kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan mengapresiasi cerita pendek termasuk dalam kategori kurang. Jadi
tujuan dari kegiatan mengapresiasi cerita pendek belum tercapai secara maksimal.
4.2.3 Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan
Mengapresiasi Cerita Pendek
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah akan ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan
mengapresiasi cerita pendek siswa SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Berdasarkan hasil analisis data dan uji prasyarat
diperoleh data variabel X dan variabel Y berdistribusi normal, homogen, dan linear. Hubungan kedua variabel dihitung menggunakan program SPSS versi 16.0
for Windows dengan rumus Product Moment dan hasil yang diperoleh adalah r
xy
= 0,828 dan r
tabel
dengan N = 60 adalah 0,254 pada taraf signifikan 0,05, sehingga r
xy
lebih besar dari r
hitung
berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita
pendek. Untuk mengetahui interpretasi koefisien korelasi maka harus berpedoman pada tabel interpretasi. Hasil perhitungan menunjukkan r
xy
= 0,828 yaitu termasuk dalam kategori sangat kuat. Hubungan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek bersifat positif atau searah, karena koefisien korelasi bernilai positif yaitu sebesar 0,828. Hal ini juga
didasarkan pada hasil perhitungan analisis deskripsi persentase kemampuan
membaca pemahaman dengan rata-rata perolehan skor hasil sebaran tes adalah 70 yang termasuk dalam kategori baik dan juga pada hasil perhitungan kemampuan
mengapresiasi cerita pendek dengan rata-rata perolehan skor hasil sebaran tes adalah 58 yang termasuk dalam kategori kurang.
Sejalan dengan hasil perhitungan tersebut, menurut Moody dan Leslie dikutip dari Wardani, 1981 dalam Faisal, 2009:7.6 salah satu manfaat apresiasi
sastra yaitu melatih keempat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang diperlukan siswa dalam kegiatan apresiasi adalah membaca, karena dengan
membaca siswa akan mengetahui dan memahami dengan jelas isi dari karya sastra yang dibacanya. Agar pemahaman siswa terhadap karya sastra menyeluruh, maka
siswa dapat menggunakan salah satu jenis membaca, yaitu membaca pemahaman. Menurut Nutall dalam Somadayo, 2011:11, tujuan membaca merupakan bagian
dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan,
dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih. Jadi membaca pemahaman akan memudahkan siswa untuk mengapresiasi suatu karya sastra, karena dalam
kegiatan apresiasi sastra siswa harus memahami unsur-unsur pembangun dalam karya sastra tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan dan pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Jadi semakin tinggi
kemampuan membaca pemahaman maka akan semakin besar kemampuan
mengapresiasi cerita pendek. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan membaca pemahaman maka akan semakin rendah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
4.2.4 Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan