fenol juga bervariasi mulai dari 113.9 mg EKg hingga 215.6 mg EKg dengan kadar tertinggi dimiliki oleh beras pare laka dan terendah oleh beras raja hitam
Tabel 6. Urutan kadar total flavonoid pada beras yang dianalisis dari yang paling besar hingga yang paling kecil sebagai berikut beras pare laka jati luwih
halimun aek sibundong ratu merah are ndota sirampong ujung kulon jowo melik raja hitam. Perbedaan kadar flavonoid pada beras merah dapat terjadi
karena adanya perbedaan varietas, genetic, lokasi tempat tumbuh, cekaman atau gangguan pertumbuhan, suhu, cuaca, intensitas cahaya dan dan lain sebagainya
sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan.
Hasil yang berbeda didapatkan oleh beras IR 64 sebagai pembanding, dimana total flavonoid yang terdeteksi hanya 1.7 mg EKg. Hasil ini sangat kecil
sekali atau berkisar antara 66 kali lebih kecil apabila dibandingkan dengan kandungan total flavonoid terendah dari beras merah yang dianalisis. Hal ini
membuktikan beras putih hanya sedikit sekali memiliki senyawa senyawa flavonoid, sehingga apabila dilihat dari aktivitas antioksidannya diperkirakan
tidak akan sebesar aktivitas antioksidan beras merah. Yawadio et al, 2007 melaporkan kandungan senyawa golongan fenolik
yang terdapat pada beras hitam dan beras merah. Beras hitam mengandung senyawa antosianin jenis sianidin 3 glukosida dan peonidin 3 glukosida
menggunakan High Performance Liquid Chromatography HPLC. Sedangkan beras merah atau berpigmen didominasi oleh senyawa asam ferulat. Senyawa
golongan tokoferol seperti tokoferol, tokoferol tokotrienol dan golongan senyawa tokol terdeteksi pada kedua jenis beras yang diteliti menggunakan
spektroskopi massa. Senyawa golongan flavonoid, asam ferulat dan golongan tokol tokoferol dan tokotrienol diketahui merupakan senyawa senyawa yang
memiliki aktivitas antioksidan baik primer maupun sekunder. Berdasarkan hasil diatas urutan kadar total flavonoid tidak mengikuti urutan
yang sama dengan kadar total fenol. Hal ini dapat terjadi karena dalam penentuan total fenol hampir semua senyawa golongan fenolik seperti flavonoid, tannin,
antosianin maupun asam fenolat akan terukur. Sebagai contoh beras jati luwih merupakan beras yang memiliki kadar polifenol dan flavonoid yang tinggi,
sedangkan beras sirampong memiliki kadar total fenol tinggi namun kadar flavonoid yang lebih rendah. Oleh karena itu, dapat saja flavonoid merupakan
penyumbang terbesar grup fenolik ataupun penyumbang yang tidak terlalu dominan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shen et al pada tahun 2009,
dimana tidak terdapat korelasi antara total fenol dengan total flavonoid pada beras merah yang dianalisis.
4.2.3. Analisis aktivitas antioksidan beras merah
Metode DPPH dan FRAP digunakan dalam penelitian untuk menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak beras merah. Kedua metode yang digunakan
termasuk ke dalam tipe analisis antioksidan yang memanfaat transfer elektron dalam reaksi kimianya. Metode DPPH dipilih karena telah banyak digunakan
dalam mengukur potensi aktivitas antioksidan secara in vitro pada sistem biologis Zhou Yu 2004. Metode antioksidan FRAP juga dilakukan dalam pengujian ini
dikarenakan analisis ini dapat digunakan untuk kuantifikasi aktivitas antioksidan pada bermacam sistem biologis mulai dari ekstrak hingga senyawa murni
Katalinic et al. 2006.
4.2.3.1. Aktivitas antioksidan metode DPPH
DPPH merupakan radikal organik yang stabil dengan warna ungu yang cukup kuat. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode ini didasarkan
kepada penangkapan radikal oleh antioksidan sehingga warna ungu dari radikal menjadi memudar warna kuning. Dengan meningkatnya konsentrasi antioksidan
maka aktivitas penangkapan radikal DPPH semakin besar sehingga dapat dianalogikan sebagai aktivitas antioksidan Sanchez-Moreno et al. 1999.
Hasil analisis aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH menunjukkan variasi dalam setiap pengujian. Konsentrasi penghambatan 50
IC
50
tertinggi diperoleh pada beras ratu merah, meskipun tidak berbeda nyata dengan beras jati luwih Tabel 7 . Konsentrasi penghambatan 50 terbesar
didapatkan pada beras ratu merah jati luwih bandung halimun pare lakaaek sibundong sirampong ujung kulon are ndota raja hitamjowo melik.
Perbedaan aktivitas ini diduga karena adanya perbedaan kandungan senyawa flavonoid ataupun fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan pada beras maupun
kandungan senyawa lain seperti tokoferol dan tokotrienol yang juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Analisis antioksidan beras putih sebagai
pembanding juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan beras putih. Aktivitas antioksidan beras putih sebesar 1858.8 µgml yang tergolong sebagai
bahan dengan aktivitas antioksidan rendah 1000µgml. Hasil ini menunjukkan beras putih tidak memiliki aktivitas antioksidan yang disebabkan oleh senyawa
senyawa yang terkandung didalamnya. Tabel 7 Hasil analisis aktivitas antioksidan berbagai varietas beras
No. Varietas beras
DPPH IC 50 µgml
FRAP µmol FeIIg
Kategori antioksidan
1 Halimun 148.2
bc
892.60
d
Sedang 2 Ujung kulon
187.0
e
642.0
b
Sedang 3 Ratu merah
108.9
a
732.1
bc
Sedang 4 Jowo melik
320.0
g
477.9
a
Rendah 5 Raja hitam
311.5
g
528.9
a
Rendah sedang 6 Sirampong
182.3
de
1032.5
e
Sedang tinggi 7 Pare laka
156.1
c
1039.1
e
Sedang tinggi 8 Are ndota
235.3
f
636.4
b
Sedang 9 Aek sibundong
171.1
d
1045.5
e
Sedang tinggi 10 Jati luwih
109.4
a
1371.1
f
Sedang tinggi 11 Bandung
139.5
b
739.8
c
Sedang 12 IR 64putih
1858,6 142.7
Rendah
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada =0.05
Perbedaan hasil analisis aktivitas antioksidan DPPH menunjukkan adanya perbedaan aktivitas senyawa yang terkandung di dalam beras. Senyawa golongan
fenolik dan turunannya seperti golongan flavonoid merupakan golongan senyawa yang memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas dengan cara
mendonorkan elektron untuk menstabilkan radikal bebas. Golongan fenol dan flavonoid memiliki spektrum keberagaman yang luas yang dibedakan berdasarkan
gugus fungsi yang menyertainya. Perbedaan gugus fungsi pada golongan flavonoid menyebabkan perbedaan aktivitas antioksidannya. Sehingga disamping
perbedaan jumlah fenol dan flavonoid, perbedaaan komposisi penyusun fenolik dan flavonoid juga berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan