Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman

Dalam membaca sastra, perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra agar dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra Dalman 2014:63. Dalam kegiatan membaca, untuk memperoleh informasi yang lengkap dapat menggunakan jenis membaca intensif. Pada penelitian ini akan memfokuskan pada jenis membaca intensif khususnya membaca telaah isi yaitu membaca pemahaman.

2.1.4 Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman

2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman Hal yang paling penting dalam kegiatan membaca ialah kemampuan seseorang untuk memahami makna bacaan secara menyeluruh, atau yang disebut dengan kemampuan membaca pemahaman. Tarigan 2008:56, membaca pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar- standar atau norma kesastraan literal standars, resensi kritis critical review, drama tulis printed drama serta pola-pola fiksi patterns of ficion. Somadayo 2011:10, membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dengan demikian, terdapat tiga hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu: 1 pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang topik; 2 menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca; dan 3 proses memperoleh makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki. Dalman 2014:87, membaca pemahaman merupakan keterampilan yang berada pada urutan paling tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif membaca untuk memahami. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, pembaca diharapkan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan pendapat di atas, maka kemampuan membaca pemahaman ialah kemampuan untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri melalui aktivitas proses kognitif yang dilakukan oleh pembaca. 2.1.4.2 Tujuan Membaca Pemahaman Selain untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya, membaca pemahaman juga mempunyai tujuan lainnya. Tarigan 2008:117, tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaan- pertanyaan tersebut adalah: 1 mengapa hal itu merupakan judul atau topik; 2 masalah apasajakah yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; 3 hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh. Nutall dalam Somadayo, 2011:11, tujuan membaca merupakan bagian dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama dan informasi yang baru diketahuinya. Tujuan membaca pemahaman tersebut dapat dicapai jika pembaca mengetahui jenis membaca pemahaman secara menyeluruh. 2.1.4.3 Jenis-jenis Membaca Pemahaman Dalam proses membaca, pembaca menggunakan beberapa jenis membaca pemahaman, yaitu: 1. Pemahaman Literal Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat sehingga pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam, yakni makna-makna tersiratnya, baik tataran antarbaris, apalagi makna yang terletak di balik barisnya. 2. Pemahaman Interpretasi Burns menyatakan bahwa membaca interprestasi merupakan suatu proses pelacakan gagasan yang disampaikan secara tidak langsung. Dalam membaca interpretasi, pembaca memainkan peran yang aktif untuk membangun makna dari apa yang dinyatakan di dalam teks. 3. Pemahaman Kritis Membaca kritis menurut Rubin merupakan tingkat pemahaman dan lebih tinggi dari dua kategori sebelumnya karena tingkat ini melibatkan evaluasi pribadi, dan kebenaran apa yang dibaca. Membaca kritis merupakan kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersirat. 4. Pemahaman Kreatif Membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan makna di balik baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari Somadayo 2011:19. 2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman Syafi’ie dalam Somadayo, 2011:27, faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adalah penguasaan struktur wacanateks bacaan. Proses pemahaman tidak datang dengan sendirinya, melainkan memerlukan aktifitas berpikir yang terjadi melalui kegiatan menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang dimiliki sebelumnya. Sedangkan Ebel mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor: a siswa yang bersangkutan; b keluarganya; c kebudayaan-nya; dan d situasi sekolah. Pada umumnya, faktor kemampuan membaca yang dimaksud disini adalah ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimilikinya. Adapun faktor-faktor yang dimaksud antara lain: 1. Tingkat intelegensia, membaca pada hakekatnya proses berpikir dan memecahkan masalah. 2. Kemampuan berbahasa, seseorang yang menghadapi bacaan yang bahasanya tidak pernah didengarnya maka akan sulit memahami bacaan tersebut, salah satu penyebabnya adalah keterbatasan kosakata yang dimilikinya. 3. Sikap dan minat, sikap ditunjukan oleh rasa senang dan tidak senang, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang untuk mendorongnya melakukan sesuatu. 4. Keadaan bacaan, tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman-halaman buku, besar kecilnya huruf, dan sebagainya. 5. Kebiasaan membaca, seseorang menentukan waktu atau kesempatan membaca yang disediakan sebagai sebuah kebutuhan. 6. Pengetahuan tentang cara membaca, pengetahuan untuk menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan lain sebagainya. 7. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, seseorang akan kesulitan dalam menangkap isi bacaan jika bacaan yang dibacanya memiliki latar belakang kebudayaannya. 8. Emosi, keadaan emosi yang berubah akan mempengaruhi membaca seseorang. 9. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. 2.1.4.5 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman Tujuan utama dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah untuk mengembangkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman meliputi: 1. Tahap Prabaca Pelaksanaan kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Guru perlu mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Kegiatan pembelajaran pada tahap prabaca adalah membangkitkan skemata siswa tentang topik sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan dan pengalaman latarnya. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa pada tahap ini adalah mengajukan sejumlah pertanyaan tentang topik, kemudian siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan menghubungkan latar pengalaman yang dimiliki. 2. Tahap Saat Baca Kegiatan saat baca dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan memonitor pemahaman siswa terhadap bacaan dengan cara memusatkan perhatian siswa terhadap bacaan yang disediakan oleh guru maupun bacaan yang dipilih siswa sendiri. Rubin menyatakan bahwa pada saat ini, kegiatan saat baca dilakukan dengan cara guru mendorong terjadinya diskusi tentang materi bacaan. 3. Tahap Pascabaca Burns, dkk mengemukakan bahwa kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Pada kegiatan ini, siswa diberi kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan atau menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dan dimana mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut. Setelah itu, mereka membaca tentang topik dan berbagai temuannya dengan teman-temannya Somadayo 2011:35. 2.1.4.6 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Pemahaman bacaan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menguasai keterampilan membaca. Siswa dituntut untuk dapat memahami bacaan dengan cara menentukan informasi, baik yang tersurat maupun yang tersirat serta memahami kosa kata tertentu dalam bacaan sesuai indikator pembelajaran yang telah ditetapkan. Tetapi pada kenyataannya ditemukan beberapa permasalahan yang menjadi kendala dari pembelajaran membaca pemahaman, yaitu sebagai berikut. 1. Masih kurangnya budaya membaca siswa di sekolah maupun di rumah. 2. Ketersediaan buku bacaan untuk anak-anak yang masih kurang. 3. Guru banyak mengalami kesulitan dalam memahami kurikulum untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program pembelajaran. 4. Guru belum menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik keterampilan berbahasa. 5. Pengawasan dan perhatian orang tua yang perlahan menghilang terhadap perkembangan pendidikan anak. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran membaca pemahaman di atas, maka solusi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut. 1. Memberikan motivasi kepada siswa dengan menciptakan kegiatan membaca yang menyenangkan dan rutin, sehingga siswa mempunyai minat untuk membaca dan budaya membaca dapat berjalan secara aktif. 2. Melengkapi buku-buku bacaan di perpustakaan sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 3. Perlu adanya seminar atau workshop peningkatan kinerja guru, khususnya tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian keterampilan berbahasa. 4. Perlu adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua tentang perkembangan pendidikan anak di sekolah. 2.1.4.7 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman Pembelajaran membaca perlu difokuskan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami suatu teks bacaan. Menurut Dalman 2014:9 yang perlu diuji dalam kemampuan memahami isi bacaan yaitu meliputi: a. Memahami makna kata-kata yang dibaca; b. Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat; c. Memahami inti sebuah kalimat yang dibaca; d. Memahami ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca; e. Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang dibaca, dan menarik kesimpulan dari suatu wacana yang dibaca; f. Membuat rangkuman isi bacaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sendiri; g. Menyampaikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri di depan kelas. Penilaian kemampuan membaca yang bertujuan untuk mengukur kompetensi siswa dalam memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan dapat dilakukan dengan melihat ikhtisar kemampuan membaca. Farr dalam Djiwandono, 2011: 117 mengemukakan ikhtisar rincian kemampuan memahami bacaan untuk siswa SD sebagai berikut. a. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana, b. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya, c. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana, dan d. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam wacana. Dari keempat kemampuan tersebut, indikator dalam kemampuan membaca pemahaman dalam penelitian ini akan dijelaskan pada masing-masing indikator, yaitu: a. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana Siswa dapat mengerti makna kata-kata sulit yang tidak biasa digunakan dalam cerita. b. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya Siswa dapat menjelaskan keruntutan cerita antar bagian satu dengan bagian lain dan dapat memberikan sebuah kesimpulan. c. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana Siswa dapat menjelaskan pokok pikiran paragraf dalam cerita pendek. d. Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam wacana. Burns dalam Somadayo, 2011:39, tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa mamahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari beberapa segi, yaitu: 1. Tingkat Kesulitan Wacana Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekomplekan kosakata dan struktur. Wacana yang baik untuk bahan tes kemampuan membaca adalah wacana yang tingkat kesulitannya sedang, atau yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Tingkat kesulitan wacana biasanya ditentukan oleh jumlah danatau tingkat kesulitan kosakata. Tingkat kesulitan kosakata yang ditentukan berdasarkan frekuensi pemunculannya. Tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari tingkat kesulitan dan jumlah kosakata yang dipergunakan. 2. Isi Wacana Secara pedagogis, bacaan yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, dan kebutuhan atau menarik perhatian siswa. 3. Panjang Pendek Wacana Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang. Wacana pendek yang dimaksudkan dapat berupa satu atau dua alenia, kira-kira 50 sampai 100 kata. 4. Bentuk-bentuk Wacana Wacana yang digunakan adalah berbentuk prosa narasi, dialog drama, ataupun puisi. Pada umumnya wacana yang berbentuk prosa banyak dipergunakan orang, tetapi jika dimanfaatkan secara tepat, ketiga bentuk wacana tersebut dapat sama-sama efektif. Nurgiyantoro 2014:376, penilaian hasil membaca pemahaman dapat dilakukan dengan menggunakan tes kompetensi membaca. Tes kompetensi membaca dibagi dalam dua cara, yaitu: a. Tes Kompetensi Membaca dengan Merespon Jawaban Tes kompetensi membaca dengan cara ini mengukur kemampuan membaca siswa dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan oleh pembuat soal. Soal yang biasa digunakan adalah pilihan ganda. Jenis penilaian ini biasa disebut tes tradisional karena siswa hanya menjawab soal dengan memilih opsi jawaban. b. Tes Kompetensi Membaca dengan Mengonstruksi Jawaban Tes kompetensi membaca dengan cara ini tidak sekedar meminta siswa memilih jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia, akan tetapi siswa harus mengemukakan jawaban sendiri dengan mengkreasikan bahasa berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang diteskan. Dalam mengerjakan tes ini, siswa dituntut untuk memahami wacana, dan berdasarkan pemahamannya itu kemudian siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Tugas dalam bentuk ini merupakan tugas otentik yang menuntut siswa untuk berunjuk kerja secara aktif produktif. Dengan demikian, tes kompetensi membaca yang semula bersifat reseptif diubah menjadi tugas reseptif dan produktif. Berdasarkan pemaparan di atas, tes yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, yaitu menuntut siswa mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang disediakan. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif yang mampu menampung banyak soal dan lebih efektif, serta jenis bacaan yang digunakan adalah teks sastra.

2.1.5 Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Sastra

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN PADA SISWA KELAS V SDN GUGUS KI HAJAR DEWANTORO TUGU KOTA SEMARANG

0 23 248

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN SIKAP BAHASA DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

0 5 126

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN DI SMA GLOBAL PRIMA MEDAN.

0 4 31

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS NARASI PADA SISWA KELAS V SD N 01 KARANGPANDAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS NARASI PADA SISWA KELAS V SD N 01 KARANGPANDAN KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010-2011.

0 1 14

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008.

0 2 9

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008.

0 3 80

Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Dongeng Metode PAKEM Siswa Kelas V SDN Suwaduk 1 Wedarijaksa Pati.

0 0 118

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 3 KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN.

0 0 199

PENGARUH MODEL MEMBACA TOTAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V B SD NEGERI 1 SUMBERAGUNG JETIS KABUPATEN BANTUL.

28 107 196

PENINGKATAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA

1 1 14