66
tunjangan beras yang dikeluarkan setiap bulannya merupakan salah satu biaya tetap adalah tunjangan beras bagi buruh panen. Tunjangan beras ditujukan hanya bagi
buruh panen karena petani menganggap pekerjaan memanen tandan buah segar kelapa sawit sangat berat berbeda dengan tugas pekerja lainnya. Oleh karena itu,
petani anggota koperasi sepakat untuk memberi insentif tambahan bagi para pekerja panen setiap bulannya berupa beras 3 Kg seharga Rp 7.000,00 setiap bulannya,
dimana setiap 2 Ha lahan petani membutuhkan 2 pekerja panen. Dalam perencaan ini, seluruh biaya investasi awal yang dibangun secara
kolektif dibiayai oleh pihak koperasi. Pada tahun keempat setelah kebun kelapa sawit mulai berproduksi seluruh petani anggota koperasi melakukan pinjaman kepada pihak
Bank BRI atas nama koperasi untuk melunasi hutangnya. Seluruh pinjaman akan langsung digunakan untuk membayar hutang petani kepada pihak koperasi.
Selanjutnya, selama 10 tahun petani akan mencicil hutang dan bunga pinjaman kepada pihak bank melalui koperasi. Sedangkan biaya tetap lainnya seperti pajak
bumi dan bangunan koperasi, gaji pegawai dan pengurus koperasi, invetoris dan alat tulis koperasi, serta biaya perawatan kendaraan lansir ditanggung bersama oleh
seluruh anggota koperasi.
2. Kriteria Investasi
Dalam menilai apakah suatu usaha layak dijalankan atau tidak, dapat digunakan kriteria investasi. Ada 4 kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net BC, dan Payback Period PP. Usaha dapat dikatakan layak bila telah memenuhi syarat yakni,
NPV lebih besar dari nol, IRR lebih besar daripada discount rate DF, Net BC lebih besar dari nol, dan PP lebih cepat dibandingkan periode usaha tersebut.
Dari tabel dibawah dapat diketahui bahwa dengan DF sebesar 7, NPV dari usaha ini adalah sebesar Rp 225.431.027,27 yang artinya lebih dari nol sehingga
usaha tersebut dapat dikatakan layak. Nilai IRR sebesar 27 menunjukkan tingkat pengembalian usaha tersebut lebih besar dibandingkan DF yang digunakan yakni 7,
sehingga usaha tersebut dapat dikatakan layak. Nilai Net BC sebesar 2,98
67
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh petani akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 3,09. Payback Period PP pada usaha ini adalah
selama 6 tahun 1 bulan sebelum umur usaha berakhir yakni 15 tahun dengan pendapatan rata-rata Rp 15.028.735,15 setiap tahunnya.
Tabel 16 . Kriteria Investasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Petani Koperasi 2 Ha
No. Kriteria Investasi
Nilai 1. NPV
Rp 225.431.027,27
2. IRR
27
3. Net BC 3,09
4. Payback Period
6 tahun 1 bulan
3. Analisis Switching Value
Uji ini dilakukan agar dapat mengetahui bagaimana perubahan kelayakannya bila terjadi perubahan-perubahan ketika usaha tersebut dijalankan. Berikut beberapa
skenario yang dilakukan dalam penelitian ini : 1
Kenaikan Harga Pupuk Pupuk merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh petani dalam
menjalankan usaha perkebunan kelapa sawitnya. Pemberian pupuk wajib diberikan secara tepat agar tingkat produktivitas sawit dapat terjaga. Harga pupuk sendiri cukup
bervariasi di pasaran. Pada skenario ini, dilakukan uji coba sensitivitas bila terjadi kenaikan harga pupuk sebesar 5,3 persen. Hal tersebut telah disajikan pada tabel
berikut :
Tabel 17 . Kriteria Kelayakan Investasi Pada Kenaikan Harga Pupuk Sebesar 5,3
2 Ha
No. Kriteria
Nilai
1. NPV
Rp 218.329.227,59 2.
IRR 27
3. Net BC
3,02 4.
Payback Period 6 tahun 3 bulan
68
Nilai 5,3 persen diperoleh berdasarkan perhitungan rata-rata kenaikan harga eceran pupuk HET yang ditetapkan kementrian pertanian dari tahun 2008 hingga
2012. Ketika terjadi kenaikan harga pupuk sebesar 5,3 kriteria kelayakan investasi menunjukkan bahwa usaha ini tetap layak untuk dijalankan.
Pada kondisi ini, total Manfaat bersih yang diterima oleh petani anggota koperasi pada skenario ini adalah sebesar Rp 218.329.227,59 dengan rata-rata
pendapatan sebesar Rp 14.555.281 setiap tahunnya. Setiap satu rupiah menghasilkan manfaat sebesar Rp 3,02. Usaha ini memberikan pengembalian sebesar 27 terhadap
biaya investasi yang telah dikeluarkan. Investasi yang telah dikeluarkan akan kembali setelah 6 tahun 3 bulan.
2 Penurunan Harga Jual TBS Kelapa Sawit
Pemasukan petani kelapa sawit dalam usaha ini berasal dari penjualan TBS ke pihak perusahaan. Perusahaan sendiri membeli TBS milik petani dengan harga yang
telah mengacu kepada kantor pemasaran bersama kelapa sawit. Harga TBS yang diterima petani sangat berfluktuasi. Pada skenario ini, dilakukan perhitungan
kelayakan investasi usaha perkebunan kelapa sawit bila terjadi penurunan harga jual TBS kelapa sawit hingga 27. Nilai tersebut diperoleh dari persentasi harga rata-rata
dan harga terendah yang diterima oleh petani anggota koperasi pada laporan keuangan tahun 2007 hingga tahun 2010. Berikut disajikan kriteria kelayakan
investasi ketika terjadi penurunan harga jual TBS sebesar 27. Dari tabel dibawah dapat diketahui bahwa usaha tersebut tetap dikatakan
layak jika mengalami penurunan harga jual sebanyak 27. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai-nilai dari kriteria kelayakan investasi. Manfaat bersih yang diterima oleh
petani anggota koperasi pada skenario ini adalah sebesar Rp 106.796.232,65 dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 7.119.748,84. Setiap satu rupiah yang dikeluarkan
dalam usaha ini akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 1,99 dengan pengembalian sebesar 18 terhadap usaha yang dikeluarkan. Seluruh investasi yang ditanamkan
pada proyek ini akan kembali setelah 8 tahun 3 bulan.
69
Tabel 18
. Kriteria Kelayakan Investasi Pada Penurunan harga jual TBS sebesar 27 2 Ha
No. Kriteria Investasi
Perhitungan 1.
NPV Rp 106.796.232,65
2.
IRR 18
3.
NET BC 1,99
4. Payback Period