Sistem Sungai Sinusitas Tinggi

66 BAB 7 SISTEM FLUVIAL

7.1 TINJAUAN UMUM

Kehandalan sekuen stratigrafi sebagai alat prediksi dalam analisis sistem klastika pesisir dan laut-dangkal telah diakui oleh banyak ahli. Hal ini antara lain terbukti dengan melimpahnya makalah mengenai sekuen stratigrafi sistem-sistem tersebut. Di lain pihak, usaha-usaha untuk menerapkan konsep-konsep sekuen stratigrafi terhadap sistem fluvial memberi hasil yang kurang memuaskan. Hal itu terutama terjadi karena pengaruh fluktuasi muka air laut terhadap pembentukan endapan fluvial tidak begitu jelas Posamentier Vail, 1988; Posamentier, 1993; Shanley, 1991; Shanley McCabe, 1989, 1990, 1991, 1994; Wescott, 1993. Sebagaimana telah dimaklumi, sistem fluvial dipengaruhi oleh sehimpunan faktor eksternal allosiklis dan faktor internal autosiklis yang jalin-menjalin dalam pola yang kompleks Schumm, 1968, 1981; Schumm Ethridge, 1991. Permasalahan tersebut menjadi lebih kompleks lagi karena paket endapan fluvial biasanya memperlihatkan gejala perubahan fasies yang cepat serta tidak memiliki gejala-gejala internal yang memungkinkan paket tersebut untuk dapat dibagi-bagi ke dalam sejumlah satuan kronostratigrafi. Akibatnya, hingga dewasa ini penerapan sekuen stratigrafi terhadap endapan fluvial masih berada dalam tahap awal dan masih menjadi bahan perdebatan sengit dikalangan ahli-ahli geologi Galloway, 1981; Miall, 1986, 1991; Boyd dkk, 1989; Walker, 1990; Posamentier James, 1993; Schumm, 1993; Wescott, 1993; Koss dkk, 1994; Shanley McCabe, 1994. Bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai proses pengendapan dan pola alur sungai. Setelah itu akan diperkenal- kan konsep graded river profile sebagai faktor utama yang mengontrol perkembangan akomodasi dalam sistem fluvial. Terakhir akan dibahas pengaruh fluktuasi muka air laut terhadap sungai. 7.2 PROSES DAN TIPE ALUR SUNGAI Sistem fluvial merupakan lingkungan pengendapan yang paling banyak dan paling awal dipelajari orang. Walaupun menarik, namun pembahasan yang mendetil mengenai lingkungan pengendapan fluvial berada di luar lingkup bahasan buku ini. Mereka yang tertarik untuk mempelajariya dapat merujuk pada karya Cant 1978, Miall 1978, 1992, Ethridge Flores 1981, Collinson Lewin 1983, Collinson 1986, serta Ethridge dkk 1987. Secara tradisional dikenal adanya empat tipe alur sungai: menganyam, meander, lurus, dan anastomotis Leopold Wolman, 1957; Leopold dkk, 1964; Rust, 1978. Walaupun Pembagian seperti itu memang berguna, namun sebenarnya bersifat artifisial, mengingat spektrum tipe alur sebenarnya menerus lihat Miall, 1992. Pola alur sungai dikontrol oleh luah, pasokan sedimen, dan gradien topografi Bridge, 1985. Karena itu tidak mengherankan apabila perbedaan antara tipe-tipe sungai sebenarnya tidak tegas; dua atau lebih tipe alur memiliki satu atau lebih unsur morfologi yang mirip. 7.2.1 Sungai Lurus dan Sungai Anastomotis Sungai lurus dan sungai anastomotis sebenarnya jarang ditemukan di alam; endapan kedua tipe sungai itu juga jarang ditemukan dalam rekaman geologi. Sungai lurus memiliki satu alur tunggal dengan tepi sungai yang stabil dan diapit oleh wilayah daratan yang berupa tangkis levee. Sungai anastomotis disusun oleh sejumlah alur sempit-dangkal yang saling ber- hubungan serta memiliki tepi sungai yang stabil biasanya ditutupi vegetasi dan disusun oleh lempung atau lanau Smith Smith, 1980; Putnam, 1983; Rust Legun, 1983; Nanson dkk, 1986 gambar 7-1a. Migrasi lateral alur-alur sungai anastomotis berlangsung secara terbatas karena tepi sungai ini stabil. Walau demikian, lintasan alur dapat berubah akibat avulsi avulsion; Smith, 1983, yaitu proses dimana banjir besar menyebabkan bobolnya tepi sungai sedemikian rupa sehingga air sungai yang datang berikutnya tidak lagi mengalir melalui alur lama, melainkan melalui alur baru yang tumbuh dari lintasan bobolan. Nisbah lebar terhadap kedalaman dari alur sungai anastomotis lebih rendah dibanding nisbah lebar terhadap kedalaman dari alur sungai meander Smith Smith, 1980; Smith Putnam, 1983; Smith, 1983; Tornqvist, 1993. Overbank dan daerah limpah banjir dari sistem sungai anastomotis —yang menjadi pemisah antar alur sungai ini—terdiri dari rawa yang sempit, wilayah bobolan, dataran bervegetasi, dan kolam alami Smith Smith, 1980. Sungai anastomotis diketahui terdapat di daerah beriklim lembab, tropis, semi-kering, dan kering. Sungai ini biasanya terdapat di daerah hilir yang bergradien rendah dan terutama disusun oleh sedimen kohesif, misalnya dataran pantai dan bagian atas dari delta Smith Smith, 1980; Rust, 1981; Rust Legun, 1983; Smith, 1983; Cairncross dkk, 1988. Sungai anastomotis cenderung terbentuk ketika terjadi penaikan base level yang cepat, pada saat mana peningkatan ruang akomodasi sungai menyebabkan akumulasi lebih banyak terjadi pada arah vertikal dibanding arah lateral Smith Smith, 1980; Smith, 1986; Kirschbaum McCabe, 1992; Tornqvist, 1993. Karena itu, endapan sungai anastomotis umumnya berupa tubuh-tubuh pasir berbentuk seperti tali sepatu shoestrings-like sand bodies yang satu sama lain dipisahkan oleh endapan tangkis-overbank, endapan bobolan, dan endapan dataran banjir Friend dkk, 1978; Friend, 1983.

7.2.2 Sistem Sungai Sinusitas Tinggi

Alur sinusitas tinggi terbentuk pada daerah dengan gradien kelerengan rendah serta pada kondisi nisbah beban suspensi terhadap beban dasar tinggi Leopold Wolman, 1957; Allen, 1965; Schumm, 1971, 1977, 1981. Sistem sungai sinusitas tinggi biasanya terdiri dari dua unsur morfologi utama yakni alur dan overbank gambar 7-1b. Aliran berlangsung dalam suatu sabuk meander yang lebar dan ditempati oleh alur aktif dan alahan abandoned channel. Pola susunan alur dalam sabuk meander 67 umumnya kompleks. Proses pengendapan yang aktif terutama berlangsung secara terbatas pada sabuk meander sedemikian rupa sehingga menghasilkan tepi-tepi sungai yang memiliki elevasi relatif lebih tinggi dibanding elevasi dataran banjir. Bagian luar dari tepi sungai bagian yang lebih ke arah darat disusun oleh endapan overbank yang berjari-jemari dengan endapan dataran banjir yang terletak disampingnya. Pergerakan air dalam sabuk meander mungkin agak terbatas karena adanya ambang yang berupa sumbat alahan abandoned channel plug, namun mungkin pula relatif bebas sehingga alur cukup mudah bermigrasi ke arah lateral menghasilkan gosong tanjung point bar dan endapan lateral lain yang berasosiasi dengannya. Beban sungai sinusitas tinggi masa kini sangat bervariasi, mulai dari material suspensi berbutir halus Jackson, 1976, 1978; Stewart, 1963, campuran pasir kasar dan gravel Bernard Major, 1963; McGowen Garner, 1970; Levey, 1975; Arche, 1983, serta gravel Gustavon, 1978; Ori, 1982; Forbes, 1983; Campbell Hendry, 1987. Rekaman stratigrafi dari sungai sinusitas tinggi juga memperlihatkan jenis dan deretan fasies yang sangat bervariasi serta berubah secara berangsur menjadi fasies- fasies sungai sinusitas rendah Puigdefabregas, 1973; Miall, 1983, 1987; Stewart, 1983. Fasies alur sinusitas tinggi berupa tubuh pasir berbentuk tabuler hingga sheet-like sand yang satu sama lain dipisahkan oleh endapan overbank dan endapan dataran banjir yang berbutir halus gambar 7-1b; Friend, 1983. Tubuh-tubuh pasir seperti pita dapat tersebar lebih luas apabila proses migrasi sabuk meander tidak berlangsung dengan baik Puigdefabregas Van Vliet, 1978. Endapan overbank yang berasosiasi dengannya berwujud tubuh sedimen berbutir halus berbentuk taji dan makin menipis ke arah dataran banjir yang ada disekitarnya Tornqvist, 1993. 7.2.3 Sistem Sungai Sinusitas Rendah Sistem alur sinusitas rendah, atau sistem sungai menganyam, terbentuk apabila sedimen berbutir kasar seperti pasir dan gravel menjadi beban utama dalam sungai. Pada kasus ini, apabila tepi sungai tidak dibentuk oleh material kohesif, maka posisi aliran sungai dapat mengalami perubahan-perubahan ekstrim gambar 7-1c. Setiap individu alur terus-menerus bergeser dan bercabang-cabang sedemikian rupa sehingga membentuk anyaman, disertai dengan hadirnya berbagai jenis bedform di bagian tengah sungai; bedform itupun selalu bermigrasi Leopold Wolman, 1957; Coleman, 1969; Collinson, 1970; Smith, 1974; Cant Walker, 1976, 1978; Miall, 1977; Cant, 1978a,b. Tingginya beban sedimen dan mobilitas sistem alur menyebabkan rekaman stratigrafi sistem ini terutama berupa tubuh sedimen lensoid yang cekung ke atas serta dicirikan oleh kehadiran lapisan silang-siur dalam berbagai skala, banyaknya endapan akrasi lateral, dan tidak adanya fasies tepi alur Moody-Stuart, 1966; Campbell, 1976; Hazeldine, 1983; Bristow, 1987. 7.2.4 Penggolongan Sistem Fluvial Tipe-tipe dasar dari sistem sungai seperti telah dikemukakan di atas sering sukar dikenal keberadaannya dalam rekaman stratigrafi. Karena itu, sebagian ahli kemudian mencoba menyusun skema penggolongan lain yang didasarkan pada besar butir sedimen yang menjadi beban sungai. Besar butir dipandang sebagai parameter pembeda sistem fluvial karena aspek itu bisa diukur, baik pada sungai masa kini maupun pada endapan sungai purba; baik pada singkapan maupun data bawah permukaan. Berdasarkan aspek itu, sistem fluvial secara garis besar dibedakan menjadi empat tipe: 1 sungai dengan muatan beban dasar sangat banyak high-bedload dominated river; 2 sungai dengan muatan beban dasar cukup banyak bedload dominated river; 3 sungai dengan muatan beban dasar dan beban suspensi dalam proporsi yang lebih kurang sama mix-load river; dan 4 sungai yang terutama dimuati oleh beban suspensi suspended load dominated river Schumm, 1977; Schumm Brankenridge, 1987; Orton Reading, 1993. Setiap tipe sungai itu memiliki geometri endapan alur, kumpulan fasies, dan pola urutan vertikal yang khas gambar 7-2 dan tabel 7-1.

7.3 KONSEP GRADED STREAM PROFILE