Maximum Flooding Surface Ravinement Surface

24 topsets. Dalam core, well log, atau singkapan, perpindahan coastal onlap seperti itu jarang terlihat. Karena itu, dalam rekaman lubang pengeboran atau singkapan, gejala perpindahan seperti itu perlu dicari gambar 2-27. Facies dislocation adalah suatu bidang di atas mana terdapat fasies laut dangkal, sedangkan di bawah bidang itu terdapat fasies lingkungan yang jauh lebih dalam. Dengan demikian, gejala perubahan fasies yang berangsur seperti yang diimplikasikan oleh Hukum Walther telah terdislokasi. Gejala dislokasi ini mungkin jelas terlihat, misalnya ketika suatu lapisan batubara terletak di atas batulumpur paparan luar. Walau demikian, gejala inipun mungkin tidak tampak jelas, misalnya ketika lower shoreface facies ditindih langsung oleh upper shoreface facies, tanpa adanya endapan transisi yang berupa middle shoreface facies. Dalam tatanan laut dangkal, gejala dislokasi fasies sering berasosiasi dengan terjadinya perubahan besar butir yang tiba- tiba. Dislokasi fasies mengindikasikan terjadinya penurunan muka air laut relatif dan pembentukan ketakselarasan daratan. Walau demikian, jejak-jejak dari kedua peristiwa itu akan lebih jelas terlihat di daerah yang terletak lebih dekat dengan daratan. Di lain pihak, gejala dislokasi fasies sendiri lebih jelas terlihat pada highstand topsets yang terletak lebih dekat dengan pusat cekungan serta pada highstand clinoform. Keseluruhan gejala tersebut di atas mencirikan bidang ketakselarasan atau keselarasan yang korelatif dengannya dan, oleh karena itu, juga menjadi ciri-ciri batas sekuen. Lembah torehan incised valley telah dijelaskan oleh Van Wagoner dkk 1990 sebagai sistem fluvial yang alurnya memasuki wilayah yang semula berupa paparan dan bekerja di tempat itu sebagai bentuk tanggapan sistem tersebut terhadap penurunan muka air laut relatif. Di daerah paparan, endapan lowstand pengisi lembah torehan bagian bawahnya dibatasi oleh batas sekuen, sedangkan di bagian atasnya dibatasi oleh bidang transgresi. Gejala dislokasi fasies mungkin terjadi di bagian dasar lembah torehan. Untuk membuktikan keberadaaan lembah torehan, kita perlu melakukan pengamatan yang seksama terhadap singkapan berukuran besar atau terhadap data-data sumur yang rapat. Lembah torehan dibedakan dari alur sungai biasa dari ukurannya yang lebih dalam dan lebih besar dibanding individu alur biasa, bahkan dari satu individu sabuk alur sungai. Level lembah torehan lebih rendah dibanding level alur di muara sungai. Lembah itu sering diisi oleh fasies aluvial yang merupakan bagian proksimal dari bagian akhir lowstand prograding wedge. Walau demikian, lembah itu mungkin pula diisi oleh fasies estuarium atau fasies bahari yang diendapkan sebagai bagian dari highstand systems tract. Pada daerah yang terletak diantara lembah torehan dan daerah proksimal, batas sekuen kemungkinan sangat sukar dikenal. Bukti-bukti penyingkapan permukaan seperti paleosol, gejala oksidasi, dan gejala-gejala pelapukan hanya terjadi pada bagian terluar dari batuan sehingga kemungkinan akan tersapu pada waktu terjadi erosi yang berasosiasi dengan transgresi. Bidang yang menandai terjadinya erosi seperti itu disebut bidang erosi-transgresi ET surface Walker dan Eyles, 1991. Satu-satunya bukti yang mungkin dapat digunakan adalah transgressive lag yang sering memiliki besar butir jauh lebih besar dibanding endapan yang terletak dibawahnya atau mengandung partikel-partikel lain yang bukan berasal dari endapan dibawahnya. Pada kasus tertentu yang jarang ditemui, batas sekuen dapat dikenal dari gejala pemancungan parasekuen di bagian bawah lihat contoh yang diberikan oleh Van Wagoner dkk, 1990. Walau demikian, kriteria ini hendaknya diterapkan dengan ekstra hati-hati, mengingat batas-batas parasekuen sendiri bersifat erosional.

2.5.6 Maximum Flooding Surface

Dalam well log, core, atau singkapan, maximum flooding surface dikenal keberadaannya sebagai bidang utama yang memisahkan endapan transgresi retrogradational parasequence sets dari endapan regresi progradational parasequence sets yang terletak diatasnya. Di daerah proksimal, maximum flooding surface mungkin terletak di atas aggradational parasequence sets, sedangkan di daerah distal bidang ini dapat diwakili oleh condensed section. Condensed section sendiri dapat dicirikan oleh log facies atau litofasies yang khas seperti horizon yang kaya akan glaukonit, lapisan rijang, lapisan batugamping, atau lapisan serpih dengan kadar radioaktif tinggi atau berkecepatan seismik rendah. Keunikan condensed section dan tersebar 25 luasnya endapan yang ekivalen dengan condensed section menyebabkan bidang tersebut menjadi tipe bidang sekuen stratigrafi yang paling mudah dikenal keberadaannya Loutit dkk, 1988. Istilah condensed section sinonim dengan istilah bidang hiatus hiatal surface yang digunakan oleh Galloway 1989 sebagai batas genetic stratigraphic unit. Perlu dicamkan bahwa ada sejumlah condensed section yang tidak ekivalen dengan maximum flooding surface, misalnya condensed section yang memisahkan kipas dasar cekungan dengan kipas lereng, condensed section yang memisahkan kipas lereng dengan lowstand prograding wedge, serta condensed section yang merupakan bidang avulsi utama dalam suatu systems tract.

2.5.7 Ravinement Surface

Ravinement surface adalah bidang erosi yang terbentuk selama berlangsungnya transgresi. Swift 1968 memaparkan bahwa paket-paket endapan transgresi dalam cratonic basin umumnya terletak disconformably di atas strata yang terletak dibawahnya. Strata yang terletak di bawah paket-paket endapan transgresi itu dapat berupa endapan yang telah terbentuk sebelumnya. Walau demikian, strata itu umumnya berupa endapan laut tepian yang satu generasi dengan paket-paket endapan transgresi yang menindihnya. Orang yang pertama-tama menyadari kebenaan bidang disconformity seperti tersebut adalah Stamp 1921. Dalam makalah yang disusunnya, dia memperlihatkan bahwa surf zone dari laut yang sedang bertransgresi dapat menyebabkan tertorehnya endapan di daerah pantai. Disconformity yang dihasilkan oleh proses seperti itu kemudian dinamakannya ravinement. Salah satu mekanisme pembentukan bidang ravinement adalah bermigrasinya gisik atau gosong pesisir ke arah daratan. Ketika muka air laut naik, sedimen di bagian upper shoreface akan tererosi, kemudian diendapkan di bagian lower shoreface, di lepas pantai sebagai endapan badai, atau dalam laguna sebagai washover fan gambar 2-29. Luas penyebaran bidang erosi yang terbentuk di daerah pesisir tergantung pada laju penaikan muka air laut. Di daerah yang laju subsidensinya tinggi atau laju penaikan muka air lautnya tinggi, endapan transgresi yang lengkap akan dapat terawetkan. Di lain pihak, pada daerah yang laju subsidensinya rendah atau laju penaikan muka air lautnya rendah, bidang erosi menjadi lebih jelas terlihat dan paket endapan transgresi tidak terawetkan dengan lengkap Fischer, 1961. Selama berlangsungnya transgresi, ravinement surface berlaku seperti sabuk fasies yang bergerak sejajar dengan sabuk fasies pantai. Dengan cara seperti itu, ravinement surface kemungkinan menjadi bidang pembatas parasekuen atau parasekuen set. Ravinement surface utama dapat menjadi bidang penciri transgresi yakni sebagai pembatas antara lowstand systems tract dan transgressive systems tract.

2.5.8 Masalah dan Ranjau dalam Penerapan Sekuen Stratigrafi Resolusi Tinggi