Check-list untuk Penafsiran Sekuen Stratigrafi berdasarkan Data Well logs 1.

47 hanya ada satu sumur bor, maka tidak mungkin bagi kita untuk dapat memutuskan apakah kipas yang sedang diamati memiliki kaitan dengan posisi muka air laut rendah atau tidak. Lowstand prograding wedge dapat dikenal sebagai paket batuan pengisi tepi cekungan yang berprogadasi ke arah cekung- an serta terletak di atas batas sekuen dan di bawah maximum progradation surface. Dengan demikian, satu prasyarat mutlak untuk dapat menyatakan bahwa suatu endapan merupakan lowstand prograding wedge adalah kita telah mengetahui posisi batas sekuen. Persyaratan ini kadang-kadang tidak dapat terpenuhi jika kita hanya memiliki data well logs. Topset para- sequences dari lowstand prograding wedge idealnya merupakan paket-paket batuan yang menebal ke atas dan mengindikasi- kan percepatan laju penaikan muka air laut relatif. Peristiwa peningkatan laju penaikan muka air laut relatif itupun akan di- indikasikan oleh perubahan pola progradasi menjadi pola agradasi. Transgressive systems tract dapat dikenal sebagai himpunan parasekuen retrogradasional yang terletak di atas maximum progradation surface yang sering berimpit dengan batas sekuen dan di bawah maximum flooding surface atau condensed section yang korelatif dengannya. Highstand systems tract dapat dikenal sebagai paket batuan pengisi tepi cekungan yang berprogradasi ke arah cekungan serta terletak di atas maximum flooding surface dan di bawah batas sekuen. Sebagaimana kasus lowstand fan, persyaratan mutlak yang harus dipenuhi agar kita dapat menentukan bahwa suatu paket batuan adalah highstand systems tract adalah mengetahui posisi batas sekuen. Persyaratan ini kadang-kadang tidak dapat terpenuhi apabila kita hanya memiliki data well logs. Topset parasequences dari highstand systems tract idealnya merupakan paket-paket batuan yang menipis ke atas dan mengindikasikan penurunan laju penaikan muka air laut relatif. Shelf-margin systems tract dapat dikenal sebagai paket batuan pengisi tepi cekungan yang berprogradasi serta terletak di atas batas sekuen tipe-2 dan di bawah maximum progradation surface. Batas sekuen tipe-2, dan oleh karena itu shelf-margin systems tract, sukar untuk dikenal dari data well logs saja. 4.4.9 Jebakan dan Ketaksaan dalam Analisis Sekuen Stratigrafi berdasarkan Well logs Sebagian jebakan yang harus disingkirkan dalam usaha mengaitkan kurva log dengan parameter-parameter pengendapan telah dijelaskan pada 4.4.1, sedangkan jebakan yang harus disingkirkan dalam menafsirkan well logs telah dijelaskan pada 4.4.2. Di bawah ini akan dikemukakan sejumlah jebakan yang mungkin ditemui dan sejumlah petunjuk yang diperlukkan untuk menghindarkannya: 1. Apabila memungkinkan, gunakan data inti bor sebagai pengontrol. Kurva log, meskipun telah dikalibrasi oleh data inti bor, bukan alat yang tidak mungkin salah dalam penafsiran lingkungan pengendapan dan systems tract. 2. Jangan mengharapkan bahwa kita akan menemukan semua systems tract dalam setiap sumur bor. Systems tract memiliki penyebaran yang terbatas dan tempat pengendapannya seringkali bersifat eksklusif. 3. Jangan mengharapkan bahwa kita akan menemukan batas sekuen dalam setiap sumur bor. Batas sekuen hanya akan jelas terlihat pada bidang dimana lowstand wedge terletak onlap terhadap highstand front dan pada dasar lembah torehan. Di tempat lain, batas sekuen mungkin berimpit dengan bidang transgresi atau terletak di dalam condensed section sehingga tidak akan tampak jelas dalam well logs. 4. Ada beberapa bidang yang dapat menimbulkan batas log tajam, namun bukan merupakan batas sekuen. Bidang-bidang itu antara lain sesar, bidang gelincir nendatan slump scar, serta dasar alur. 5. Horizon terbaik untuk digunakan dalam korelasi antar sumur bor adalah maximum flooding surface dan condensed section yang korelatif dengannya. Horizon tersebut biasanya dapat dengan relatif mudah dikenal dalam well logs serta biasanya banyak mengandung fosil sehingga relatif mudah untuk ditentukan umurnya dengan hasil yang baik. 6. Korelasi antar berbagai paket batuan yang terletak diantara dua maximum flooding surface kadang-kadang sukar dilakukan. Batas sekuen yang ditemukan pada dua sumur bor yang terpisah jauh mungkin tidak korelatif satu sama lain, terutama apabila kita menemukan indikasi adanya lebih dari satu sekuen di daerah tersebut. 7. Systems tract tidak dapat diberi nama sebelum kriteria pendukungnya menyakinkan. Sebagai contoh, suatu paket batuan yang mengindikasikan progradasi mungkin dapat dikenal dalam sebuah sumur bor, namun selama batas sekuen tidak diketahui, systems tract tersebut tidak dapat disebut katakanlah progradasional systems tract. Kriteria yang meyakinkan biasanya tidak ditemukan dalam satu sumur bor, namun kemungkinan akan dapat diketahui berdasarkan data gabungan yang diperoleh dari sejumlah sumur bor yang diletakkan pada posisi yang relatif teratur atau dari data seismik dengan resolusi cukup tinggi. 8. Pemilihan datum-gantung hanging-datum, yakni datum dimana kita akan meletakkan semua data sumur sedemikian rupa sehingga dianggap bahwa semua sumur itu berada pada posisi sewaktu pengendapan terjadi, sangat penting artinya karena pemilihan ini akan menentukan bagaimana garis-garis korelasi selanjutnya akan dibuat. Contoh korelasi yang salah, akibat kesalahan pemilihan datum-gantung, diperlihatkan oleh Van Wagoner dkk 1990. Datum-gantung ideal adalah datum yang terletak relatif mendatar sewaktu diendapkan. Lapisan batubara yang melampar luas atau major marine flooding surface dapat berperan sebagai datum-gantung yang baik untuk daerah-daerah yang terletak di sebelah dalam tekuk paparan.

4.4.10 Check-list untuk Penafsiran Sekuen Stratigrafi berdasarkan Data Well logs 1.

Tampilkan data-data well logs dalam skala yang konsisten. Pilihlah beberapa trend log yang tampak jelas. Walau demikian, perlu diketahui bahwa skala log standar jauh dari skala ideal yang dapat menampilkan trend log. 48 2. Tandai trend-trend utama pada log. Tafsirkan pertama-tama dengan menggunakan log sinar gamma, kemudian cross-check tafsiran itu dengan log lain. Gunakan kontrol data inti bor untuk mengaitkan fasies dengan data log. Perhatikan kemungkinan adanya horizon yang tersemenkan dalam log sonik, hydrocarbon legs pada log resistivitas, perubahan dari batuan klastika ke batuan non-klastika, dan casing shoes yang seringkali tampak seperti major break dalam trend log. 3. Tafsirkan tatanan pengendapan secara garis besar—prograding clinoform, topset parasequences, cekungan, dsb— berdasarkan trend log dan litologi penciri misalnya batubara. 4. Gunakan data lain sebagai penunjang tafsiran lingkungan pengendapan: data seismik, inti bor, biostratigrafi. 5. Tafsirkan major condensed section pada batas-batas trend log danatau berdasarkan karakter log yang khas. Gunakan data biostratigrafi data kelimpahan fauna sebagai penunjang tafsiran tersebut. 6. Tentukan interval-interval progradasi dan retrogradasi berdasarkan pengetahuan mengenai pola tumpukan parasekuen dan pola major condensed section. Kenali maximum flooding surface dan maximum progradation surface. Gunakan data seismik sebagai cross-check terhadap hasil tafsiran tersebut. 7. Tafsirkan kandidat batas sekuen dari gejala ketidaksinambungan fasies, bukti adanya penorehan topset, dsb. Cross-check tafsiran ini dengan data seismik dan data inti bor. Perhatikan kemungkinan adanya sesar normal, casing shoes, dsb. 8. Tafsirkan pola penebalan dan penipisan parasekuen yang mengindikasikan variasi laju penaikan muka air laut relatif. 9. Tafsirkan systems tract, jika kriteria yang dipersyaratkan ada, berdasarkan pola tumpukan parasekuen dan khuluk batas- batas systems tract. Pengetahuan sedimentologi yang diperoleh dari inti bor mungkin dapat membantu tugas ini karena fasies-fasies tertentu mengindikasikan systems tract tertentu pula. Sebagai contoh, batubara dan endapan pasut meng- indikasikan transgressive systems tract. Cross-check tafsiran ini dengan data seismik. 10. Lanjutkan proses penafsiran ke seluruh bagian sumur. Ikatkan tafsiran terhadap data seismik secara hati-hati dengan menggunakan seismogram sintetis synthetic seismogram, kemudian korelasikan dengan data biostratigrafi. Korelasikan sekuen, systems tract, dan parasekuen jika memungkinkan. 49 BAB 5 DIAGRAM KRONOSTRATIGRAFI

5.1 TUJUAN PEMBUATAN DIAGRAM KRONOSTRATIGRAFI