13
Tabel 9. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang
Uraian Keterangan
Golongan Padi Cere
Umur tanaman 116-125 hari setelah tanam
Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 107-115 cm
Anakan produktif 14-17 batang Bentuk gabah
Panjang ramping Warna gabah
Kuning bersih Kerontokan
Sedang Kerebahan
Sedang Tekstur nasi
Pulen Kadar amilosa
23 Indeks Glikemik
54 Bobot 1000 butir
28 g Rata-rata hasil
6,0 TonHa Potensi hasil
8,5 TonHa Ketahanan
terhadap Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan
biotipe 3 Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV
Anjuran tanam Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai
500 m dpl Dilepas tahun
2000
Sumber : Balitpa, 2009
2.3. Perbedaan Antara Benih Padi dan Padi untuk Konsumsi
Sadjad at al 1975 mendefinisikan benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk dan pengembangan usahatani , memiliki fungsi Agronomis atau
merupakan komponen agronomi. Pengertian benih berbeda dengan biji, karena
benih dikembangkan untuk tujuan tertentu yaitu untuk perbanyakan tanaman. Hal ini berbeda fungsi dengan biji, dimana biji ditanam tidak untuk dikembangbiakan
melainkan digunakan untuk bahan makanan ataupun pakan ternak dan unggas serta fungsi lainnya seperti bahan dasar produk industri, kepentingan penelitian
maupun untuk kerajinan. Benih diartikan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman bukan digunakan untuk konsumsi.
Usahatani penangkaran benih padi hampir sama dengan usahatani padi pada umumnya yang membedakan disini adalah adanya isolasi dari tanaman padi
lain, adannya seleksi untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfoligisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi
benihnya dan juga saat panen yang tepat adalah pada waktu biji masak fisiologis
14
atau apabila sekitar 90-95 persen malai telah menguning. Hal ini untuk menjaga kemurnian benih dan kwalitas benih agar tetap terjaga, sedangkan untuk padi
konsumsi tidak perlu dilakukan isolasi jarak ataupun waktu untuk penyiangan hanya membersihkan gulma yang tumbuh sekitar tanaman padi.
2.4. Tinjauan Terdahulu Mengenai Analisis Pendapatan Usahatani benih padi.
Penangkaran benih padi hampir sama tekniknya dengan budidaya padi untuk dikonsumsi, tetapi dalam budidaya benih ada proses sertifikasi dan rouging
untuk penjaminan mutu benih sendiri. Penelitian pada penangkar benih padi secara wiraswata sendiri belum ditemukan karena produksi benih itu sendiri
kebanyakan diproduksi oleh para produsen besar seperti perusahaan PT Pertani dan PT Sang Hyang Sri SHS. Penelitian pada kedua perusahaan besar tersebut
meneliti tentang aspek usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani pembenihan padi dan juga menganalisis tentang pendapatan usahatani
pembenihan padi. Penelitian mengenai pendapatan benih padi sendiri yaitu dilakukan oleh
Maulana 2011, dan Yustiara 2011 yang dilakukan di PT Sang Hyang Sri SHS yang sama-sama memberikan kesimpulan yang menguntungkan untuk
diusahakan karena RC rationya lebih dari satu. Maulana 2011 Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Petani
Penangkar Benih Padi Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT Sang Hyang Serimelakukan penelitian pada penangkar yang melakukan kemitraan dengan PT.
SHS membedakan pendapatan usahatani dengan luas lahan dimana membagi tiga macam yaitu luas lahan 1 ha, 1,1 Ha-1,5 Ha dan 1,6 Ha-2,0 Ha dimana hasilnya
semua RC rationya lebih dari satu RC ratio yang paling kecil yaitu pada luas lahan 1,1 Ha-1,5 Ha karena pada luas lahan tersebut adanya penggunaan tenaga
kerja yang terlalu berlebihan yaitu menggunakan sistem kerja borongan sehingga menyebabkan biaya menjadi lebih besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa luas
lahan akan mempengaruhi pendapatan dan penggunaan tenaga kerja yang berlebihan akan mempengaruhi tingkat pendapatan.
Yustiara 2011 membadingkan tingkat pendapatan petani yang bermitra dengan PT. SHS dan petani yang tidak bermitra bersama PT. SHS. Berdasarkan
15
hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total, tingkat pendapatan petani mitra lebih tinggi bila
dibandingkan dengan petani non mitra baik dalam biaya tunai maupun biaya total. Hal ini disebabkan harga yang diterima oleh para petani mitra lebih tinggi dan
stabil dan ada bantuan modal dari pihak PT SHS, sedangkan harga yang diterima oleh petani yang tidak bermitra lebih rendah jika dibandingkan dengan petani
mitra. Jika dibadingkan dengan petani padi konvensional maka RC ratio biaya tunai yang diperoleh petani padi konvensional Rp 2,46 dan petani padi organik
metode SRI Rp 1,98 sedangkan petani penangkar benih baik penelitian Yustiara 2011 RC rationya 1,22 dan Maulana 2011 RC rationnya 1,32 sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa petani padi konvensional lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan usahatani penangkaran benih padi.
2.5. Penelitian Mengenai Pendapatan Usahatani Padi