Composite Sequence dan Composite Systems Tracts Genetic Stratigraphic Sequences

20 Regressive systems tract gambar 2-20 adalah systems tract teoritis yang akan terbentuk jika ada dua perioda penaikan muka air laut yang cepat dan diselingi oleh satu perioda penaikan muka air laut yang lambat atau apabila ada dua perioda pemasokan sedimen yang tinggi dan diselingi oleh satu perioda pemasokan sedimen yang rendah. Batas bawah dari systems tract ini adalah maximum flooding surface, sedangkan batas atasnya berupa maximum prograding surface sehingga secara keseluruhan systems tract ini membentuk suatu prograding wedge. Geometri internal dari baji sedimen ini berubah dari aggradasional menjadi progradasional dan kembali menjadi aggradasional. Regressive systems tract kemungkinan akan terbentuk ketika siklus guntara lebih rendah dibanding subsidensi sehingga batas sekuen tipe-2 sekalipun tidak dapat terbentuk sewaktu terjadi penurunan muka air laut global. Situasi lain yang dapat menyebabkan terbentuknya systems tract ini adalah jika dalam perioda penaikan muka air laut yang menerus, terjadi fluktuasi pasokan sedimen. Posamentier James 1993 memper- kirakan bahwa transgressive systems tract mungkin dapat terbentuk dalam foreland basin. Walau demikian, kedua peneliti itu cenderung menamakan systems tract yang terbentuk dalam foreland basin dan tidak memiliki batas sekuen bawah sebagai shelf-margin systems tract.

2.4.10 Composite Sequence dan Composite Systems Tracts

Mitchum Van Wagoner 1991 mendefinisikan composite sequence sebagai paket yang disusun oleh sejumlah sekuen yang satu sama lain memiliki kaitan genetik, di dalam paket mana setiap individu sekuen disusun oleh paket lowstand, transgressive, dan highstand systems tracts. Gambar 2-21 memperlihatkan suatu composite sequence, sedangkan gambar 2- 22 merupakan kurva perubahan muka air laut relatif untuk composite sequence pada gambar 2-21. Sebagian besar sekuen orde-2 dan banyak sekuen orde-3 mengandung batas-batas dari berbagai sekuen yang ordenya lebih tinggi. Sebagai contoh, highstand systems tract dari suatu composite sequence orde-2 dalam kenyataannya mungkin merupakan highstand sequence set, yakni tumpukan sejumlah sekuen dari orde yang lebih tinggi, di dalam tumpukan mana topset prograding parasequences bersifat dominan, walaupun endapan-endapan lowstand dari orde yang lebih tinggi juga masih mungkin ditemukan dalam paket endapan ini. Konsep ini dibuktikan kesahihannya oleh Jones Milton 1994, dimana mereka menunjukkan bahwa semua systems tract dari sekuen orde-2 Tersier di Laut Utara mengandung lowstand fans dari orde yang lebih tinggi. Dari penjelasan di atas ini jelas kiranya bahwa adalah suatu hal yang penting untuk menyatakan orde dari systems tract atau sekuen yang dikomunikasikan. Selain itu, kita juga perlu ingat bahwa batas-batas systems tract dalam composite sequence bersifat berangsur dan memperlihatkan gejala penjemarian sekuen-sekuen atau systems tracts yang ordenya lebih tinggi.

2.4.11 Genetic Stratigraphic Sequences

Sekuen, sebagaimana telah dibahas di atas, merupakan satuan stratigrafi berdaur yang dibatasi oleh ketakselarasan darat. Walau demikian, karena sifatnya yang mendaur, pemilihan bidang yang dipandang sebagai pembatas gejala pendauran itu sebenarnya bersifat arbiter. Galloway 1989, yang diilhami oleh gagasan-gagasan Frazier 1974, mengusulkan cara lain untuk membagi stratigrafi sedimen berdaur, yaitu dengan menggunakan maximum flooding surface sebagai bidang pembatas daur. Dia kemudian mendefinisikan genetic stratigraphic sequence sebagai suatu paket sedimen yang merupakan rekaman perioda pengisian dan pertumbuhan-lateral dari cekungan, sedangkan batas-batasnya mencerminkan perioda penutupan cekungan oleh massa air secara luas gambar 2-23. Satu hal yang disayangkan adalah dia menggunakan istilah sekuen, bukan istilah depositional episode seperti yang semula digunakan oleh Frazier 1974. Pemakaian istilah itu telah menimbulkan kerancuan. Karena itu, dalam membaca makalah ilmiah yang diterbitkan pada akhir dekade 80-an dan awal dekade 90-an, kita perlu hati-hati mengingat sebagian peneliti menggunakan istilah sekuen dalam pengertian yang diajukan oleh Mitchum 1977 sedangkan sebagian lain memakai 21 istilah sekuen dalam pengertian yang diajukan oleh Galloway 1989. Batas sekuen, maximum flooding surface, dan maximum prograding surface semuanya merupakan bidang korelasi yang sahih dan dapat digunakan untuk membagi rekaman stratigrafi. Setiap bidang tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Batas sekuen dapat dengan mudah dikenali keberadaannya dalam penampang seismik karena, seperti telah dijelaskan pada 3.2.4, dicirikan oleh penurunan coastal onlap. Bidang itu mencerminkan terjadinya bypassing sedimen dan resedimentasi ke arah cekungan, peristiwa mana berasosiasi dengan pembentukan reservoar dan hydrocarbon play system. Karena itu, pengenalan batas sekuen memiliki nilai praktis yang tinggi dalam eksplorasi migas. Waktu pembentukan batas sekuen tidak tergantung pada variasi pasokan sedimen sehingga relatif seumur. Walau demikian, bidang ini sukar dikenal dalam log atau core, sukar untuk ditentukan umurnya secara cermat bidang ini terdapat dalam sedimen proksimal yang seringkali steril akan fosil, serta sukar untuk ditelusuri ke arah cekungan kecuali jika berasosiasi dengan kipas bawahlaut. Maximum flooding surface mudah diketahui keberadaanya dalam penampang seismik, bahkan tidak sukar dikenali dalam log dan core. Proses pembentukan bidang ini juga sering berasosiasi dengan pembentukan top seal dan batuan induk. Bidang ini dapat diwujudkan sebagai fasies bahari yang terkondensasikan serta kaya akan fauna dan mudah untuk ditentukan umurnya. Bidang ini dapat ditelusuri keberadaannya ke arah cekungan, karena berkorelasi dengan condensed interval, namun sukar ditelusuri keberadaannya ke arah daratan. Kesulitan dalam menentukan bidang ini akan muncul apabila sistem yang ada tersusun dari sejumlah lobe yang berprogradasi karena pada sistem seperti itu kita akan sukar untuk menentukan dengan tepat lobe mana yang terletak paling dekat ke darat ingat bahwa batas dari lobe seperti inilah yang akan menjadi maximum flooding surface. Maximum progradation surface, atau bidang transgresi, juga pernah diusulkan oleh beberapa peneliti untuk dijadikan sebagai bidang pembagi stratigrafi. Bidang ini menandai progradasi paling jauh ke arah cekungan. Sebagaimana maximum flooding surface, bidang ini juga mudah dikenali keberadaanya dalam penampang seismik, singkapan, log, dan core. Umur bidang ini sukar ditentukan dengan cermat serta sukar dikorelasikan ke arah darat. Selain itu, untuk sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah lobe, kesukaran juga muncul mengingat adanya kesukaran untuk menentukan lobe mana yang terletak paling dekat ke darat. Istilah sekuen biasanya sekarang hanya digunakan secara terbatas untuk menamakan satuan yang dibatasi oleh ketidak- selarasan darat. Walau demikian, seperti dikemukakan oleh Loutit dkk 1988, bidang yang paling mudah dikenal dalam cekungan adalah maximum flooding surface dan condensed interval. Bidang-bidang itu dapat digunakan secara pragmatis pada tahap awal untuk membagi rekaman stratigrafi ke dalam satuan-satuan yang dapat dipetakan. Prosedur ini akan menghasilkan lahirnya sejumlah sekuen dalam pengertian seperti yang dikemukakan oleh Galloway 1989. Tahap berikutnya, yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh mengenai paleogeografi dan penyebaran fasies, adalah membagi rekaman yang ada ke dalam sejumlah systems tracts. Pekerjaan ini hanya akan dapat dilaksanakan apabila kita dapat mengenal batas-batas sekuen, bidang transgresi, dan maximum flooding surface. 2.5 SEKUEN STRATIGRAFI RESOLUSI TINGGI 2.5.1 Tinjauan Umum