31
peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan
perusahaan perkebunan sebagai mitra dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil. Pelaksanaan kemitraan dalam program ini dapat
kemitraan inti-anggota koperasi, manajemen satu atap, dan khusus untuk eks- PIR dapat menggunakan pola PIR yang sama seperti terdahulu Direktorat
Jendral Perkebunan, 2007.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Mukti dengan judul analisis kelayakan investasi pabrik kelapa sawit di Kabupaten Aceh
Utara, Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan aspek non-finansial yang terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, institusional, sosial dan lingkungan investasi tersebut
dinyatakan layak. Sedangkan dari aspek finansial berdasarkan asumsi-asumsi dan kriteria yang digunakan pada skenario I dimana usaha dijalankan dengan dana milik
sendiri, investasi tersebut dinyatakan layak dilaksanakan dengan nilai IRR 22,34, NPV Rp 106.698.657.000, BC 2,30, PP 3 tahun 8 bulan. Sedangkan pada skenario II
dimana usaha tersebut dijalankan dengan dana pinjaman, investasi tersebut dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial menurut hasil penilaian
NPV Rp 30.727.367.000, IRR 9,03, BC 0,63, PP 6 tahun 4 bulan. Total investasi pembangunan pabrik kelapa sawit adalah sebesar Rp 82.368.421.000. Pada penelitian
ini, peneliti tidak meneliti invesatasi pabrik pengolahan kelapa sawit melainkan perkebunan kelapa sawit . Pada penelitian Mukti, dilakukan pula analisis sensitivitas
dengan indikator kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas produksi berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan indikator kenaikan harga pupuk dan
penurunan harga tandan buah segar kelapa sawit. Hassan 2002 melakukan penelitian mengenai kelayakan peremajaaan di
Kebun Rejosari milik PTPN VII yang dilakukan secara mandiri. Hasil kriteria investasi yang dilakukan untuk setiap 1 hektar menunjukkan bahwa peremajaan ini
layak dengan nilai Net Present Value NPV sebesar Rp 7.420.156.252,00 Net BC sebesar 2,76 IRR sebesar 33,17 dan Payback Period PP selama 7 tahun dengan
32
umur optimum untuk melakukan peremajaan 27 tahun. Pada penelitian tersebut dilakukan juga melakukan analisis switching value terhadap penurunan harga jual
tandan buah segar TBS dan kenaikan biaya produksi yang hasilnya menunjukkan bahwa proyek peremajaan ini akan tetap member keuntungan selama penurunan
harga jual tidak lebih dari 45,16 persen dan kenaikannya tidak lebih dari 154,92 persen. Penelitian yang dilakukan penulis juga menganalisis kelayakan peremajaan
perkebunan kelapa sawit namun, perkebunannya merupakan perkebunan rakyat yang dijalankan melalui koperasi dan secara mandiri. Pada penelitian ini juga dilakukan
analisis switching value terhadap penurunan harga jual dan kenaikan biaya produksi yakni pupuk.
Ikhsan dan Abdussamad 2008 juga melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Penelitian ini dilakukan pada perkebunan kelapa sawit rakyat yang menggunakan pola inti-anggota koperasi dalam rangka mengikuti program revitalisasi perkebunan
tahun 2006 yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hasil yang diperoleh melalui kriteria investasi untuk setiap 2 hektar dinyatakan layak dengan rincian IRR sebesar 28,43 ,
NPV sebesar Rp 69.180.976,64, dan Net BC sebesar 2,73. Selanjutnya pada tahun 2011, Budiasa melakukan penelitian dengan
membandingkan kelayakan antara perkebunan kelapa sawit inti dan perkebunan kelapa sawit anggota koperasi dalam rangka proyek PIR-Bun yang di prakarsai oleh
PT. Horison Inti Persada di Provinsi Papua dengan luas kebun inti sebesar 8.033 ha dan kebun anggota koperasi sebesar 11.300 ha. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Budiasa diperoleh hasil berupa kriteria investasi yakni NPV sebesar Rp 164,50 juta dan IRR sebesar 18,07 persen untuk perkebunan inti. Kelayakan untuk
pembangunan perkebunan anggota koperasi yaitu IRR sebesar 22,37 dan NPV sebesar Rp 53.634,97 juta. Dari penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa
pembangunan perkebunan anggota koperasi memiliki nilai kelayakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembangunan kebun inti. Budiasa dalam penelitiannya
melakukan perbandingan kelayakan antara pembangunan PIR-Bun dan perkebunan inti oleh PT. Horison Inti Persada, sedangkan peneliti ingin menbandingkan
33
kelayakan peremajaan kebun petani anggota koperasi yang dilakukan melalui koperasi dengan kelayakan peremajaan kebun yang dilakukan secara mandiri di
Kabupaten Langkat.
34
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Koperasi