70
tujuan petani mandiri adalah para pedagang pengumpul. Tempat terjadi pemasaran adalah langsung dikebun petani ataupun di pinggir jalan utama Desa Sekoci. Petani
tidak melakukan promosi tertentu dalam melaksanakan usahanya karena tidak adanya kesulitan dalam menjual hasil panennya kepada pihak pedagang pengumpul.
6.3.2. Aspek Teknis
1. Lokasi Perkebunan Lokasi perkebunan rakyat yang di analisis oleh peneliti terletak di Desa
Sekoci, Kabupaten Langkat. Dasar pemilihan lokasi perkebunan oleh masyarakat umumnya memanfaatkan lahan yang mereka miliki secara turun temurun.
2. Luasan Produksi Luasan produksi kebun kelapa sawit rakyat cukup beragam mulai dari 0,5 Ha
hingga 34 Ha. 3. Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung Produksi
Perkebunan kelapa sawit rakyat yang tidak bermitra tidak memiliki berbagai fasilitas produksi seperti pada perkebunan sawit anggota koperasi. Fasilitas yang
dibangun untuk kebun kelapa sawit hanya berupa parit yang digunakan untuk pengairan. Dalam menjalankan usahatani kelapa sawit, petani rakyat menggunakan
alat-alat antara lain cangkul, parang, saprotan, dodos, dan hegrek. 4. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku diperoleh petani di toko-toko sarana produksi pertanian di sekitar Desa Sekoci. Bila petani mengalami kesulitan keuangan dan tidak mampu membeli
bahan baku seperti pupuk atau obat-obatan, petani dapat meminta pedagang pengumpul untuk memasok barang-barang tersebut. Petani akan membayar bahan
baku yang diterimanya dari pedagang pengumpul pada masa panen. Ketika pedagang pengumpul menerima hasil kebun kelapa sawit petani, maka pedagang pengumpul
akan memotong harga bahan baku dari hasil penjualan tandan buah segar kelapa sawit milik petani.
5. Proses Produksi
71
Dalam menjalankan usahataninya, para petani kelapa sawit biasanya lebih mengandalkan pengalamannya selama bertani.
5.1. Pembibitan Umumnya petani kelapa sawit di Desa Sekoci lebih memilih membeli bibit
berumur 1 tahun yang telah siap untuk ditanam di lahan dibandingkan melakukan pembibitan sendiri
5.2. Pemancangan dan membuat lubang tanam Pemancangan dilakukan secara borongan oleh buruh harian lepas dengan
jarak tanam segitiga sama sisi yakni 9 meter x 9 meter x 9 meter sehingga antar barisan yang satu dengan yang lain akan berjarak 12,7 meter. Tiang pancang yang
digunakan petani tebuat dari bambu yang dapat dibeli disekitar Desa Sekoci. 5.3. Penanaman
Sayat polybag bibit lalu pindahkan ke lubang yang telah tersedia. Padatkan tanah di sekitar tanaman.
5.6. Penyulaman Satu hingga tiga bulan setelah penanaman, petani memperhatikan bibit yang
telah mereka tanam. Bila bibit dalam kondisi tidak baik maka bibit akan di ganti dengan yang baru.
5.7. Penyiangan Penyiangan piringan daerah sekitar tanaman dilakukan secara manual
dengan menggunakan parang dan gancu. 5.8. Penunasan dan Kastrasi
Penunasan dilakukan petani setiap 2 kali setahun. Penunasan dapat dilakukan dengan dodos maupun hegrek sesuai dengan umur pohon kelapa sawit. Penunasan
dilakukan dengan dengan mengarahkan dan menyentak ujung pelepah menggunakan dodos atau hegrek seperti pada saat memanen.
5.9. Pemupukan Dalam proses pemupukan, umumnya petani kelapa sawit Desa Sekoci
menggunakan pupuk urea, NPK, TSP, KCL, dan Za. Dosis yang digunakan antara lain 0,4125 Kg urea per pohon, 0,25 Kg NPK per pohon, 0,35 Kg TSP per pohon, 0,2
72
Kg Za per pohon, dan 0,3 Kg KCL per pohon. Pemupukan dilakukan petani setiap 3 bulan sekali.
5.10. Hama dan penyakit Hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit petani Desa Sekoci yang
dialami adalah hama ulat. Untuk memberantas hama ini biasanya petani menggunakan pestisida yaitu Decis. Untuk mengaplikasikannya, Decis dan solar
dicampur dengan perbandingan 1 decis : 2 solar. Lalu daun yang terserang ulat di beri cairan tersebut dengan menggunakan saprotan.
5.11. Panen Panen dilakukan oleh buruh baik buruh lepas maupun buruh dari pihak
bandar. Buruh dibayar berdasarkan hasil panen dengan nilai 80 rupiah per kg. Melalui pengetahuan petani, secara sederhana aspek teknis yang dilakukan
pada perkebunan kelapa sawit mandiri dapat dikatakan layak. Hal tersebut dikarenakan petani dapat menjalankan usahanya dengan baik dan tidak mengalami
kendala tertentu dari segi teknis.
6.3.3. Aspek Manajemen dan Hukum