Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Parahiyangan 0,94 tahun atau sekitar kurang dari 6 siklus. Total investasi Rp 16.500.000,- dengan umur ekonomis selama 1 satu tahun, maka usaha ini dapat dikembalikan melalui Cash flow selama 0,94 tahun, lebih pendek dari jangka waktu umur ekonomis biaya investasi. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha pembenihan ikan nila layak dikembangkan. 4 BC Ratio BCR Berdasarkan analisis perhitungan BCR Lampiran 2 diperoleh nilai BCR sebesar 1,06 lebih besar dari 1. Nilai BCR lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa Kelompok tani Gemah Parahiyangan layak dilaksanakan bila dilihat dari dampak sosial yang ditimbulkannya maupun dari segi finansialnya. 5 BEP BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Usaha dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga usaha tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Berdasarkan analisis perhitungan BEP Lampiran 2 dapat diketahui bahwa titik impas didapatkan dari kapasitas produksi minimal 145.840 ekor per siklus dengan harga jual Rp. 63,- per ekor. Bila dikonversikan dengan luas lahan maka potensi lahan mendukung pengembangan usaha tersebut.

4.3 Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila

4.3.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan berupa kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses serta kondisi eksternalnya yang meliputi peluang opportunities dan ancaman threats yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha pembenihan ikan nila. Dari hal tersebut dapat diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan menggunakan matriks internal-eksternal IE Matriks, dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif starategi bisnis ke dalam analisis SWOT. Berikut ini dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, yaitu : a. Kekuatan 1 Mutu BenihIkan Nila Baik Benih ikan nila yang dihasilkan mempunyai mutu yang lebih baik dan dapat bersaing di pasaran, hal ini dapat dilihat dari benih yang tidak cacat dan pertumbuhan baik. Hasil tersebut erat kaitannya dengan proses penanganan panen dan pascapanen yang dilakukan, teknologi yang dimiliki sangat mendukung untuk menghasilkan- nya produk dengan mutubenih ikan nilayang lebihbaik. 2 Jaringan Pemasaran Sederhana Kelompok Tani Gemah Parahiyangan memperoleh induk Nila Gesit dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya BLUPPB Karawang. Pembenihan dan pendederan dilakukan di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Benih ikan nila hasil pemuliaan di Unit Pembenihan ini pada umumnya didistribusikan kepada para pembudidaya tambak di sekitar kawasan Kabupaten Karawang. Namun pada beberapa hasil sering dikirim keluar daerah antara lain Jatiluhur dan Cirata. 3 ManajerKetua Kelompok Profesional Seiring dengan meningkatnya skala usaha dan jumlah unit kegiatan organisasi, maka peran seorang ketua yang profesional merupakan kekuatan bagi pengembangan usaha. Ketua Kelompok ini telah lama menekuni usaha pembenihan ikan nila dan telah dikenal baik oleh mitra kerja. Dalam hal ini, Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diharapkan mampu menerapkan manajemen korporasi untuk menjalankan sistem usaha agribisnis pembenihan ikan nila. 4 Lokasi Strategik Lokasi Unit Usaha Pembenihan yang terletak di sentra pertambakan usaha pembesaran ikan nila, lokasi yang mudah dijangkau sehingga ketersediaan sarana produksi tidak mengalami kesulitan dan menjadi sebagai salah satu pemasok benih ikan nila di Kabupaten Karawang. 5 Ketersediaan lahan Lahan untuk pembenihan ikan nila masih terbuka luas, potensi lahan yang dimiliki 4 Ha. b. Kelemahan 1 Biaya Produksi Lebih Besar Biaya produksi dalam hal ini pengisian air untuk kebutuhan air dengan pompa baik dengan penggerak motor listrik maupun dengan solar mesin diesel dapat menambah biaya operasional. Dari asumsi tersebut maka biaya pengisian air atau kebutuhan dengan menggunakan pompa lebih besar bila dibandingkan dengan pengisian air dengan menggunakan gaya gravitasi dari saluran pemasok air tawar. 2 Akses Permodalan Lemah Akses permodalan ke perbankan atau penyedia jasa keuangan lainnya masih lemah, sementara modal usaha yang dibutuhkan cukup menyulitkan. Pihak perbankan masih sulit untuk mencairkan dana kepada pembudidaya ikan walaupun dalam bentuk kelembagaan kelompok karena pengalaman masa lalu. Jenis kredit untuk pembudidaya memang sudah tersedia namun kenyataan dilapangan, tetap sulit mendapatkan akses ke perbankan. 3 Kemampuan SDM Terbatas Kemampuan SDM masih terbatas baik dalam budidaya, panen, pasca panen dan manajemen usaha. Untuk menjamin kelancaran produksi perlu ditingkatkan keterampilan pembudidaya melalui pelatihan atau magang. Pembudidaya perlu mendapatkan pelatihan teknis maupun manajemen untuk meningkatkan keterampilan teknis dalam mengelola usaha pembenihan tersebut. Masalah keselamatan kerja juga harus mendapatkan perhatian yang serius. Pengamanan tidak hanya diberikan kepada kawasan beserta komoditinya, tetapi juga terhadap pekerja. 4 Produksi Masih Rendah Permintaan benih dari usaha pembesaran menyebabkan pasokan benih tidak kontinu sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar. 5 Tingkat Pengembalian Modal Lambat Biaya yang dikeluarkan pada unit usaha pembenihan ikan nila digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Dari perhitungan PBP diperoleh pengembalian modal setelah 0,94 tahun kurang dari 6 siklus dengan asumsi unit usaha pembenihan ikan nila pengembalian biaya selama satu tahun 6 Siklus. Bila dilihat kondisi ini dapat disimpulkan untuk tingkat pengembalian modal tergolong lambat. c. Peluang 1 Pangsa Pasar yangPotensial Pangsa pasar dalam negeri masih terbuka luas, mengingat kebutuhan benih ikan nila dalam negeri meningkat terus menerus. Benih ikan nila digunakan untuk konsumsi dengan ukuran baby fish dan terbesar untuk skala usaha pembesaran. Pangsa pasar benih ikan nilasaat ini sangat potensial mengingat lokasinya yang strategis dan mutu benih yang baik. 2 Hubungan yang Baik dengan Pembeli Hubungan yang baik antara anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan pembeli memberikan manfaat dan nilai tambah dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila yang dikelola sehingga perlu ada keterkaitan usaha utama core business antara kedua pihak. Adanya hubungan yang baik tersebut dapat menciptakan kondisi saling membutuhkan. Keterkaitan ini merupakan modal utama untuk menciptakan saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Faktor ini menjadi peluang karena antara bidang usaha utama penjual dan pembeli saling melengkapi. Hubungan ini masih sebatas saling percaya, belum dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama. 3 Permintaan Benih Ikan NilaMeningkat Permintaan benih ikan nila cenderung terus meningkat untuk segmentasi usaha pembesaran ikan nila menjadikan ikan nila dengan ukuran konsumsi. Permintaan terbesar adalah untuk pembudidaya pada segmentasi usaha pembesaran untuk menghasilkan ukuran konsumsi lebih khusus pada Keramba Jaring Apung KJA daerah Jatiluhur dan Cirata. 4 Kebijakan Pemerintah Pengadaan Kebijakan pemerintah dalam pengadaan bantuan kepada pembudidaya baik berupa calon induk maupun induk ikan nila dan sarana produksi menjadi peluang bagi pengembangan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Dalam pengelolaan unit usaha pembenihan ikan nila peran pemerintah sangat besar dalam mendukung kemajuan dalam bisnis benih ikan nila. Bantuan kepada kelompok-kelompok tani baik berupa pendampingan teknis dan modal usaha telah dilakukan pemerintah baik melalui APBN maupun APBD dengan harapan Kelompok tani ini menjadi lebih berkembang dalam mengelola usahanya. 5 Kesempatan bermitra dengan industri pakan Kelompok Tani Gemah Parahiyanganakan berkelanjutan apabila dapat menghasilkan keuntungan, oleh karena itu harus diupayakan kemitraan usaha dengan berbagai industri hilir untuk memperoleh jaminan pasar dengan harga layak. Adanya kesempatan ini harus dimanfaatkan dalam mengembangkan usaha. 6 Dukungan pemerintah daerah maupun Pusat Dukungan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang kondusif dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Kabupaten Karawang merupakan peluang bagi kelompok tani dalam pengembangan unit usahanya. Pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Provinsi Jawa Barat. d. Ancaman 1 Perubahan Cuaca dan Iklim Perubahan cuaca dan iklim yang semakin sulit diprediksi menjadi ancaman bagi pengembangan usaha karena dapat menyebabkan adanya fluktuasi suhu pada lingkungan pembenihan yang dapat berakibat pada benih mengalami stres bahkan kematian sehingga dapat mengurangi produksi. Apalagi usaha pembenihan ikan nila dilakukan dengan sistem outdoor. 2 Fluktuasi Harga Benih Ikan Nila Harga benih ikan nila sepenuhnya ditetapkan oleh pasar sehingga posisi pembudidaya masih sangat lemah dalam penetapan harga. 3 Tingkat persaingan usaha Tingkat persaingan usaha pembenihan ikan nila biasanya terjadinya dengan pedagang pengumpul setempat maupun dari luar daerah. Pedagang pengumpul dengan cara tidak sehat akan memberikan pinjaman modal kepada pembudidaya, sehingga petani terikat dengan pedagang pengumpul tersebut. 4 Tingkat Suku Bunga Kredit Tingkat suku bunga kredit untuk produk perikanan yang tinggi merupakan ancaman dalam pengembangan usaha. Unit usaha pembenihan ikan nila membutuhkan modal tidak terlalu besar dalam investasi maupun biaya operasional. Tetapi meskipun demikian pembudidaya dalam mengembangkan usahanya masih tergantung pada pinjaman atau kredit. Dengan kondisi ini, unit usaha pembenihan ikan nila sangat terancam dengan kenaikan tingkat suku bunga. 5 Perubahan Kultur Masyarakat Perubahan Kultur Masyarakat merupakan ancaman dalam perikanan budidaya, semakin berkurangnya minat masyarakat untuk menekuni usaha perikanan budidaya, lahan perikanan budidaya yang beralih fungsi baik menjadi perumahan maupun untuk sarana lainnya.

4.3.2 Analisis Matriks IFE