Arus Manfaat Inflow Kriteria Investasi

75 disertifikasi oleh PPKS Pusat Penelitian Kelapa Sawit , pada usaia 13 tahun produktifitas pohon kelapa sawit Marihat mulai mengalami penurunan. 4. Harga jual pada analisis ini merupakan 66,6 rata-rata harga jual tandan buah segar kelapa sawit produksi Sumatera Utara tahun 2012 karena petani mandiri menjual ke tingkat pedagang pengumpul dan dianggap konstan. 5. Produktivitas kelapa sawit mandiri diperkirakan berdasarkan produktivitas kelapa sawit bibit kelapa sawit sertifikasi PPKS sesuai dengan bibit Marihat yang digunakan petani anggota koperasi yang telah di sertifikasi oleh PPKS. 6. Penentuan skenario switching value pada kenaikan harga pupuk adalah sebesar 5,3 yang ditetapkan berdasarkan perhitungan rata-rata kenaikan harga eceran pupuk HET yang ditetapkan kementrian pertanian dari tahun 2008 hingga 2012. 7. Penentuan skenario switching value pada penurunan harga jual TBS ditetapkan berdasarkan perbandingan harga rata-rata yang diterima oleh petani anggota koperasi pada tahun 2007 hingga 2012 dengan harga terendah yang diterima petani anggota koperasi.

6.4.1. Arus Manfaat Inflow

Manfaat yang diterima oleh petani dari usaha perkebunan kelapa sawit ini berupa penerimaan dari hasil penjualan tandan buah segar TBS. Petani juga menerima manfaat berupa nilai sisa dari barang-barang yang telah diinvestasikannya. Petani menerima manfaat dari kebun kelapa sawitnya sejak tanaman tersebut berumur 3 tahun atau pada periode usaha di tahun kedua. Penerimaan manfaat bagi petani terjadi setiap 2 minggu yakni setiap kali TBS kelapa sawit siap dipanen. Sedangkan manfaat yang berupa nilai sisa diterima petani pada tahun terakhir dalam perode usaha yakni tahun kedua puluh empat. TBS kelapa sawit dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga Rp 1.000,00 perkilogram. Selama periode usaha tersebut kebun kelapa sawit petani menghasilkan total manfaat sebesar Rp 240.521.997,95 dengan rata-rata pendapatan sebesa Rp 20.043.499,83. 76

6.4.2. Arus Biaya Outflow

Biaya yang dikeluarkan oleh petani kelapa sawit di Desa Sekoci meliputi biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional dikategorikan atas biaya variabel dan biaya tetap. Berikut disajikan komponen arus biaya yang terjadi pada usaha perkebunan kelapa sawit petani di Desa Sekoci.

6.4.2.1. Biaya Investasi dan Biaya Reinvestasi

Biaya investasi yang dikeluarkan dalam pelaksanaan usaha perkebunan kelapa sawit oleh petani dalam penelitian ini antara lain : biaya sewa lahan, biaya pembelian bibit, biaya pembukaan lahan dan pengadaan peralatan. Pembukaan lahan dilakukan dengan melakukan penebangan pada pohon yang sebelumnya. Berikut disajikan rincian biaya investasi usaha peremajaan perkebunan kelapa sawit mandiri : Tabel 19 . Biaya Investasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Desa Sekoci 2 Ha Komponen HargaSatuan Rupiah Jumlah Umur Total Rupiah Bibit umur 1 tahun 23.000 273 batang 15 tahun 6.279.000 Pembelian pancang bambu 260 400 batang 104.000 Pembelian randap 65.000 6 botol - 1.040.000 Upah pemberian randap 15.000 2 HK - 30.000 Upah pengangkutan batang kelapa sawit 15.000 260 batang - 3.900.000 Parang 30.000buah 1 4 tahun 30.000 Cangkul 40.000buah 1 4 tahun 40.000 gancu 30.000buah 1 4 tahun 30.000 Saprotan 350.000buah 1 2 tahun 350.000 dodos 70.000buah 1 4 tahun 70.000 hegrek 125.000buah 1 4 tahun 125.000 Total 11.998.000 77 Pada usaha peremajaan perkebunan kelapa sawit mandiri, biaya investasi yang dikeluarkan dalam perencanaan usaha peremajaan perkebunan kelapa sawit oleh petani dalam penelitian ini antara lain : biaya sewa lahan, biaya pembelian bibit, biaya pembukaan lahan hingga biaya investasi peralatan-peralatan. Pada tanaman sebelumnya yang sudah tidak produktif, petani memberikan racun berupa Randap hingga tanaman tersebut mati. Racun Randap apabila bercampur dengan tanah dan air akan menjadi humus sehingga tidak mencemari tanah. 1 botol Randap berharga Rp 65.000,00 dan dapat digunakan untuk mematikan 16 pohon kelapa sawit. Pemberian Randap pada pohon kelapa sawit dilakukan dengan menuangkan kurang lebih satu tutup botol Randap ke akar pohon kelapa sawit dengan menggunakan pipa besi berbentuk silinder yang dapat dibeli dengan harga Rp 20.000,00. Upah pemberian randap untuk setiap hektar adalah sebesar Rp 15.000,00 sehingga total upah untuk memberi Randap ke kebun petani mandiri adalah sebesar Rp 30.000,00. Biaya investasi lain yang dikeluarkan petani mandiri antara lain cangkul, parang, hegrek, dodos, dan saprotan. Cangkul dan parang digunakan untuk membersihkan piringan disekitar pohon kelapa sawit. Dodos dan hegrek digunakan sebagai alat panen tandan buah segar TBS kelapa sawit secara manual. Dodos digunakan untuk memanen TBS dari pohon kelapa sawit hingga berumur 9 tahun. Untuk pohon kelapa sawit yang berumur lebih dari 9 tahun maka digunakan alat yang dapat menjangkau lebih panjang yakni hegrek. Peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan usaha kebun kelapa sawit antara lain adalah gancu, cangkul, parang, saprotan, dodos, dan hegrek. Seluruh pengadaan peralatan dilakukan pada saat usaha akan dijalankan kecuali hegrek. Hegrek baru diadakan pada tahun ke-8 pada periode usaha atau ketika tanaman mencapai umur 9 tahun. Hal tersebut dikarenakan hegrek hanya digunakan ketika tanaman sudah tinggi sehingga kegiatan penunasan dan pemanenan tidak dapat lagi dilakukan dengan dodos. Daya tahan gancu, cangkul, parang, dodos, dan hegrek dapat mencapai 4 tahun bila disertai perawatan dengan cara dipepeh dan dipoles dipandai besi. Untuk saprotan daya tahannya hanya sampai 2 tahun dengan tidak disertai perawatan- 78 perawatan tertentu. Dalam usaha ini terdapat pula alat-alat yang harus di reinvestasi oleh petani mandiri yakni sebagai berikut : Tabel 20 . Biaya Reinvestasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Desa Sekoci 2 Ha Komponen Harga Satuan Rupiah Jumlah Total Rupiah Parang 30.000 3 buah 90.000 Cangkul 40.000 3 buah 120.000 Gancu 30.000 3 buah 90.000 Saprotan 350.000 5 buah 1.750.000 Hegrek 70.000 1 buah 70.000 Dodos 125.000 1 buah 125.000 Komponen yang harus direinvestasi oleh petani antara lain sewa lahan yang dilakukan setiap tahun dan peralatan seperti parang, cangkul, gancu, saprotan, dodos, dan hegrek dengan total biaya sebesar Rp2.245.000,00. Alat-alat seperti dodos, hegrek, cangkul, gancu dilakukan setiap 4 tahun sekali dan saprotan direinvestasi setiap 2 tahun sekali.

6.4.2.2. Biaya Operasional

Biaya operasional digunakan untuk menjalankan produksi dalam hal ini budidaya kelapa sawit. Biaya operasional sendiri terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Upah yang dibayarkan petani selama menjalankan usaha kebun kelapa sawitnya terdiri atas upah tanam, upah penyulaman, upah penyiangan, upah penunasan, upah pemberian pupuk, upah pemberian obat, dan upah pemanenan. Upah tanam dan upah penyulaman hanya dikeluarkan hanya sekali. Upah tanam dikeluarkan pada masa tanam dengan biaya Rp 3.000,00 per pohon sehingga bila ditotalkan menjadi Rp 780.000,00. Setelah 1 bulan, tanaman yang miring atau memiliki kondisi yang tidak baik akan di angkat dan digantikan yang baru. Perkiraan tanaman yang disulam untuk lahan seluas 2 hektar adalah sebesar 13 pohon sehingga 79 dikeluarkan biaya Rp 39.000,00. Berikut rincian biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani kelapa sawit mandiri selama umur usahanya : Tabel 21 . Biaya Variabel Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Desa Sekoci Selama Umur Usaha 2 Ha Komponen Jumlah BiayaSatuan Rupiah Total Rupiah upah tanam 260 pohon 3.000 780.000 upah penyulaman 5 13 pohon 3.000 39.000 upah penyiangan 144 HK 30.000 4.320.000 upah penunasan kastrasi 260 pohon6 bulan 1.500 9.360.000 konsumsi pekerja penunasan 2 kalitahun 13.000 624.000 upah pemberian pupuk 4 kalitahun setiap jenis pupuk 25.000 6.000.000 Urea 4862 Kg 3.315 16.117.530 Npk 2860 Kg 1.651 4.721.860 Tsp 4160 Kg 7.000 2.910.000 Za 2288 Kg 1.960 4.484.480 Kcl 3536 Kg 6.000 21.216.000 Decis 24 45.000 1.080.00 Solar 48 4.500 216.000 upah pemberian obat 1 HK tahunHektar 25.000 600.000 Upah panen 483.200 Kg 80 38.656.000 Konsumsi Pekerja Panen 2 kali2 minggu 13.000 6.864.000 Upah penyiangan, pemupukan, dan pemberian pestisida adalah sebesar Rp 25.000,00 HK. Selama periode usaha, penyiangan dilakukan setiap 2 kali perbulan, pemupukan 4 kali pertahun, pemberian obat 1 kali pertahun, dan panen setiap 2 minggu. Penyiangan dilakukan setiap bulan dengan upah Rp 15.000,00 per hektarnya sedangkan penunansan dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan upah Rp 1.500,00 80 perpohonnya sehingga untuk menunas 2 hektar kebun kelapa sawit selama 1 tahun dengan jumlah pohon 130 pohon setiap hektarnya diperlukan biaya sebesar Rp 780.000,00. Biaya panen petani mandiri adalah Khusus untuk pekerja panen, upah yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp 80,00 perkilogramnya. Konsumsi pekerja dikeluarkan petani hanya bagi pekerja panen dan pekerja penunasan karena dianggap merupakan pekerjaan yang berat yakni sebesar Rp 13.000,00 perhektar. Pupuk yang merupakan pengeluaran terbesar petani dalam menjalankan usaha terdiri atas pupuk urea, NPK, TSP, KCL, dan Za. Petani juga mengeluarkan biaya dalam memberantas hama yang menyerang kebun kelapa sawit mereka yakni hama ulat. Hama ulat ini jarang menyerang kebun petani dan diperkirakan hanya terjadi 1 tahun sekali dengan tingkat serangan yang rendah. Untuk mengatasinya petani menggunakan pestisida Decis yang dibeli dengan harga Rp 45.000,00 yang dicampurkan dengan solar seharga Rp 4.500,00. Perbandingan yang digunakan adalah 1 liter Decis : 2 liter solar. 1 botol Decis dapat digunakan untuk 1 hektar lahan dimana pemberian obat ini dilakukan dengan saprotan. Dalam memberi obat-obatan tersebut biasanya petani menggunakan 2 orang pekerja dengan upah sebesar Rp 25.000,00 setiap orangnya. Total keseluruhan biaya variabel usaha ini adalah sebesar Rp 117.448.870,00. Biaya operasional selanjutnya adalah biaya tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan petani dalam usaha kebun kelapa sawitnya adalah biaya-biaya perawatan peralatan yang terdiri atas biaya perawatan gancu, parang, cangkul, dan hegrek. Perawatan yang dilakukan berupa pepes dan poles yang dapat dikerjakan oleh pandai besi yang terdapat di Desa Sekoci. Perawatan gancu, parang, dan cangkul dilakukan setiap satu tahun sekali dengan biaya perawatan sebesar Rp 10.000,00 untuk setiap gancu dan parang sedangkan cangkul dikenai biaya sebesar Rp 15.000,00. Untuk dodos dan hegrek, perawatan dilakukan tiap dua kali dalam satu tahun dengan biaya masing-masing Rp 10.000,00. Dalam usaha tersebut, petani mandiri juga mengeluarkan biaya tetap yang umumnya merupakan biaya perawatan peralatan yang dapat dilihat pada tabel 24. Total biaya perawatan gancu selama periode usaha adalah sebesar Rp 120.000,00, 81 parang sebesar Rp 120.000,00, cangkul sebesar Rp 225.000,00, dodos sebesar Rp 140.000,00, dan hegrek sebesar Rp 70.000,00. Dari hal tersebut diketahui bahwa total jumlah biaya tetap yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 675.000,00. Berikut adalah tabel rincian biaya perawatan peralatan yang harus dikeluarkan petani. Tabel 22 . Biaya Tetap Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Mandiri 2 Ha Komponen jumlah harga satuan Rupiah Total Rupiah upah perawatan gancu 12 10.000 120.000 upah perawatan parang 12 10.000 120.000 upah perawatan cangkul 12 15.000 225.000 upah perawatan dodos 14 10.000 140.000 upah perawatan hegrek 7 10.000 70.000

6.4.3. Kriteria Investasi

Untuk mengetahui apakah usaha perkebunan kelapa sawit petani Desa Sekoci layak atau tidak, maka penelitian ini menggunakan 4 jenis kriteria kelayakan yakni Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net BC, dan Payback Period PP. Suatu usaha dikatakan layak bila memiliki NPV lebih besar dari nol, IRR lebih besar daripada discount rate DF, Net BC lebih besar dari nol, dan PP lebih cepat dibandingkan periode usaha tersebut. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, kelayakan investasi ini dapat dikatakan layak. Dari hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi yang disajikan tabel diatas, dapat diketahui bahwa usaha tersebut merupakan usaha yang layak. Nilai NPV sebesar Rp 197.253.503,19 menunjukkan bahwa manfaat yang diteria petani selama periode usaha tersebut dengan DF sebesar 7 adalah lebih dari nol sehingga dapat dikatakan layak. Nilai IRR sebesar 23 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian usaha tersebut adalah sebesar 23. Hal itu dikatakan layak karena nilai tersebut lebih besar dari DF yakni 7. Dari nilai 2,35 yang ditunjukkan oleh kriteria Net BC dapat disimpulkan bahwa setiap satuan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahanya 82 akan memberi manfaat sebesar 2,35. Selanjutnya, PP usaha tersebut menunjukkan bahwa investasi yang telah dikeluarkan sudah akan kembali setelah 7 tahun 4 bulan. Tabel 23 . Kriteria Kelayakan Investasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Mandiri 2 Ha No. kriteria investasi Perhitungan 1 NPV Rp 197.253.503,19 2 IRR 23 3 Net BC 2,35 4 Payback Period 7 tahun 4 bulan

6.4.4. Analisis Switching Value