Uji Kuantitatif Polifenol Shahidi dan Naczk, 1995.

pada beras antara lain asam stearat, oleat, linoleat dan linolenat. Kadar lemak hasil analisis beras yang diuji berkisar antara 0.7bk hingga 2.4bk Tabel 3. Secara rata-rata hasil kadar lemak beras merah lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kadar lemak beras putih. Lebih tingginya hasil analisis lemak beras merah dibandingkan dengan beras putih juga diungkapkan oleh Lalel et al pada tahun 2009. Karbohidrat adalah zat gizi yang dapat ditemui dalam jumlah terbesar pada beras. Karbohidrat dalam serelia termasuk beras sebagian besar terdapat dalam bentuk pati. Beras pecah kulit memiliki sekitar 75-85 karbohidrat dan 90 untuk beras kering giling. Penentuan kadar karbohidrat dalam analisis proksimat dilakukan secara by difference dimana total jumlah kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat beras adalah 100. Kadar karbohidrat yang diteliti pada kisaran 85.9 bk hingga 88.5 bk Tabel 3. Kandungan karbohidrat beras merah berbeda nyata terhadap beras putih IR 64 90.8bk. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kadar mineral, kadar lemak, dan kadar protein pada beras merah, sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi kadar karbohidrat. 4.2. Ekstraksi, analisis senyawa dan aktivitas antioksidan beras merah 4.2.1. Ekstraksi Tahap awal penelitian ini adalah memilih pelarut untuk mengekstrak beras merah. Pelarut air, etanol dan metanol merupakan pelarut yang umum digunakan dalam mengekstrak kelompok senyawa polifenol Kahkonen et al, 2001; Sun dan Ho. 2005; Nam et al, 2006; Yawadio et al, 2007. Beras merah yang berasal dari bandung digunakan dalam penelitian ini mengingat ketersediaan bahan yang mencukupi. Hasil rendemen ekstrak tertinggi didapat pada pelarut etanol sebesar 4.4 kemudian metanol 4.2 dan air 2.4 Tabel 4. Rendemen hasil ekstrak sangat dipengaruhi oleh pelarut, waktu dan suhu pada saat ekstraksi berlangsung. Aktivitas antioksidan yang diteliti menggunakan metode DPPH memiliki nilai yang bervariasi dengan ekstrak methanol memilki aktivitas penghambatan IC 50 tertinggi sebesar 208.8 µgml, ekstrak etanol sebesar 223.8 µgml dan ekstrak air sebesar 1827.4 µgml Tabel 4. Dari hasil uji aktivitas antioksidan ini pelarut metanol merupakan pelarut yang terbaik dalam mengekstrak senyawa-senyawa yang memberikan aktivitas antioksidan. Tabel 4 Hasil rerata rendemen dan aktivitas antioksidan berbagai pelarut No Jenis Ekstrak Rendemen Aktivitas Antioksidan IC 50 µgml 1 Air 2.4 a 1827.4 a 2 Etanol 4.4 a 223.8 b 3 Metanol 4.2 a 208.8 b Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada =0.05 Kemampuan senyawa fenol terekstrak dan aktivitas antioksidannya pada ekstrak kasar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain polaritas, pH pelarut, lama waktu ekstraksi dan suhu eksraksi, sesuai dengan struktur senyawa fenol yang terdapat didalamnya Perez-jimenezsaura-calixto, 2006; Sun Ho, 2005. Variasi pH dan penggunaan jenis asam juga mempengaruhi kemampuan senyawa fenol terekstrak dan aktivitas antioksidannya Kapasadikalidis et al, 2006. Penelitian lanjutan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam lemah asam asetat dan asam kuat HCl terhadap rendemen ekstrak dan aktivitasnya. Hasil rendemen ekstrak tertinggi didapat pada pelarut metanol asam kuat kemudian pelarut metanol asam asetat dan metanol tanpa penambahan asam. Tingginya rendemen pelarut metanol HCl dimungkinkan karena adanya co- ekstraksi dari senyawa non fenol seperti gula, asam organik dan protein. Hasil aktivitas antioksidan ini berkorelasi negatif terhadap hasil rendemen ekstrak dan membuktikan adanya co-ekstraksi dari senyawa lain yang tidak memberikan aktivitas antioksidan Tabel 5. Tabel 5 Hasil rerata rendemen dan aktivitas antioksidan pelarut metanol dan metanol asam. No Jenis Ekstrak Rendemen Aktivias Antioksidan IC 50 µgml 1 Metanol 3.4 a 185.5 a 2 Metanol asam asetat 3.8 a 277.2 ab 3 Methanol HCl 5.9 b 408.6 b Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada =0.05