80
8.4  PARASEKUEN DALAM PAKET ENDAPAN PARALIK
Parasequence set merekam pergerakan total dari garis pantai pada dua atau lebih parasekuen. Ekspresi wireline log dari parasequence  set,  serta  hubungannya  dengan  bidang  kunci  dan  systems  tract, telah  dipaparkan  pada  bab-bab  sebelumnya.
Dalam  inti  bor  dan  pada  singkapan,  parasequence  set  progradasional  dan  retrogradasional  diperlihatkan  sebagai  perubahan struktur sedimen, iknofasies, dan besar butir yang sistematis gambar 8-7; lihat juga gambar 4-3.
Detil-detil  karakter  parasekuen  sangat  bervariasi  dan  dikontrol  oleh  beberapa  faktor  yang  saling  berhubungan,  yakni:  1 proses sedimentasi; 2 kaliber sedimen yang dipasok; 3 ruang akomodasi; dan 4 iklim. Setiap faktor tersebut akan dibahas di
bawah.  Pembahasan  itu  menunjukkan  bagaimana  setiap  faktor  itu  mempengaruhi  detil-detil  stratigrafi  sistem  dataran  pantai hingga paparan, delta, dan estuarium.
8.4.1  Proses-Proses Sedimentasi Secara  umum,  ketika  garis  pantai  yang  didominasi  oleh  fluvial,  gelombang,  dan  badai  berprogradasi,  mereka  akan
menghasilkan paket endapan yang mengkasar ke atas. Walau demikian, penyebaran lateral dan penyebaran pada arah yang sejajar  dengan  kemiringan  sedimentasi  serta  detil-detil  struktur  sedimen  sangat  berbeda,  tergantung  pada  proses-proses
sedimentasi  yang  bekerja  dominan  di  tempat  itu  gambar  8-8;  tabel  8-2.  Gelombang  dangkal  shoaling  wave  menebarkan kembali  sedimen  di  sepanjang  pesisir  dan menyebabkan  garis  pantai tampak  relatif lurus.  Akibatnya,  pesisir  yang  didominasi
oleh gelombang dan pesisir yang didominasi oleh badai akan menghasilkan tubuh batupasir tabuler yang sejajar dengan garis pantai  dengan  gejala-gejala  stratigrafi  yang  seragam.  Gelombang  dangkal  juga  menghasilkan  arus  yang  bergerak  pada  arah
yang  relatif  tegak  lurus  terhadap  garis  pantai  serta  menyebabkan  proses  pengangkutan  pasir  ke  arah  lepas  pantai  menjadi terhambat. Di lain pihak, badai dapat mengangkut pasir menuju bagian dalam paparan sedemikian rupa sehingga tubuh  pasir
yang didominasi oleh badai dapat menyebar relatif lebih jauh ke arah lepas pantai dibanding tubuh pasir yang didominasi oleh gelombang  gambar  8-8a,  b.  Dalam tatanan  yang  didominasi  oleh  proses-proses  fluvial  dan  pasut,  nisbah  pasir :  serpih  dan
besar  butir  akan  bervariasi  pada  parasekuen  yang  terletak  di  sekitar  pesisir.  Hal  itu  mencerminkan  bahwa  parasekuen  itu merupakan produk penggabungan sejumlah gosong muara mouth bar gambar 8-8c.
8.4.2  Ruang Akomodasi
Ada  dua  model  yang  menghubungkan  parasekuen-parasekuen  pesisir  dengan  parasekuen-parasekuen  dalam  dataran pantai dan dataran delta. Van Wagoner dkk 1990 memperlihatkan bahwa batulumpur dataran pantai berkembang bersamaan
dengan progradasi garis pantai gambar 8-9. Di lain pihak, Devine  1991 memperlihatkan bahwa paket endapan strandplain dan laguna berturut-turut berkembang selama 1 progradasi; dan 2 agradasi dan transgresi gambar 8-10.
Kedua model tersebut di atas didukung oleh hasil-hasil penelitian lapangan yang mendetil. Setiap model itu mencerminkan laju pembentukan ruang akomodasi yang berbeda. Dalam model yang diajukan oleh Devine, tidak ada ruang akomodasi yang
terbentuk selama berlangsungnya regresi sedemikian rupa sehingga menyebabkan terbentuknya toplap. Dalam model tersebut, ruang  akomodasi  yang  relatif  besar  terbentuk  selama  agradasi  pulau  gosong  dan  transgresi  sedemikian  rupa  sehingga
menyebabkan  laguna  makin  luas.  Di  lain  pihak,  dalam  model  Van  Wagoner  dkk  1990,  ruang  akomodasi  terbentuk  selama berlangsungnya regresi strandplain sedemikian rupa sehingga memungkinkan diendapkannya endapan-endapan dataran pantai
secara berkesinambungan. 8.4.2.1  Pemisahan Tipe-Tipe Tubuh Pasir ke dalam Systems Tract
Analisis tubuh pasir dataran pantai dan delta tabel 8-3 memperlihatkan bahwa sebagian besar tubuh pasir yang diendapkan pada  sisi  darat,  relatif  terhadap  garis  pantai  alur  penebar,  crevasse  splay,  tidal  creek,  dan  delta  pasut,  muncul  dalam
transgressive  systems  tract  Reynolds,  1994b.  Data  itu  mengindikasikan  bahwa  ruang  akomodasi  pada  dataran  delta  dan dataran pantai sebagian besar terbentuk selama berlangsungnya transgresi dan bahwa tipe-tipe tubuh pasir tertentu cenderung
untuk terbentuk ketika base level naik dengan cepat. Sebagai contoh, delta pasut flood tidal delta berkembang dalam laguna dan  hal  itu  cenderung  terjadi  selama  berlangsungnya transgresi. Demikian  pula,  penaikan  base  level juga  memicu terjadinya
crevassing. 8.4.2.2  Dimensi Tubuh Pasir
Berbagai  penelitian  yang  dilakukan  akhir-akhir  ini  memperlihatkan  bahwa  pola  tumpukan  sekuen  tertentu  menyebabkan munculnya apa yang disebut sebagai himpunan sekuen sequence set dan sekuen gabungan composite sequence Mitchum
Van Wagoner, 1991; Jones  Milton, 1994. Perubahan-perubahan berfrekuensi rendah dalam ruang akomodasi dan pasokan sedimen  yang  menghasilkan  pola-pola  tersebut  juga  mempengaruh  dimensi  tubuh  pasir  pada  skala  parasekuen.  Sebagai
contoh,  ketebalan  pasir  paparan  yang  terletak  relatif  dekat  dengan  pesisir  menurun  ke  arah  atas  dalam  suatu  highstand sequence.  Demikian  pula,  dalam  highstand  systems  tract,  penyebaran  pasir  paparan-pesisir  pada  arah  yang  sejajar  dengan
kemiringannya  cenderung  memiliki  penyebaran  yang  dua  kali  lebih  luas  dibanding  dengan  dengan  penyebaran  pasir  sejenis dalam transgressive systems tract tabel 8-2.
8.4.3  Besar Butir
Sedimen berbutir kasar gravel dan pasir cenderung tersebar pada: 1 alur berkelok lemah yang ada pada dataran delta dan  dataran  pantai;  2  dataran  delta  dan  dataran  pantai  yang  terairi  dengan  baik  serta  tidak  mengandung  danau;  3
81 pengendapan beban sedimen secara cepat pada muara sungai; 4 garis pantai yang curam dan reflektif yang menerima efek-
efek energi gelombang secara penuh; dan 5 delta front yang curam hingga sekitar 25o pada delta  Gilbert dan dicirikan oleh proses-proses aliran massa.
Di  lain  pihak,  sedimen  halus  lanau  dan  lumpur  cenderung  tersebar  pada:  1  alur  berkelok  kuat;  2  dataran  delta  dan dataran  pantai  yang  kurang  terairi  serta  mengandung  danau;  3  penyebaran  sedimen  di  luar  muara  akibat  proses-proses
pengapungan; 4 pesisir bersudut landai yang memperkuat dan menyebarkan energi gelombang serta membentuk suatu pesisir yang disusun oleh pasir dan zona paparan dalam; dan 5 delta front yang bersudut landai sekitar 1o.
Besar butir dominan dalam suatu delta mencerminkan khuluk catchment area luas dan fisiogeografi catchment, iklim, dan litologi  batuan  dasar.  Faktor-faktor tersebut,  bersama-sama  dengan  aktivitas tektonik  dan fluktuasi  relatif  muka  air  laut,  dapat
berubah dari waktu ke waktu untuk menghasilkan fluktuasi fluks dan kaliber sedimen. Pembahasan yang lebih jauh mengenai hal ini dapat ditemukan dalam makalah yang disusun oleh Orton 1988 serta Orton  Reading 1993.
8.4.4  Iklim Di  dataran  delta  dan  dataran  pantai,  iklim  mempengaruhi  khuluk  endapan  lakustrin,  paleosol,  dan  perkembangan  batubara,
evaporit,  dan  endapan  karbonat  lakustrin.  Rezim  angin  memiliki  efek  yang  penting  terhadap  pengaruh  proses-proses  badai, sedangkan  angin  yang  berhembus  dalam  waktu  yang  relatif  lama  akan  menentukan  luas  medan  gumuk  eolus,  arah
pengangkutan  sedimen  di  wilayah  pesisir,  dan  kehadiran  arus  paparan  yang  semi-permanen.  Iklim  juga  mempengaruhi perkembangan karbonat paparan.
8.5  SEKUEN STRATIGRAFI SISTEM-SISTEM PARALIK TERTENTU Faktor-faktor  pengontrol  utama  yang  telah  dijelaskan  di  atas  mempengaruhi  perkembangan  semua  endapan  paralik.  Walau
demikian, faktor-faktor itu berkombinasi dengan pola yang beragam pada sistem paralik di dunia ini. Dalam banyak segi, sistem dataran  pantai  hingga  pesisir-paparan  memperlihatkan  pola  endapan  yang  paling  sederhana.  Hal  ini  akan  dilukiskan  dan
dibahas secara mendetil di bawah ini. Bagian-bagian berikutnya akan memperlihatkan bagaimana stratigrafi endapan delta dan estuarium dapat muncul dalam bentuk yang beragam.
8.5.1  Stratigrafi Sistem Dataran Pantai hingga Pesisir-Paparan 8.5.1.1  Parasekuen yang Didominasi oleh Badai
Secara  umum,  bagian  bawah  dari  parasekuen  yang  didominasi  oleh  badai  paparan  dan  lower  shoreface  disusun  oleh sederetan lapisan yang tebalnya 5-30 cm serta memiliki bidang perlapisan bawah yang tegas. Endapan itu makin menebal dan
teralgamasi  secara  progresif  ke  arah  atas  gambar  8-11a.  Lapisan-lapisan  itu  seringkli  memperlihatkan  hummocky  cross- stratification  dengan  bagian  atas  memperlihatkan  gelembur  gelombang  dan  terbioturbasi.  Upper  shoreface  mungkin:  1
didominasi oleh badai dan dicirikan oleh fasies swaley McCrory  Walker, 1986; 2 didominasi oleh gelombang, dengan atau tanpa gosong; 3 dipotong oleh endapan alur pasut yang berlapisan silang-siur. Barred shoreface dicirikan oleh lapisan silang-
siur yang batas bawahnya berupa bidang erosi dan diendapkan dalam lekukan yang memanjang sepanjang garis pantai atau dalam rip channel. Non-barred shoreface dicirikan oleh gelembur gelombang, lapisan silang-siur yang mengarah ke darat dan ke
laut, serta laminae planar untuk mengetahui hal ini, lihat Elliott, 1986a. Adalah suatu hal yang kritis, namun tidak selalu mudah, untuk  membedakan  alur  yang  dihasilkan  oleh  sumbi  pasut  dan  lekukan  sejajar  garis  pantai  dari  endapan  pengisi  lembah
torehan. Paket endapan coastal plain sangat dipengaruhi oleh iklim serta dicirikan oleh sistem fluvial berukuran kecil. Endapan laguna umumnya shale prone, namun juga dapat disusun  oleh fasies pasir yang diendapkan pada storm washover, flood tidal
delta, atau bay-head delta Plint  Walker. 1987; Devine, 1991.
Di  wilayah  paparan,  jejak-jejak  stratigrafi  dari  parasekuen  set  progradasional  yang  didominasi  oleh  badai  umumnya sederhana, terdiri dari suatu tumpukan parasekuen yang makin bersih dan makin kasar ke atas. Gejala yang disebut terakhir ini
mencerminkan  bahwa  paket  endapan  itu  pada  dasarnya  terjadi  akibat  progradasi  garis  pantai  gambar  8-11a.  Salah  satu contoh dari pengecualian untuk aturan umum itu diperlihatkan oleh hasil pemetaan yang mendetil terhadap Cardium Formation
Eyles    Walker,  1988. Hasil  pemetaan itu  menunjukkan  bahwa  individu-individu  parasekuen  berbentuk  cuping  serta  secara keseluruhan  menghasilkan  parasekeun  set  progadasional,  namun  bervariasi.  Pada  bagian  proksimal,  kesetimbangan  antara
pasokan  sedimen  dengan  penaikan  muka  air  laut  relatif  akan  mengontrol  baik  karakter  parasekuen  maupun  karakter parasekuen set lihat bagian 8.4.2.
Khuluk  parasekuen  set  retrogradasional  yang  didominasi  oleh  badai  tergantung  pada  kesetimbangan  antara  pasokan sedimen  dengan  penaikan  muka  air  laut  relatif.  Gambar  8-11  memperlihatkan  salah  satu  kombinasi  dari  variabel-variabel
tersebut. Unsur-unsur pesisir-paparan dari parasekuen itu dapat bertumpuk lebih dekat dari apa yang terlukis dalam gambar itu, namun dapat pula terpisah sama sekali.
Parasekuen  set  transgresif  yang  didominasi  oleh  badai  disusun  oleh  sejumlah  back-stepping  parasequence.  Bagian  dari back-steppping  parasequence  yang  mengandung  pasir  tidak  saling  berhubungan  dan  tidak  bertumpuk  satu  di  atas  yang  lain
gambar 8-11c. Banyak parasekuen set transgresif dicirikan oleh ravinement, penghilangan semua bukti yang mengindikasikan penyingkapan  di  daratan,  dan  oleh  proses-proses  paparan  yang  menyebabkan  terombakkannya  stranded  shoreline  deposits.
Parasekuen set transgressive merupakan bentuk ekstrim dari retrogradational parasequence set.
Forced  regressive  parasequence  set  yang  didominasi  oleh  badai  terbentuk  ketika  penurunan  muka  air  laut  relatif berlangsung dalam satu deretan proses penurunan yang satu sama lain berlangsung secara berjenjang satu step setiap satuan
82 waktu  gambar  8-6c.  Sebagaimana  telah  dibahas  pada  bagian  8.3.4,  bagian  dasar  dari  setiap  paket  pasir  dicirikan  oleh
pergeseran  fasies  ke  arah  bawah.  Pergeseran  fasies  seperti  itu  mengindikasikan  penurunan  muka  air  laut.  Jika  proses penurunan  muka  air  laut  itu  berasosiasi  dengan  penorehan  sungai,  maka  setiap  paket  pasir  merupakan  satu  sekuen
berfrekuensi tinggi. Tubuh-tubuh pasir itu sendiri dicirikan oleh gejala pengkasaran ke atas dan bersifat progradasional. Forced regressive parasequence set dapat memiliki geometri yang mirip dengan transgressive parasequence set bandingkan gambar
8-6c  dengan  gambar  8-11c.  Posisi  garis  pantai  kemungkinan  besar  relatif  tetap  karena  adanya  ketidakteraturan  paparan. Ketidakteraturan paparan itu sendiri dapat terjadi, misalnya saja, oleh sesar yang terletak relatif dalam.
8.5.1.2  Parasekuen yang Didominasi oleh Gelombang
Arsitektur  stratigrafi  dari  parasekuen  yang  didominasi  oleh  gelombang  sangat  mirip  dengan  arsitektur  stratigrafi  dari parasekuen yang didominasi oleh badai. Perbedaan kunci antara keduanya adalah bahwa, pada parasekuen yang didominasi
oleh gelombang, dominansi gelombang dangkalan shoaling wave umumnya menyebabkan adanya batas jarak dari gisik pada tepi sabuk pasir hingga nilainya kurang dari 1 km. Akibatnya, pasir yang didominasi oleh gelombang dan menyebar pada arah
yang  sejajar  dengan  kemiringan  asalnya  hanya  dapat  dihasilkan  oleh  progradasi.  Sebagaimana  pada  parasekuen  yang didominasi oleh badai, paket endapan pesisir yang didominasi oleh gelombang umumnya makin kasar dan makin menebal ke
atas.  Sekali  lagi,  upper  shoreface  dapat  barred,  non-barred,  atau  dipotong  oleh  alur  pasut.  Pesisir  yang  didominasi  oleh gelombang dan disusun oleh konglomerat lebih curam dan memiliki kerabat struktur yang khas gambar 8-12; Massari  Parea,
1988; Hart  Plint, 1989. 8.5.1.3  Parasekuen yang Didominasi oleh Pasut
Sistem  pesisir-paparan  yang  didominasi  oleh  pasut  akan  berubah  secara  berangsur  ke  arah  lateral  menjadi  sistem estuarium  dan  delta  serta  berubah  secara  berangsur  ke  arah  darat  menjadi  dataran  pasut  gambar  8-13.  Jika  dataran  pasut
banyak  mendapatkan  pasokan  sedimen  oleh  arus  pasut  yang  bergerak  sejajar  pantai  dan  paparan,  maka  dataran  pasut  itu dapat membentuk bagian tengah dari paket endapan dataran pantai dan pesisir-paparan yang berprogradasi. Dataran subtidal
serta  bagian  bawah  dari  dataran  intertidal  cenderung  mengandung  pasir,  kemudian  berubah  ke  arah  darat  menjadi  banyak mengandung  lumpur  dan  akhirnya  berubah  menjadi  dataran  intertidal  dan  dataran  supratidal  yang  bervegetasi.  Karena  itu,
dataran  pasut  yang  berprogradasi  akan  menghasilkan  paket  endapan  yang  menghalus  ke  atas.  Paket  endapan  itu  pada gilirannya  dapat terpotong  oleh  endapan  pengisi  alur  yang menghalus  ke  atas.  Endapan  yang  disebut terakhir  ini merupakan
endapan sistem alur yang kompleks dan memotong dataran pasut lihat Elliott, 1986a,b.
Paket endapan pasut yang progradasional dilukiskan pada gambar 8-13. Endapan pasut transgresif yang analog dengan itu lebih tipis serta terbentuk pada saat sungai tertutup oleh air laut sedemikian rupa sehingga terbentuk estuarium serta pada saat
mana hanya sedikit sedimen yang diangkut menuju paparan. Pada kasus seperti itu, endapan paparan yang mengandung pasir cenderung  berasal  dari  hasil  pengerukan  oleh  arus  pasut  serta  hasil  perombakkan  paket  endapan  yang  relatif  tua.  Efek
kombinasi dari pengerukan oleh arus pasut dan erosi shoreface adalah terbentuknyha topografi erosional yang kompleks pada flooding surface. Endapan-endapan yang menindih bidang itu mencakup sand sheets dan sand ridge. Paket sand sheet dapat
memperlihatkan gejala penghalusan ke atas maupun pengkasaran ke atas, tergantung pada pergerakan sand sheet. Struktur internal  dari  tidal  sand  ridge  belum  dapat  dipahami  dengan  baik,  namun  sebagian  ahli  memperkirakan  bahwa  endapan  itu
didominasi  oleh  perlapisan  silang-siur  yang  berasal  dari  gumuk  dune  cross-bedding.  Pembahasan  yang  lebih  mendetil mengenai hal ini disajikan oleh Stride 1982.
8.5.2  Stratigrafi Sistem Delta