29
2.2. Pola-pola Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat
Perkebunan rakyat yang merupakan sebagian besar dari keselurahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terdiri atas sejumlah besar kebun-kebun yang
berukuran kecil dengan status milik petani. Umumnya keadaan petani kebun tidak begitu baik. Sebagian besar petani mengalami kesulitan dalam pengembangan
kebunnya karena tidak memiliki akses modal. Hal tersebut tercemin pada produktivitas dan mutu perkebunan rakyat yang lebih rendah dari perkebunan swasta
dan perkebunan negara. Untuk itu dibutuhkan bantuan pemerintah dan pihak-pihak lain agar perkebunan rakyat dapat meningkatkan produktivitas dan hasil mutunya.
Oleh karena itu dikembangkanlah beberapa pola yang ditujukan untuk mengembangkan perkebunan rakyat melalui penerapan teknologi, peningkatan
kemampuan teknis petani, penyedia modal, sarana produksi serta pengolahan. Berikut pola-pola pengembangan perkebunan kelapa sawit yang terdapat di Indonesia
Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003; Tarigan dan Sipayung, 2011; 1.
Perkebunan Inti Rakyat : dalam pola ini, perkebunan inti baik perkebunan negara maupun perkebunan swasta yang mempunya kemampuan cukup diberi tugas
untuk membangun suatu perkebunan, unit usaha, serta fasillitas umum. Sebagian perkebunan tersebut nantinya akan menjadi milik rakyat, sedangkan sebagian lagi
akan menjadi milik perusahaan dengan perbandingan luas kebun anggota plasma : luas kebun inti sebesar 60:40. Nantinya luas areal petani plasma akan di
distribusikan kepada petani terkait dengan luas masing-masing sebesar 2 hapetani. Seluruh biaya pembangunan kebun akan di tanggung oleh masing-
masing petani dengan cara petani melakukan pencicilan melalui pemotongan pendapatan hasil kebunnya yang dijual ke perusahaan inti untuk diolah dalam
tenggang waktu tertentu. Pola ini terdiri atas PIR-Perkebunan, PIR-Transmigrasi, PIR-Lokal, dan PIR-Berbantuan. Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003;
Tarigan dan Sipayung, 2011; Sunarko, 2009; Direktorat Jendral Perkebunan, 2007 :
2. Pola Unit Pelaksana Proyek UPP : pola ini dilakukan dengan pembentukan
unit-unit yang dipersiapkan untuk membimbing dan membina petani yang
30
sudah memiliki areal perkebunan bukan tanaman baru. Selain bimbingan teknis, disediakan pula kredit lunak dan sarana produksi. Mangoensoekarjo
dan Semangun, 2003. 3.
Pola Pembinaan Parsial: Pola ini sama seperti pola UPP hanya saja tidak menyediakan bantuan modal kredit. Mangoensoekarjo dan Semangun,
2003. 4.
Pola Pengabdian Misi-30 : Pola ini tidak di definisikan secara tegas. Pola ini intinya menghimbau agar perkebunan negara dan perkebunan swasta untuk
membina dan memberi bantuan kepada perkebunan rakyat yang mengusahakan tanaman sejenis dalam radius 30 km dari batas-batas perkebunan negara
ataupun swasta. Pola ini bertujuan agar tercipta transfer teknologi dari perkebunan negara atau swasta ke perkebunan rakyat sehingga akan memicu
kemajuan di perkebunan rakyat sekitar mereka. Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003.
5. Pola Kredit Koperasi Primer Kepada Anggota KKPA : Pada pola ini,
perusahaan bertanggung jawab untuk membangun kebun dengan biaya kredit dari perbankan, bertanggung jawab atas pengembalian kredit terhadap bank,
serta membeli hasil kebun petani. Sedangkan petani wajib menjual hasil kebunnya serta membayar angsuran melalui koperasi yang dibentuk. Koperasi
berhak melakukan pengawasan terhadap perusahaan inti. Setelah petani melunasi kewajibannya, perusahaan harus memberikan sertifikat tanah kepada
petani. Sunarko, 2009. 6.
Pola Program Revitalisasi Perkebunan PRP tahun 2006 : Revitalisasi perkebunan sebenarnya bukan merupakan hal baru, hanya saja melalui
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33Permentan0506 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117PMK1206 serta penunjukan 5 bank pelaksana
oleh Menteri Keuangan, yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank Sumut dan Bank Nagari. Menurut pedoman umum revitalisasi perkebunan
yang dikeluarkan oleh direktorat jendral perkebunan, program ini bertujuan untuk mempercepat pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan,
31
peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan
perusahaan perkebunan sebagai mitra dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil. Pelaksanaan kemitraan dalam program ini dapat
kemitraan inti-anggota koperasi, manajemen satu atap, dan khusus untuk eks- PIR dapat menggunakan pola PIR yang sama seperti terdahulu Direktorat
Jendral Perkebunan, 2007.
2.3. Penelitian Terdahulu