dimana untuk hak milik RC rationya 2,1, sewa 1,62, sakap 1,09 dan gadai 2,23. Jika RC ratio dibandingkan dengan usahatani padi konvensional pendapatan petani padi sehat lebih kecil jika dibandingkan dengan padi konvensional yaitu pada penelitian Rachmiyanti 2009 RC rationya 2,46. Gultom 2011 Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Sehat Studi Kasus: Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat RC ratio mengenai usahatani padi menunjukan bahwa usahatani padi yang dilakukan menguntungkan untuk diusahakan karena memiliki nilai RC Ratio 16 yang lebih besar dari satu. Untuk RC atas biaya tunai dan RC atas biaya total juga menunjukkan hal yang sama, yakni sebesar 2,10 dan 1,22. Rachmiyanti 2009, melakukan penelitian mengenai analisis perbandingan usahatani padi organik metode System of Rice Intensification SRI dengan padi konvensional di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmiyanti ini adalah menganalisis pengaruh perubahan sistem usahatani, dari usahatani non organik menjadi usatani organik metode SRI yang dilakukan oleh para petani terhadap tingkat pendapatannya. Penelitian ini menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis pendapatan, dan imbangan dari penerimaan dan biaya RC rasio. Berdasarkan hasil analisis pendapatan diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total petani padi organik metode SRI lebih rendah dibanding pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total padi konvensional. Hasil dari imbangan penerimaan dan biaya RC rasio diketahui bahwa RC rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik metode SRI Rp 1,98 lebih rendah dari RC rasio yang diperoleh petani padi konvensional Rp 2,46. Poetryani 2011 usahatani padi organik lebih efisien dari segi biaya dan pendapatan. Hal tersebut terlihat dari RC rasio atas biaya total usahatani padi organik adalah sebesar 5,87 RC rasio atas biaya total usahatani padi anorganik sebesar 3,43. RC rasio tunai usahatani organik adalah sebesar 5,96 dan rasio RC atas biaya tunai usahatani anorganik adalah 3,47. Jika ditarik kesimpulan dari semua perbadingan usahatani maka usahatani padi organik yang dilakukan oleh Poetryani 2011 yang paling menguntungkan karena RC rationya paling besar jika dibandingkan dengan petani padi konsumsi Konvensional dan petani penangkar benih padi.

2.6. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya