Tampilan Kronostratigrafis dari Condensed section Tampilan Kronostratigrafis dari Daur-Daur Pengendapan

51 Bagian diagram yang tidak ditutupi oleh garis-garis horizontal merepresentasikan waktu dan lokasi non-pengendapan, erosi, kondensasi yang berada di bawah resolusi seismik, atau merepresentasikan sesar. Bagian-bagian itu berkorespondensi dengan bidang-bidang seismik yang telah dijelaskan di atas. Sudah barang tentu kita perlu membedakan bagian-bagian tersebut. Sewaktu membaca diagram, kita harus tahu apakah ruang kosong yang menyatakan non-pengendapan merepresentasikan condensed section bahari atau merupakan ciri penyingkapan dan erosi yang berlangsung di atas muka air laut. Pengetahuan itu diperlukan untuk memahami sejarah cekungan dan untuk menempatkan systems tracts dalam konteks daur perubahan muka air laut relatif. Sebagian besar proses penafsiran mungkin berlangsung pada fasa ini. Gambar 5-1e memperlihatkan diagram krono- stratigrafi yang telah ditafsirkan secara lengkap berdasarkan data seismik yang diperlihatkan pada gambar 5-1a. 5.2.6 Penambahan Data Sumur ke dalam Diagram Kronostratigrafi Setiap sumur yang diikatkan dengan garis seismik hendaknya dirajahkan ke dalam diagram kronostratigrafi dengan cara sbb: 1. Interval-interval progradasi dan retrogradasi yang berada di bawah resolusi seismik dan dapat dikenal dari analisis sekuen stratigrafi berdasarkan well logss dan inti bor dapat ditambahkan ke dalam diagram kronostratigrafi. 2. Bidang-bidang hiatus maximum flooding surface, condensed section dan erosi batas sekuen, ngarai bawah laut yang dapat dikenal berdasarkan well logss dan inti bor juga dapat ditambahkan ke dalam diagram kronostratigrafi. 3. Reflektor-reflektor khas, misalnya sudut lereng, fasies seismik, atau sifat-sifat seismik dapat diterjemahkan menjadi informasi fasies. 4. Data umur dari sumur pengeboran dapat digunakan sebagai skala diagram kronostratigarfi dalam kerangka waktu absolut.

5.2.7 Mengaitkan Skala Waktu Diagram Kronostratigrafi dengan Skala Waktu Absolut

Diagram yang telah dibuat di atas memiliki sumbu waktu sebagai sumbu vertikal, namun skala waktunya tidak bersifat linier. Reflektor-reflektor seismik telah dirajahkan menurut urut-urutan waktu pembentukannya dengan menggunakan cara dimana jarak antara dua refleksi seismik dibuat sama di seluruh bagian diagram. Jika kita memiliki data umur absolut dari setiap bagian stratigrafi, maka diagram tersebut dapat dibuat dengan memakai skala waktu absolut sebagai sumbu vertikal. Walau demikian, hal itu bukan merupakan pekerjaan sepele. Umur absolut mungkin hanya diambil dari sejumlah bidang pembatas kunci dan, oleh karena itu, umur batuan yang terletak diantara bidang-bidang tersebut harus diekstrapolasikan dari data-data umur yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan menganggap bahwa rentang waktu yang dicerminkan olah batuan-batuan yang terletak diantara dua reflektor seismik adalah sama sedemikian rupa sehingga umur dari setiap refleksi seismik kemudian dapat ditentu- kan berdasarkan umur dua bidang kunci yang membatasinya. Cara lain adalah dengan memakai pembobotan, misalnya saja dengan menganggap bahwa refleksi seismik yang memiliki pelamparan lebih luas mengindikasikan rentang waktu yang lebih panjang. Hampir dapat dipastikan bahwa akan ada paket-paket endapan yang tidak tertampilkan pada penampang seismik karena paket-paket endapan itu tidak terlalui oleh garis survey seismik. Waktu pengendapan paket-paket tersebut akan ditampilkan pada penampang seismik sebagai hiatus, kondensasi, by-passing, atau erosi. Perekonstruksian diagram kronostratigrafi dua dimensi yang didasarkan pada satu penampang seismik belum memadai untuk dapat menunjukkan hiatus itu. Pembobotan yang layak tidak akan dapat diberikan kepada rumpang yang ada, kecuali apabila diagram kronostratigrafinya dibuat dalam tiga dimensi. Walau demikian, pembuatan diagram kronostratigrafi tiga dimensi terlalu kompleks untuk dilakukan secara manual, kecuali apabila kita dapat memanfaatkan metoda-metoda komputer seperti dikemukakan oleh Nordlund Griffiths 1993. 5.3 PENAFSIRAN DIAGRAM KRONOSTRATIGRAFI 5.3.1 Tampilan Kronostratigrafis dari Batas Sekuen Batas sekuen, yang berupa ketidakselarasan akibat erosi permukaan dan berupa bidang keselarasan yang korelatif dengan bidang ketidakselarasan itu, akan ditampilkan dalam diagram kronostratigrafi sebagai sebuah daerah. Pelamparan daerah itu mengindikasikan pelamparan ketidakselarasan, sedangkan ―ketebalannya‖ menyatakan rentang waktu yang dicerminkan oleh bidang ketidakselarasan tersebut. Ketidakselarasan itu akan ditindih oleh coastal onlap dan menindih toplap atau truncation. Durasi ketidakselarasan akan makin besar ke arah tepi cekungan dan paling kecil ke arah pusat cekungan. Gambar 5-2 mem- perlihatkan tampilan kronostratigrafis dari batas sekuen tipe-1 dan tipe-2. Batas sekuen tipe-2 akan ditampilkan dalam diagam kronostratigrafi sebagai suatu daerah berbentuk segitiga, sedangkan bidang keselarasan yang korelatif dengannya akan ditampilkan sebagai sebuah garis yang dipandang ekivalen umurnya dengan ujung segitiga yang berdampingan dengannya. Batas sekuen tipe-1 juga ditampilkan sebagai daerah yang runcing, namun batas ini akan mencakup pula rentang waktu pada saat mana sedimen di-bypass melalui tepian cekungan dan kemudian diendapkan di dalam cekungan. Daerah yang menyatakan batas sekuen ini tidak memiliki puncak sedemikian rupa sehingga sukar bagi kita untuk memilih titik yang korelatif dengan bidang keselarasan yang korelatif dengan bidang ketidakselarasan tersebut. Walau demikian, para ahli umumnya sepakat bahwa bidang keselarasan yang merupakan batas sekuen dapat dikorelasikan dengan onset of shelf bypass, meskipun waktu shelf bypassing akan dipengaruhi oleh laju subsidensi lokal serta variasi guntara.

5.3.2 Tampilan Kronostratigrafis dari Condensed section

Kondensasi bahari juga merupakan proses yang sering berlangsung dalam rentang waktu cukup lama. Durasi yang direpresentasikan oleh condensed section makin besar ke arah cekungan dan makin kecil ke arah daratan. 52 Pada paket endapan cekungan, condensed section dibatasi oleh marine onlap. Pada tepi cekungan, condensed section ditindih oleh downlap surface dan menindih apparent truncation. Pada diagram kronostratigrafi, condensed section akan tampak sebagai sebuah daerah dengan bentuk seperti segitiga, dimana ujung segitiga itu berkorespondensi dengan waktu pada saat mana terjadi maximum flooding MSF pada gambar 5-2. Bentuk condensed section pada diagram kronostratigrafi endapan endapan cekungan lebih kompleks. Di tempat itu lokasi pengendapan dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh bentuk cekungan serta oleh pola pertumbuhan dan perpindahan autosiklis dari kipas bawah laut.

5.3.3 Tampilan Kronostratigrafis dari Daur-Daur Pengendapan

Daur pengendapan yang paling jelas terlihat dalam diagram kronostratigrafi adalah prograding clinoform. Migrasi peng- endapan secara lateral dan terus-menerus akan mudah terlihat dalam diagram kronostratigrafi sebagai zona yang miring. Toplapping klinoform menindih downlap line yang miring serta ditindih oleh toplap line yang juga diagonal dan terletak sejajar dengan downlap line misalnya bagian bawah dari lowstand wedge pada gambar 5-2. Reflektor-reflektor topset akan tampak sebagai daerah yang meluas, dengan downlap surface di satu sisi dan coastal onlap di sisi lain misalnya bagian akhir dari lowstand wedge dan shelf-margin systems tract pada gambar 5-2. 5.3.4 Tampilan Kronostratigrafis suatu Contoh Penampang Seismik Gambar 5-3 merupakan diagram kronostratigrafi dari lintasan seismik regional melalui endapan Paleogen di daerah Outer Moray Fifth, Laut Utara. Beberapa contoh data seismik dari penampang regional ini telah diperlihatkan pada Bab 3. Berikut akan dijelaskan beberapa aspek stratigrafi yang dapat disimpulkan dari diagram tersebut. 1. Dari gambar itu tampak jelas bahwa sebagian besar diagram ditutupi oleh daerah yang mencerminkan perioda-perioda non- pengendapan. Pada setiap lini, perioda pengendapan yang berlangsung relatif pendek dipisahkan oleh hiatus, by-passing, dan erosi yang berlangsung pada rentang waktu yang panjang. Zona pengendapan klinoform relatif sempit dan di bagian bawah diagram zona itu bergeser dengan cepat menuju cekungan dan menindih kipas bawah laut. Klinoform-klinoform tersebut secara tidak menerus berasosiasi dengan topset-topset minor. Setelah itu, berturut-turut ke bagian atas diagram, topset berkembang dengan baik dan mengandung batubara, sedangkan klinoform hanya merupakan komponen kecil di bagian tersebut. 2. Pada rentang waktu yang ditampilkan oleh diagram kronostratigrafi, zona hiatus non-bahari bergeser sejauh 150 km ke arah cekungan. Gejala seperti hanya akan muncul apabila terjadi peristiwa penurunan muka air laut relatif yang besar; bukan sekedar progradasi. Selain itu lebar sabuk klinoform terus menerus berkurang. Hal itu mengindikasikan berkurangnya kedalaman cekungan. Peristiwa pendangkalan itu mungkin terjadi akibat gabungan dari proses pengisian cekungan dan penurunan muka air laut. 3. Transgresi pada unit T45 dan T50 berlangsung cepat, hal mana mengindikasikan terjadinya flooding melalui topset-topset tua. Flood T45 bergerak maju hingga mencapai clinoform front T30 yang lebih tua daripadanya. Hal ini mengindikasikan adanya relict topography pada clinoform front tersebut. 4. Gejala-gejala yang agak samar juga dapat dilihat pada diagram ini. Hal ini mengindikasikan bahwa data yang ada merepresentasikan kondisi aslinya.

5.4 COASTAL ONLAP CURVES DAN KURVA PERUBAHAN MUKA AIR LAUT RELATIF