Analisis Data METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat

fenol juga bervariasi mulai dari 113.9 mg EKg hingga 215.6 mg EKg dengan kadar tertinggi dimiliki oleh beras pare laka dan terendah oleh beras raja hitam Tabel 6. Urutan kadar total flavonoid pada beras yang dianalisis dari yang paling besar hingga yang paling kecil sebagai berikut beras pare laka jati luwih halimun aek sibundong ratu merah are ndota sirampong ujung kulon jowo melik raja hitam. Perbedaan kadar flavonoid pada beras merah dapat terjadi karena adanya perbedaan varietas, genetic, lokasi tempat tumbuh, cekaman atau gangguan pertumbuhan, suhu, cuaca, intensitas cahaya dan dan lain sebagainya sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan. Hasil yang berbeda didapatkan oleh beras IR 64 sebagai pembanding, dimana total flavonoid yang terdeteksi hanya 1.7 mg EKg. Hasil ini sangat kecil sekali atau berkisar antara 66 kali lebih kecil apabila dibandingkan dengan kandungan total flavonoid terendah dari beras merah yang dianalisis. Hal ini membuktikan beras putih hanya sedikit sekali memiliki senyawa senyawa flavonoid, sehingga apabila dilihat dari aktivitas antioksidannya diperkirakan tidak akan sebesar aktivitas antioksidan beras merah. Yawadio et al, 2007 melaporkan kandungan senyawa golongan fenolik yang terdapat pada beras hitam dan beras merah. Beras hitam mengandung senyawa antosianin jenis sianidin 3 glukosida dan peonidin 3 glukosida menggunakan High Performance Liquid Chromatography HPLC. Sedangkan beras merah atau berpigmen didominasi oleh senyawa asam ferulat. Senyawa golongan tokoferol seperti tokoferol, tokoferol tokotrienol dan golongan senyawa tokol terdeteksi pada kedua jenis beras yang diteliti menggunakan spektroskopi massa. Senyawa golongan flavonoid, asam ferulat dan golongan tokol tokoferol dan tokotrienol diketahui merupakan senyawa senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan baik primer maupun sekunder. Berdasarkan hasil diatas urutan kadar total flavonoid tidak mengikuti urutan yang sama dengan kadar total fenol. Hal ini dapat terjadi karena dalam penentuan total fenol hampir semua senyawa golongan fenolik seperti flavonoid, tannin, antosianin maupun asam fenolat akan terukur. Sebagai contoh beras jati luwih merupakan beras yang memiliki kadar polifenol dan flavonoid yang tinggi, sedangkan beras sirampong memiliki kadar total fenol tinggi namun kadar flavonoid yang lebih rendah. Oleh karena itu, dapat saja flavonoid merupakan penyumbang terbesar grup fenolik ataupun penyumbang yang tidak terlalu dominan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shen et al pada tahun 2009, dimana tidak terdapat korelasi antara total fenol dengan total flavonoid pada beras merah yang dianalisis.

4.2.3. Analisis aktivitas antioksidan beras merah

Metode DPPH dan FRAP digunakan dalam penelitian untuk menentukan aktivitas antioksidan dari ekstrak beras merah. Kedua metode yang digunakan termasuk ke dalam tipe analisis antioksidan yang memanfaat transfer elektron dalam reaksi kimianya. Metode DPPH dipilih karena telah banyak digunakan dalam mengukur potensi aktivitas antioksidan secara in vitro pada sistem biologis Zhou Yu 2004. Metode antioksidan FRAP juga dilakukan dalam pengujian ini dikarenakan analisis ini dapat digunakan untuk kuantifikasi aktivitas antioksidan pada bermacam sistem biologis mulai dari ekstrak hingga senyawa murni Katalinic et al. 2006.

4.2.3.1. Aktivitas antioksidan metode DPPH

DPPH merupakan radikal organik yang stabil dengan warna ungu yang cukup kuat. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode ini didasarkan kepada penangkapan radikal oleh antioksidan sehingga warna ungu dari radikal menjadi memudar warna kuning. Dengan meningkatnya konsentrasi antioksidan maka aktivitas penangkapan radikal DPPH semakin besar sehingga dapat dianalogikan sebagai aktivitas antioksidan Sanchez-Moreno et al. 1999. Hasil analisis aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH menunjukkan variasi dalam setiap pengujian. Konsentrasi penghambatan 50 IC 50 tertinggi diperoleh pada beras ratu merah, meskipun tidak berbeda nyata dengan beras jati luwih Tabel 7 . Konsentrasi penghambatan 50 terbesar didapatkan pada beras ratu merah jati luwih bandung halimun pare lakaaek sibundong sirampong ujung kulon are ndota raja hitamjowo melik. Perbedaan aktivitas ini diduga karena adanya perbedaan kandungan senyawa flavonoid ataupun fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan pada beras maupun kandungan senyawa lain seperti tokoferol dan tokotrienol yang juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Analisis antioksidan beras putih sebagai pembanding juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan beras putih. Aktivitas antioksidan beras putih sebesar 1858.8 µgml yang tergolong sebagai bahan dengan aktivitas antioksidan rendah 1000µgml. Hasil ini menunjukkan beras putih tidak memiliki aktivitas antioksidan yang disebabkan oleh senyawa senyawa yang terkandung didalamnya. Tabel 7 Hasil analisis aktivitas antioksidan berbagai varietas beras No. Varietas beras DPPH IC 50 µgml FRAP µmol FeIIg Kategori antioksidan 1 Halimun 148.2 bc 892.60 d Sedang 2 Ujung kulon 187.0 e 642.0 b Sedang 3 Ratu merah 108.9 a 732.1 bc Sedang 4 Jowo melik 320.0 g 477.9 a Rendah 5 Raja hitam 311.5 g 528.9 a Rendah sedang 6 Sirampong 182.3 de 1032.5 e Sedang tinggi 7 Pare laka 156.1 c 1039.1 e Sedang tinggi 8 Are ndota 235.3 f 636.4 b Sedang 9 Aek sibundong 171.1 d 1045.5 e Sedang tinggi 10 Jati luwih 109.4 a 1371.1 f Sedang tinggi 11 Bandung 139.5 b 739.8 c Sedang 12 IR 64putih 1858,6 142.7 Rendah Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada =0.05 Perbedaan hasil analisis aktivitas antioksidan DPPH menunjukkan adanya perbedaan aktivitas senyawa yang terkandung di dalam beras. Senyawa golongan fenolik dan turunannya seperti golongan flavonoid merupakan golongan senyawa yang memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas dengan cara mendonorkan elektron untuk menstabilkan radikal bebas. Golongan fenol dan flavonoid memiliki spektrum keberagaman yang luas yang dibedakan berdasarkan gugus fungsi yang menyertainya. Perbedaan gugus fungsi pada golongan flavonoid menyebabkan perbedaan aktivitas antioksidannya. Sehingga disamping perbedaan jumlah fenol dan flavonoid, perbedaaan komposisi penyusun fenolik dan flavonoid juga berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan