Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

72 Kg Za per pohon, dan 0,3 Kg KCL per pohon. Pemupukan dilakukan petani setiap 3 bulan sekali. 5.10. Hama dan penyakit Hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit petani Desa Sekoci yang dialami adalah hama ulat. Untuk memberantas hama ini biasanya petani menggunakan pestisida yaitu Decis. Untuk mengaplikasikannya, Decis dan solar dicampur dengan perbandingan 1 decis : 2 solar. Lalu daun yang terserang ulat di beri cairan tersebut dengan menggunakan saprotan. 5.11. Panen Panen dilakukan oleh buruh baik buruh lepas maupun buruh dari pihak bandar. Buruh dibayar berdasarkan hasil panen dengan nilai 80 rupiah per kg. Melalui pengetahuan petani, secara sederhana aspek teknis yang dilakukan pada perkebunan kelapa sawit mandiri dapat dikatakan layak. Hal tersebut dikarenakan petani dapat menjalankan usahanya dengan baik dan tidak mengalami kendala tertentu dari segi teknis.

6.3.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Dalam manajerial perkebunan kelapa sawit petani di Desa Sekoci, tidak ada struktur organisasi secara formal. Biasanya pemilik berperan sekaligus sebagai mandor. Petani memberikan insentif berupa makan siang atau uang sebesar 5000 rupiah bagi seluruh buruh yang bekerja. Khusus bagi buruh yang bertugas memanen, selain diberikan makan siang, buruh juga diberikan insentif berupa rokok. Hal itu dikarenakan pekerjaan pemanen yang cukup berat bila dibandingkan pekerja lainnya. Dalam mengelola usahataninya petani hanya mengatur kebutuhannya akan buruh yang disesuaikan dengan perawatan yang dibutuhkan tanaman secara sederhana. Dalam menjalankan usahatani tersebut tidak ada standar operasional tertentu yang ditetapkan oleh petani. Sumber modal dalam menjalankan usahataninya berasal dari diri sendiri, keluarga, dan pedagang pengumpul. Bila modal didapat dari anggota keluarga maka sistem pengembaliannya dapat dilakukan secara kekeluargaan, sedangkan bila modal 73 didapat melalui pedagang pengumpul pengembalian dilakukan dengan melakukan pemotongan hutang ketika petani menjual hasil panennya. Dalam menjalankan usahanya, petani tidak perlu mengurus perizinan. Hal itu didasari peraturan yang telah diatur kementrian pertanian melalui peraturan kementrian pertanian No.26permentanOT.14022007. Berdasarkan undang-undang tersebut pasal 5 dapat diketahui bahwa usaha perkebunan dengan luas lahan kurang dari 25 hektar tidak memerlukan perizinan berupa izin usaha perkebunan IUP.

6.3.4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Kehadiran perkebunan kelapa sawit rakyat membawa berbagai dampak positif masyarakat Desa Sekoci, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat. Perkebunan kelapa sawit rakyat selain menyerap tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses budidaya kelapa sawit juga menciptakan peluang usaha bagai masyarakat. Dengan adanya perkebunan sawit rakyat, masyarakat desa dapat membangun warung sederhana di sekitar perkebunan kelapa sawit yang seringkali digunakan sebagai tempat beristirahat maupun sekedar berkumpul oleh para pekerja maupun pemilik kebun kelapa sawit. Selain itu, terdapat pula pandai besi yang menjadi tempat para petani ataupun pekerja untuk memesan ataupun sekedar memperbaiki alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, sabit, dan lainnya. Masyarakat sekitar juga ummnya di izinkan untuk mengambil pelepah pohon kelapa sawit yang sudah jatuh yang nantinya dapat dimanfaatkan menjadi sapu lidi maupun atap rumah yang memiliki nilai ekonomi. Selain itu, karakter kelapa sawit yang membutuhkan banyak air juga membuat daerah rawa di sekitar perkebunan yang dulunya tidak bisa dimanfaatkan menjadi kering sehingga dapat ditanami sawit ataupun digunakan untuk lahan pemukiman.

6.3.5. Aspek Lingkungan