Korelasi Parasekuen PARASEKUEN DALAM PAKET ENDAPAN PARALIK

84 tegak lurus terhadap sumbu lapangan tersebut gambar 8-16. Demikian pula, meskipun alur-alur penebar relatif sempit, namun alur-alur penebar itu dapat saling bertumpuk atau saling berhubungan secara lateral sedemikian rupa sehingga menghasilkan zona-zona reservoar diskrit yang lebar.

8.6.2 Korelasi Parasekuen

Luas daerah dimana suatu parasekuen dapat dikorelasikan dengan parasekuen lain tergantung pada proses dominan yang terlibat dalam pembentukan flooding surface yang membatasi parasekuen tersebut dan bidang-bidang lain yang korelatif dengan flooding surface tersebut: apakah proses dominan itu berupa guntara, tektonik, atau perpindahan cuping delta. Sekali lagi, para ahli geologi migas hendaknya membandingkan pelamparan mekanisme-mekanisme tersebut dengan ukuran rata-rata lapangan migas yang disusun oleh endapan paralik. Flooding surface yang dihasilkan oleh penaikan muka air laut global dapat dikenal secara global, sedangkan variasi-variasi subsidensi tektonik umumnya akan menghasilkan flooding surface berskala cekungan atau sub-cekungan. Parasekuen yang skalanya paling kecil kemungkinan besar dihasilkan oleh pergeseran cuping delta, dimana penyebarannya lebih kurang sama dengan cuping delta yang tertutup oleh air. Skala cuping delta bervariasi dan hal itu berkaitan langsung dengan skala delta. Skala delta itu sendiri pada gilirannya tercermin dari besar butir material penyusun delta tersebut tabel 8-4. Pada delta yang terutama disusun oleh pasir dan berbutir halus, cuping delta kemungkinan besar lebih besar dibanding sebagian besar lapangan migas yang disusun oleh endapan paralik. Dalam sistem delta yang disusun oleh material kasar, skala cuping delta lebih kurang sama dengan lapangan migas yang disusun oleh endapan paralik. Pendeknya, sebagian besar parasekuen kemungkinan besar memiliki penyebaran yang lebih luas dibanding luas lapangan migas pada umumnya. 8.6.3 Progradasi, Agradasi, dan Retrogradasi Secara umum, jejak stratigrafi yang paling mudah dikenal dalam paket endapan paralik adalah interval-interval yang tebalnya 50-150 meter serta secara keseluruhan dicirikan oleh progradasi, agradasi, atau retrogradasi. Gejala-gejala seperti itu dapat mencerminkan baik parasequence set maupun sequence set. Gejala seperti itu umumnya dapat ditelusuri keberadaannya pada daerah yang luasnya puluhan ribu kilometer persegi sehingga merupakan sebuah kunci korelasi yang sangat baik untuk skala cekungan atau sub-cekungan. Sebagai contoh, Plint dkk 1986, 1988 dapat menelusuri sequence set dalam Cardium Formation pada suatu daerah yang luasnya lebih dari 50.000 km2. Bhattacharya 1988, 1991 pernah memetakan sebuah parasequence set dalam Dunvegan Formation pada suatu daerah yang luasnya lebih dari 16.000 km2. Gejala yang memiliki penyebaran demikian luas sangat bermanfaat dalam menyusun korelasi awal pada skala regional. Walau demikian, pengenalan gejala seperti itu mungkin memerlukan adanya himpunan data bawah permukaan yang sangat banyak sebelum gejala parasekuen dan sgejala suatu sequence set dapat dikenal gambar 8-17. 8.6.4 Batas Sekuen Singkapan tunggal, bahkan satu sumur, dapat memperlihatkan kehadiran suatu batas sekuen. Walau demikian, kehadiran batas sekuen biasanya sukar untuk diketahui keberadaannya dalam paket endapan paralik. Hal itu mungkin terjadi karena batas sekuen memiliki ekspresi yang beragam pada daerah penelitian atau karena gejala-gejalanya bersifat samar di daerah penelitian. Penelusuran suatu batas sekuen melalui sehimpunan data dapat menjadi pekerjaan terakhir dalam korelasi, meskipun posisinya secara lokal dapat dikenal dengan baik.

8.7 SEBUAH CONTOH: VIKING FORMATION DI WESTERN CANADIAN BASIN