wilayah. Adanya migrasi kerja yang menghasilkan pendapatan yang lebih baik, akan memberikan pengaruh pada konsumsi yang pada gilirannya akan
memberikan pengaruh pada variabel makro ekonomi lainnya.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Migrasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor pendorong push factor yang berupa
situasi kelautan yang tidak sesuai bagi nelayan, dan faktor penarik pull factor
yang berupa kondisi sektor lain yang lebih menarik Erwidodo 1992. Sumaryanto
dan Sudaryanto 1989 menyatakan bahwa faktor penarik dapat berupa produktivitas yang lebih tinggi di tempat lain atau fasilitas lain yang
memungkinkan individu itu memperoleh kehidupan yang lebih baik, seperti jaminan hari tua yang lebih mapan, status sosial yang lebih tinggi, kenyamanan
kerja yang lebih baik, sedangkan faktor pendorong umumnya berupa suatu set peubah yang menyebabkan individu tersebut merasa sulit memperbaiki taraf
hidupnya di tempat asal, seperti pemilikan aset produktif yang sangat rendah, tingkat pendidikan yang semakin baik, pendapatan yang diharapkan kurang
memadai, produktivitas kerja di tempat asal rendah. Kesempatan kerja di bidang perikanan yang luas merupakan hal yang menggiurkan pada jaman dulu, karena
banyak nelayan yang berjaya, sehingga banyak orang yang ingin menjadi nelayan, tetapi pada kenyataannya dengan semakin berkembangnya teknologi dan tingkat
penguasaan terhadap unit penangkapan serta modal, hanya nelayan-nelayan yang memiliki kreativitas tinggi dan modal yang memadailah yang bisa bertahan. Hal
ini menyebabkan banyaknya nelayan-nelayan kecil kesulitan dalam menangkap ikan berhubung unit penangkapan yang masih tradisional, sehingga memaksa para
nelayan kecil untuk segera melakukan migrasi kerja jikalau ingin terus bertahan hidup.
Faktor pendorong dan penarik yang dominan adalah faktor ekonomi, yaitu perbedaan upah antara nelayan dengan non nelayan dimana penghasilan sebagai
nelayan lebih rendah dari penghasilan di sektor industri dan jasa Todaro 1992. Hal ini memang tidak sepenuhnya benar, karena kalau dikaji lebih mendalam,
nelayan memiliki penghasilan yang jauh lebih besar khususnya pada musim
panen. Sayangnya kebanyakan nelayan kurang bisa memanfaatkan penghasilannya untuk jangka panjang. Para nelayan lebih tertarik untuk membeli
barang-barang seperti elektronik yang sebenarnya kurang dibutuhkan, juga tidak sedikit nelayan yang menghamburkan uangnya untuk berjudi, mabuk-mabukan
dan menghabiskannya di tempat-tempat lokalisasi. Menurut Munir 1981 diacu dalam LDFEUI 1981, faktor-faktor
pendorong terdiri atas : 1 Makin berkurangnya sumber-sumber alam,
2 Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin, dan
3 Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, SARA di daerah asal. Dan faktor-faktor penarik terdiri atas :
1 Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang cocok,
2 Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik, dan 3 Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
Pernyataan Munir 1981 di atas diperkuat oleh Yosephine 1989 dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor penentu migrasi masuk dan migrasi keluar
antar provinsi di Indonesia, menyimpulkan tingkat upah dan kemungkinan untuk memperoleh kesempatan kerja di daerah tujuan sebagai faktor penarik, sedangkan
rendahnya tingkat upah di daerah asal sebagai faktor pendorong. Lee 1966 diacu dalam Yosephine 1989 mengatakan bahwa motif ekonomi merupakan motif
utama seseorang pindah, dimana migran umumnya mengalir ke daerah yang aktivitas ekonominya sudah maju, yang mana tingkat industrialisasi juga memiliki
peranan penting dalam proses migrasi. Lebih jauh Lee 1966 diacu dalam Yosephine 1989 mengatakan bahwa tindakan migrasi merupakan tindakan
rasional yang berdasar pada motivasi memaksimalkan kesejahteraan. Utama 1994 dalam penelitiannya mengenai migrasi dari dan ke
Sumatera, Jawa dan Kawasan Timur Indonesia, menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi migrasi bagi para transmigran, yaitu:
1 Faktor-faktor fisik seperti banyaknya kota besar di suatu daerah yang mencerminkan tingkat aglomerasi, pemusatan kegiatan dan tersedianya
infrastruktur fisik maupun sosial. 2 Faktor-faktor ekonomi seperti penanaman modal, tingkat upah, dan
kesempatan kerja atau probabilitas memperoleh pekerjaan. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa rata-rata pengaruh di daerah tujuan lebih
besar dibanding di daerah asal, yang mana penanaman modal adalah daya tarik utama bagi migrasi di Kawasan Timur Indonesia.
Ananta 1993 mengemukakan beberapa penyebab migrasi yaitu: 1 Keputusan pribadi calon migran
2 Keputusan pemerintah melalui program transmigrasi yang mana sebagai upaya untuk meningkatkan mutu modal manusia melalui peningkatan
pendidikan. Keputusan untuk bermigrasi juga ditentukan oleh produktivitas, dalam hal ini
upah yang diharapkan dari daerah tujuan. Peningkatan mutu modal manusia lewat pendidikan merupakan salah satu kunci peningkatan produktivitas.
Mobilitas penduduk akan berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas jika migran memiliki mutu modal manusia yang baik, dalam hal ini berupa
pendidikan, kesehatan, dan keamanan si pekerja. Lebih jauh Lee 1966 diacu dalam Ananta 1993 mengemukakan faktor-
faktor penyebab pengambilan keputusan bermigrasi adalah sebagai berikut: 1 Faktor-faktor yang ada di daerah asal faktor-faktor negatif yaitu sempitnya
peluang usaha dan kesempatan kerja, upah yang rendah, tingginya biaya hidup, dan tingginya pajak,
2 Faktor-faktor yang ada di daerah tujuan faktor-faktor positif yaitu luasnya peluang usaha dan kesempatan kerja, upah yang tinggi, fasilitas sosial yang
gratis atau murah, biaya hidup relatif rendah, adanya institusi ekonomi yang efisien,
3 Faktor pribadi seperti pengaruh psikologis dan karakteristik seseorang, dan 4 Hambatan antara berupa biaya perpindahan.
2.3 Nelayan