Materi Pencemaran Lingkungan Penegasan Istilah

proyek. Hasil belajar afektif merupakan pengukuran terhadap sikap atau perilaku siswa setelah pembelajaran dengan model PBL. Hasil belajar psikomotor merupakan keterampilan siswa yang dicapai setelah pembelajaran dengan model PBL.

1.5.4 Materi Pencemaran Lingkungan

Materi pencemaran lingkungan diajarkan untuk SMP kelas VII semester genap dalam KTSP 2006. Materi ini dipilih karena masalah pencemaran lingkungan dekat dengan kehidupan siswa baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar. Kondisi lokasi sekitar sekolah tergolong dalam daerah industri batu bata dimana hampir setiap hari dilakukan aktivitas pembakaran. Lokasi sekolah yang terletak di kecamatan Welahan juga rawan terhadap banjir setiap tahunnya. Kedua contoh tersebut dapat menjadi contoh salah satu masalah pencemaran lingkungan dalam penyampaian pembelajaran dengan model PBL. Upaya untuk memberikan pembelajaran bagi siswa mengenai masalah pencemaran dan penanganannya dilakukan melalui kegiatan proyek pada PBL, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan sekaligus pengalaman yang berhubungan dengan proyek yang dikerjakan. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi ini adalah mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Materi pencemaran lingkungan pada penelitian meliputi konsep pencemaran lingkungan, klasifikasi pencemaran, jenis-jenis limbah, daur ulang limbah dan upaya mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar Menurut Konstruktivisme

Belajar dalam pandangan teori konstruktivisme didefinisikan sebagai proses aktif siswa dalam mengkonstruksi arti, wacana, dialog, dan pengalaman fisik yang di dalamnya terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelaja ri Rifa’i Anni 2011. Berdasarkan definisi tersebut maka belajar adalah lebih dari sekedar mengingat dan menghafalkan materi. Siswa diharapkan dapat mengkonstruksi makna atas informasi yang diterima oleh otak. Informasi pengetahuan atau gagasan pemikiran guru tidak semata-mata langsung dipindahkan kepada siswa, melainkan siswa harus aktif membentuk pemikiran atau gagasan secara mandiri. Siswa merupakan individu yang harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada pendekatan konstruktivisme siswa dilatih untuk memecahkan masalah kompleks dan menemukan keterampilan dasar yang diperlukan dengan didukung bantuan guru. Praktik pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran dilakukan melalui belajar kolaboratif, sehingga siswa akan lebih mudah menemukan dan menguasai konsep yang sukar apabila mereka dapat membahasnya bersama anggota kelompok. Penelitian mengenai penerapan pendekatan konstruktivisme menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivisme mempengaruhi hasil belajar siswa dan mencapai ketuntasan belajar lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan konvensional atau metode ceramah Anwar 2007. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada keberhasilan siswa dalam mengorganisasi pengetahuan dan pengalaman mereka, bukan kepatuhan siswa dalam merefleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru.