Hakikat Belajar KAJIAN TEORI

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar Winataputra 2008:1.4, belajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis- pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan. Daryanto 2010:2, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman 2012:20 menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Gagne dalam Rifa’i dan Anni, 2012:66 menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Ada tiga unsur utama dalam konsep belajar yaitu: 1 belajar berkaitan dengan perubahan perilaku; 2 perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman; 3 perubahan perilaku karena belajar bersifat permanen. Ciri-ciri belajar menurut William Burton dalam Hamalik, 2013:31 diantaranya yaitu: 1 proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui; 2 proses itu mulai bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu; 3 pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid; 4 pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu; 5 proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan; 6 proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan- perbedaan individual di kalangan murid-murid. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka hakikat belajar yaitu proses yang dilalui seseorang untuk membangun pemahaman dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari pengalaman dan pengetahuannya. Proses belajar didapatkan dari beberapa sumber belajar, yaitu salah satunya adalah pendidikan formal di sekolah. Proses belajar di sekolah dilakukan dalam suatu pembelajaran setiap mata pelajaran yang telah ditetapkan. 2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi yang sengaja dilakukan antara pendidik dengan siswa ke arah yang lebih baik dengan menggunakan sumber belajar dan lingkungan yang dapat memudahkan siswa mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mendukung meningkatkan kualitas belajar pada diri siswa. Pengertian pembelajaran tersebut didukung oleh Winataputra 2008:1.18, pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan meningkatkan intensitas serta kualitas belajar pada diri siswa. Menurut Undang- Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 20 tentang Sisdiknas Sisdiknas 2011:5, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi, siswa, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Gagne dalam Rifa’i dan Anni, 2012:158, pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa ini dirancang agar siswa memperoleh informasi yang nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hamdani 2011:71, pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Jadi pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antarsiswa. Salah satu pembelajaran yang sangat penting dalam proses interaksi antara guru dan siswa serta antarsiswa adalah bahasa Indonesia, karena proses interaksi akan berjalan dengan lancar jika menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga terjadi hubungan timbal balik yang baik juga.

2.1.2 Hakikat Bahasa Indonesia dan Keterampilan Berbahasa Indonesia

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN PADA SISWA KELAS V SDN GUGUS KI HAJAR DEWANTORO TUGU KOTA SEMARANG

0 23 248

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN SIKAP BAHASA DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

0 5 126

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN DI SMA GLOBAL PRIMA MEDAN.

0 4 31

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS NARASI PADA SISWA KELAS V SD N 01 KARANGPANDAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS NARASI PADA SISWA KELAS V SD N 01 KARANGPANDAN KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010-2011.

0 1 14

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008.

0 2 9

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008.

0 3 80

Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Dongeng Metode PAKEM Siswa Kelas V SDN Suwaduk 1 Wedarijaksa Pati.

0 0 118

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 3 KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN.

0 0 199

PENGARUH MODEL MEMBACA TOTAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V B SD NEGERI 1 SUMBERAGUNG JETIS KABUPATEN BANTUL.

28 107 196

PENINGKATAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA

1 1 14