KERANGKA BERPIKIR KAJIAN PUSTAKA

sastra berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang sangat tinggi 0,826. Jadi, hasil tes PIRLS yang menunjukkan kondisi lemahnya kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD merupakan kondisi senyatanya, bukan karena tes yang digunakan berlatar bukan keindonesiaan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Samirun tahun 2013 dengan judul “Korelasi Penguasan Kosa Kata dan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas V SDN Margomulyo 1 Ngawi”. Berdasarkan analisis data diperoleh, hasil data nilai R = 0,546; R² = 0,298; F = 8,819, F kritis tabel = 4,21, nilai tersebut signifikan pada taraf 0,05. Hasil ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis karangan siswa kelas V SDN Margomulyo Ngawi Tahun 20122013. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Maka dari itu, peneliti menggunakan penelitian tersebut sebagai acuan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas X yang digunakan dalam penelitian ini kemampuan membaca pemahaman dan variabel terikat Y adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya. Membaca pemahaman memerlukan tingkatan kognitif dan konsentrasi yang tinggi agar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh pembaca. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang tinggi apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, yaitu: 1 memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana; 2 mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya; 3 mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana; dan 4 mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam wacana. Kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat meningkatkan kecerdasan siswa, terutama kecerdasan emosional. Karena kegiatan apresiasi memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap suatu cerita yang dibaca serta siswa harus mampu menemukan dan memahami unsur-unsur pembangun dari cerita tersebut. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang tinggi apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, meliputi: 1 aspek kognitif; 2 aspek emotif; dan 3 aspek evaluatif. Secara teoretis, membaca pemahaman merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh siswa agar mendapat pengetahuaninformasi dari sebuah cerita secara utuh. Sehingga siswa akan mampu mengetahui unsur pembangun dari cerita dan dapat mengapresiasi cerita tersebut. Jadi kemampuan membaca pemahaman siswa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya semakin tinggi kemampuan membaca pemahaman siswa, maka semakin tinggi pula kemampuan mengapresiasi cerita pendeknya. Begitu sebaliknya, semakin rendah tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian terdapat hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti memastikan bahwa kemampuan membaca pemahaman X mempunyai pengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek Y. Untuk memperjelas kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, berikut ini disajikan skema alur berpikir yang mengambarkan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat untuk penelitian jenis korelasi. Gambar 2.1 Desain Kerangka Berpikir Membaca Kemampuan Membaca Pemahaman Tinggi Rendah Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN PADA SISWA KELAS V SDN GUGUS KI HAJAR DEWANTORO TUGU KOTA SEMARANG

0 23 248

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN SIKAP BAHASA DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

0 5 126

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN DI SMA GLOBAL PRIMA MEDAN.

0 4 31

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS NARASI PADA SISWA KELAS V SD N 01 KARANGPANDAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS NARASI PADA SISWA KELAS V SD N 01 KARANGPANDAN KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010-2011.

0 1 14

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008.

0 2 9

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008.

0 3 80

Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Dongeng Metode PAKEM Siswa Kelas V SDN Suwaduk 1 Wedarijaksa Pati.

0 0 118

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 3 KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN.

0 0 199

PENGARUH MODEL MEMBACA TOTAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V B SD NEGERI 1 SUMBERAGUNG JETIS KABUPATEN BANTUL.

28 107 196

PENINGKATAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA

1 1 14